Senyum Aulia dan Jalan Cadas Merawat Kebahagiaan di Tengah Pandemi
Selasa, 30 November 2021 - 22:21 WIB
Menekan COVID-19 Lewat Jalur Kolaborasi
Upaya pencegahan penularan COVID-19 di Kota Pahlawan menapaki jalan terjal. Adanya ribuan anak yang kini menjadi yatim piatu menjadi bukti ganasnya penularan COVID-19.
Langkah Eri Cahyadi untuk menutup Surabaya melakukan swab massal sempat meninggalkan jejak yang panjang. Bahkan, Eri menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang sempat didemo warga dari kabupaten di luar Surabaya. Terbukti, langkah itu menjadi penyelamat bagi warga Surabaya dari ganasnya varian delta.
Saat subuh masih berkumandang, beberapa orang di kaki Jembatan Suramadu membongkar paksa penyekatan. Raut kekecewaan tergambar jelas dari mereka karena sulit untuk masuk ke Surabaya dan harus menjalani tes antien.
Beberapa hari kemudian, ribuan orang dari berbagai daerah di Madura mengepung Balai Kota Surabaya. Eri yang memakai baju putih dengan setelan celana hitam dan berpeci menemui mereka di pelataran balai kota.
Mereka pun diajak untuk shalawatan, sehingga kondisi semakin aman dan kondusif. Ia menyampaikan bahwa penyekatan di Jembatan Suramadu bukanlah kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Ia memastikan bahwa pihak Pemkot Surabaya hanya menjalankan apa yang diinstruksikan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur.
"Jadi, saya dan Bupati Bangkalan sama-sama menjalankan tugas yang diinstruksikan oleh Forkopimda Jatim. Sekali lagi, penyekatan itu bukan keputusan saya, kita hanya menjalankan tugas," kata Eri waktu itu.
Jalan tengah pun diambil, mereka berdiskusi dengan ruang kolaborasi. Untuk menekan penularan, Eri memilih langkah yang tak biasa, yakni mengajak kolaborasi kota penyangga di sekitar Surabaya.
"Tidak mungkin kalau hanya Surabaya, karena ini pandemi. Jadi harus bisa bersama-sama. Apa yang terjadi di Surabaya juga berpengaruh di kota tetangga, demikian juga sebaliknya," jelasnya.
Upaya pencegahan penularan COVID-19 di Kota Pahlawan menapaki jalan terjal. Adanya ribuan anak yang kini menjadi yatim piatu menjadi bukti ganasnya penularan COVID-19.
Langkah Eri Cahyadi untuk menutup Surabaya melakukan swab massal sempat meninggalkan jejak yang panjang. Bahkan, Eri menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang sempat didemo warga dari kabupaten di luar Surabaya. Terbukti, langkah itu menjadi penyelamat bagi warga Surabaya dari ganasnya varian delta.
Saat subuh masih berkumandang, beberapa orang di kaki Jembatan Suramadu membongkar paksa penyekatan. Raut kekecewaan tergambar jelas dari mereka karena sulit untuk masuk ke Surabaya dan harus menjalani tes antien.
Baca Juga
Beberapa hari kemudian, ribuan orang dari berbagai daerah di Madura mengepung Balai Kota Surabaya. Eri yang memakai baju putih dengan setelan celana hitam dan berpeci menemui mereka di pelataran balai kota.
Mereka pun diajak untuk shalawatan, sehingga kondisi semakin aman dan kondusif. Ia menyampaikan bahwa penyekatan di Jembatan Suramadu bukanlah kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Ia memastikan bahwa pihak Pemkot Surabaya hanya menjalankan apa yang diinstruksikan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur.
"Jadi, saya dan Bupati Bangkalan sama-sama menjalankan tugas yang diinstruksikan oleh Forkopimda Jatim. Sekali lagi, penyekatan itu bukan keputusan saya, kita hanya menjalankan tugas," kata Eri waktu itu.
Jalan tengah pun diambil, mereka berdiskusi dengan ruang kolaborasi. Untuk menekan penularan, Eri memilih langkah yang tak biasa, yakni mengajak kolaborasi kota penyangga di sekitar Surabaya.
"Tidak mungkin kalau hanya Surabaya, karena ini pandemi. Jadi harus bisa bersama-sama. Apa yang terjadi di Surabaya juga berpengaruh di kota tetangga, demikian juga sebaliknya," jelasnya.
tulis komentar anda