Mengungkap Masa Kecil Gajahmada Melalui Situs Sitinggil Lamongan

Jum'at, 19 Juni 2020 - 05:00 WIB
loading...
Mengungkap Masa Kecil...
Situs Sitinggil di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, sekitar 38 kilometer dari kota Lamongan. Foto/iNews TV/Abdul Wakhid
A A A
Situs peninggalan masa lampau bertebaran di sejumlah tempat di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Salah satunya adalah Situs Sitinggil di Kecamatan Modo. Situs Sitinggil ini adalah jejak peninggalan megalitik dan oleh warga sekitar dikenal sebagai petilasan masa kecil Mahapatih Majapahit, Gajah Mada.

Situs Sitinggil ini berada di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, sekitar 38 kilometer dari kota Lamongan. Situs ini sendiri berada di tengah hutan jati dan lokasi situs ini sendiri dari jalan desa agak naik ke atas dengan jarak sekitar 200 meter dan tak jauh dari pemakaman umum desa setempat.
Mengungkap Masa Kecil Gajahmada Melalui Situs Sitinggil Lamongan

Warga sering menyebut situs ini sebagai Situs Sitinggil karena letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya. Luas bangunan sekitar 6x6 meter untuk bagian bawah atau dasarnya dan puncaknya memiliki luas sekitar 2x2 meter dan tingginya sekitar 2 meter. "Situs Sitinggil ini adalah sebuah bangunan punden berundak zaman megalitikum," kata pemerhati budaya Lamongan, Supriyo.

Situs Sitinggil ini sudah diidentifikasi oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu sebagai salah satu peninggalan masa megalitik berupa bangunan punden berundak. Pinggiran situs ditopang juga oleh susunan bebatuan. "Sitinggil dari keterangan foto Badan Arkeologi Belanda menyebutnya sebagai bangunan megalitik," jelas Priyo yang juga ketua Lesbumi Lamongan ini.

Situs ini juga oleh warga sekitar sering disebut juga sebagai petilasan Jaka Mada atau Gajah Mada saat masih kecil. Dulunya, lanjut Priyo, lokasi Sitinggil ini oleh warga disebut sebagai tempat beraktivitas dan bermain masa kecil Gajah Mada mengingat letaknya yang cukup tinggi dari perbukitan sekitar dan oleh warga dikenal dengan nama Siti Hinggil atau Sitinggil yang berarti tanah tinggi.

"Sitinggil ini sendiri adalah sebuah tatanan batu-batu alami yang dibentuk menyerupai sebuah punden berundak, dengan beberapa tingkatan dan bagian puncaknya dapat di tempati sebagai aktifitas semedi atau ritual lainnya," paparnya.

Priyo menambahkan, cerita lokal masyarakat Modo seringkali mengidentikkan keberadaan wilayah mereka dengan nama besar Patih Gajah Mada sewaktu masih remaja ketika masih tinggal di wilayah itu. "Semoga ke depan ada cukup penelitian yang memadai sehingga dapat diperoleh penjelasan yang lebih rinci," harapnya.

Dalam kesempatan yang sama saat berkunjung ke Situs Sitinggil ini, Sekretaris Kabupaten Lamongan, Yuhronur Efendy mengaku kagum dengan keberadaan situs Sitinggil ini. Situs Sitinggil ini, menurut Yuhronur, bukanlah situs purbakala biasa layaknya bangunan candi tapi sebuah bangunan peninggalan masa megalitik. "Kita datang ke situs Sitinggil ini untuk bersama-sama berdiskusi, saling berbagi informasi, mengamati, juga merencanakan upaya pelestarian situs ini," katanya.

Yuhronur menambahkan, Situs Sitinggil ini sudah termasuk dalam situs cagar budaya yang telah terdata dan dilindungi. Hal ini, dibuktikan dengan adanya juru pelihara yang ditetapkan dari BPCB Trowulan Jatim. Situs Sitinggil, kata Yuhronur, adalah bangunan punden berundak masa megalitik yang juga diyakini sebagai tempat Gajah Mada kecil atau Joko Modo menggembala hewan ternaknya. "Bentuknya yang memang punden berundak dan bahannya yang terbuat dari batu-batu alami tanpa pengerjaan atau handmade semakin menguatkan kalau ini adalah situs megalitik," ujarnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2009 seconds (0.1#10.140)