Cerita Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair asal Blitar
Minggu, 28 Juni 2020 - 05:00 WIB
Saat itu sepanjang jalan menuju Pantai Selatan masih berbatu batu. Melintasi sejumlah tebing, menerobos semak belukar serta hutan rimba. Seolah tak sabar lagi. Sesampai di Papungan, percobaan mengurangi kadar garam dengan menambahkan sedikit demi sedikit air tawar ke dalam tempayan, langsung ia kerjakan.
"Semuanya dilakukan sendirian. Dan percobaan pertama gagal. Ikan mati semua," kata Wibowo. Tidak patah arang. Mbah Moedjair bergegas kembali ke Pantai Serang. Upaya mengubah habitat hidup ikan air asin ke air tawar kembali dilakukan. Dan lagi lagi gagal.
Dari cerita yang diwariskan keluarga, kata Wibowo pada percobaan yang ke-11, jerih payah tersebut menemukan hasilnya. Empat ekor ikan dalam tempayan berisi air asin yang sudah berubah tawar, bertahan hidup.
Dua pasang ikan itu kemudian ia pindah ke dalam kolam dan secara cepat berkembang biak. "Keberhasilan mengubah habitat air asin ke air tawar dicatat itu tanggal 25 Maret 1936," papar Wibowo.
Dari semula satu kolam, yakni di sumber Tenggong, Papungan, ikan varian baru tersebut meluas ke tiga kolam. Bahkan untuk memantau "temuannya", Mbah Moedjair sampai membangun tempat tinggal baru di dekat kolam.
"Saat itu belum ada orang beternak ikan. Semuanya bertani. Mbah Moedjair dapat dikatakan yang pertama melakukan budidaya ikan," jelas Wibowo. Keberhasilan Mbah Moedjair membiakkan ikan jenis baru di kolam langsung didengar warga sekitar.
Apalagi kepada tetangga dan orang orang yang ia kenal, Mbah Moedjair membagikannya cuma cuma. Setiap memberikan benih ikan, ia selalu mengatakan, ini jenis ikan yang mudah berkembang biak dan enak buat lauk pauk.
Ikan jenis baru itu semakin kemana mana. Kabar tentang adanya ikan baru yang dikembangbiakkan di kolam air tawar itu sampai ke telinga Asisten Residen Kediri yang kebetulan berlatar belakang ilmuwan.
Mbah Moedjair didatangi. Mendengar penuturan bagaimana jerih payah mengubah habitat ikan, sang Asisten Residen takjub. Ia kagum dengan kegigihan serta keuletan Mbah Moedjair. Sebagai penghargaan, ikan varian baru itu ia iberi nama mujair.
"Sebenarnya yang pertama memberi penghargaan dengan memberi nama ikan mujair itu asisten karsidenan Kediri," ungkap Wibowo.
"Semuanya dilakukan sendirian. Dan percobaan pertama gagal. Ikan mati semua," kata Wibowo. Tidak patah arang. Mbah Moedjair bergegas kembali ke Pantai Serang. Upaya mengubah habitat hidup ikan air asin ke air tawar kembali dilakukan. Dan lagi lagi gagal.
Dari cerita yang diwariskan keluarga, kata Wibowo pada percobaan yang ke-11, jerih payah tersebut menemukan hasilnya. Empat ekor ikan dalam tempayan berisi air asin yang sudah berubah tawar, bertahan hidup.
Dua pasang ikan itu kemudian ia pindah ke dalam kolam dan secara cepat berkembang biak. "Keberhasilan mengubah habitat air asin ke air tawar dicatat itu tanggal 25 Maret 1936," papar Wibowo.
Dari semula satu kolam, yakni di sumber Tenggong, Papungan, ikan varian baru tersebut meluas ke tiga kolam. Bahkan untuk memantau "temuannya", Mbah Moedjair sampai membangun tempat tinggal baru di dekat kolam.
"Saat itu belum ada orang beternak ikan. Semuanya bertani. Mbah Moedjair dapat dikatakan yang pertama melakukan budidaya ikan," jelas Wibowo. Keberhasilan Mbah Moedjair membiakkan ikan jenis baru di kolam langsung didengar warga sekitar.
Apalagi kepada tetangga dan orang orang yang ia kenal, Mbah Moedjair membagikannya cuma cuma. Setiap memberikan benih ikan, ia selalu mengatakan, ini jenis ikan yang mudah berkembang biak dan enak buat lauk pauk.
Ikan jenis baru itu semakin kemana mana. Kabar tentang adanya ikan baru yang dikembangbiakkan di kolam air tawar itu sampai ke telinga Asisten Residen Kediri yang kebetulan berlatar belakang ilmuwan.
Mbah Moedjair didatangi. Mendengar penuturan bagaimana jerih payah mengubah habitat ikan, sang Asisten Residen takjub. Ia kagum dengan kegigihan serta keuletan Mbah Moedjair. Sebagai penghargaan, ikan varian baru itu ia iberi nama mujair.
"Sebenarnya yang pertama memberi penghargaan dengan memberi nama ikan mujair itu asisten karsidenan Kediri," ungkap Wibowo.
tulis komentar anda