Kisah Ranggawarsita, Pujangga Sakti dari Surakarta yang Ramalkan Kemerdekaan Indonesia dan Kematiannya Sendiri

Minggu, 29 Mei 2022 - 06:11 WIB
Pulang kembali ke Surakarta, dengan kondisi telah menjadi alim, membuat Ranggawarsita diangkat menjadi cucu Panembahan Buminoto, yang merupakan adik Pakubuwana IV.

Ranggawarsita kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom, dengan gelar Mas Pajanganom pada 28 Oktober 1819. Namun, saat kepemimpinan beralih ke Pakubuwana V yang memerintah sepanjang tahun 1820-1823, karier Ranggawarsita tersendat.

Pakubuwono V tak menyukai kakek angkat Ranggawarsita, Panembahan Buminoto. Pakubuwono V merasa Panembahan Buminoto selalu mendesaknya untuk menaikkan pangkat Ranggawarsita.



Ranggawarsita menikah dengan Raden Ayu Gombak, pada 9 November 1821. Usai menikah, Ranggawarsita ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri. Berada di Kediri, membuat Ranggawarsita mengalami kejenuhan, sehingga memutuskan untuk mengembara bersama Ki Tanujoyo.

Pengembaraan itu, diduga dilakukan Ranggawarsita sampai ke Pulau Bali. Tak sekedar mengembara, Ranggawarsita juga mempelajari naskah-naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.

Gelar Raden Ngabei Ranggawarsita, akhirnya diterimanya saat pulang dari pengembaraannya, dan diangkat menjadi Panewu Carik Kadipaten Anom. Dia menggantikan posisi ayahnya yang meninggal saat di penjara Belanda tahun 1830.

Meninggalnya Yasadipura II, membuat Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta, oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845. Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra di masa pemerintahan Pakubuwana VII.

Bukan hanya itu, Ranggawarsita memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan Pakubuwana VII. Dia juga dikenal sakti oleh banyak kalangan, dan menjadi peramal yang sangat ulung.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More