Cerita Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair asal Blitar
Minggu, 28 Juni 2020 - 05:00 WIB
Bukan hanya soal temuan varian baru ikan yang dalam perjalanannya tersebar kemana mana, bahkan sampai ke Pulau Papua. Ikan mujair ikut menyokong program perbaikan gizi rakyat yang berjalan di era pemerintahan Bung Karno.
"Sayangnya dua penghargaan lain itu lupa dimana menyimpannya," kata Wibowo yang merupakan alumni kampus ITN Malang.
Disebelah piagam terpajang lukisan hitam putih bergambar lelaki sepuh berpeci hitam, dengan urat garis wajah keras. Itulah paras Mbah Moedjair dalam bingkai lukisan separuh badan.
"Kalau lukisan ini repro. Pelukisnya mas Sonny Yuliono, perupa Blitar yang banyak melukis wajah Bung Karno," tutur Wibowo menjelaskan.
11 Kali Percobaan
Mbah Moedjair lahir tahun 1890 di Desa Kuningan Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Dari sembilan anak pasangan suami istri Bayan Isman dan Rubiyah, Moedjair urutan keempat.
(Baca juga: Mengungkap Masa Kecil Gajahmada Melalui Situs Sitinggil Lamongan )
Moedjair muda menikahi Partimah, putri seorang modin (perangkat desa) Kuningan, yang lalu memutuskan bertempat tinggal di Desa Papungan. Dari pernikahannya, Moedjair dikaruniai tujuh orang anak.
Sebagai salah satu cicit, Wibowo belum pernah menatap langsung wajah buyutnya. Jauh sebelum ia lahir, Mbah Moedjair sudah tutup usia. Bahkan penghargaan dari pemerintah Soekarno tahun 1965 diberikan saat Mbah Moedjair sudah meninggal dunia.
"Sayangnya dua penghargaan lain itu lupa dimana menyimpannya," kata Wibowo yang merupakan alumni kampus ITN Malang.
Disebelah piagam terpajang lukisan hitam putih bergambar lelaki sepuh berpeci hitam, dengan urat garis wajah keras. Itulah paras Mbah Moedjair dalam bingkai lukisan separuh badan.
"Kalau lukisan ini repro. Pelukisnya mas Sonny Yuliono, perupa Blitar yang banyak melukis wajah Bung Karno," tutur Wibowo menjelaskan.
11 Kali Percobaan
Mbah Moedjair lahir tahun 1890 di Desa Kuningan Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Dari sembilan anak pasangan suami istri Bayan Isman dan Rubiyah, Moedjair urutan keempat.
(Baca juga: Mengungkap Masa Kecil Gajahmada Melalui Situs Sitinggil Lamongan )
Moedjair muda menikahi Partimah, putri seorang modin (perangkat desa) Kuningan, yang lalu memutuskan bertempat tinggal di Desa Papungan. Dari pernikahannya, Moedjair dikaruniai tujuh orang anak.
Sebagai salah satu cicit, Wibowo belum pernah menatap langsung wajah buyutnya. Jauh sebelum ia lahir, Mbah Moedjair sudah tutup usia. Bahkan penghargaan dari pemerintah Soekarno tahun 1965 diberikan saat Mbah Moedjair sudah meninggal dunia.
tulis komentar anda