Pembelajaran Jarak Jauh Akibat Pandemi COVID-19 Berdampak pada Kualitas Generasi Bangsa
Jum'at, 27 Agustus 2021 - 00:24 WIB
Pada awal PPJ, proses belajar mengajar umumnya memakai Zoom atau Google Meet. Namun saat ini, memasuki tahun ajaran 2020/2021 sudah menggunakan Teams Microsoft Office 365 sesuai permintaan Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Untuk mensiasati agar peserta didik tidak ketinggalan materi, semua guru SMP Khadijah diwajibkan mengunggah materi mata pelajaran ke kanal Youtube. Sehingga siswa yang tidak bisa hadir bisa mengaksesnya.
Meski PPJ berjalan, ternyata belajar daring tersebut belum cukup mampu menggantikan sakralnya belajar secara tatap muka. Dimana interaksi antara guru dengan peserta didik, antara siswa dengan siswa lainnya terjadi. Aroma kentalnya silaturahmi begitu hangat. "Tapi mau gimana lagi. Demi keamanan dan keselamatan maka kita mau tidak mau harus menjalankan," ucapnya.
Niyah, sapaan akrab Rif'ah Nuroniya ini menuturkan, selain terpangkasnya kurikulum dan hilangnya silaturahmi, pembelajaran daring juga menggerus tingkat kedisiplinan baik Guru maupun peserta didik. Peserta didik SMP yang jumlahnya mencapai 460 orang, seringkali fokusnya terpecah saat guru menyampaikan materi sekolah. Di sisi lain, Gurupun terkadang susah dikontrol jika mengajar dari rumah.
"Kalau daring, apalagi siswa SD dan SMP sulit fokus. Perhatian masih mudah teralihkan dan menjenuhkan. Kalau di kelas, meski jenuh masih bisa ketemu teman-temannya, bisa ke kantin dan main-main bersama temannya. Kalau daring, kadang tampilan video dikasih foto yang didiamkan kita juga gak tahu sedang apa siswanya," tegasnya. Belum lagi jika jaringan internet bermasalah, maka otomatis materi yang disampaikan guru tidak utuh.
Alumnus Magister Psikologi Universitas Surabaya ini berharap, meski guru dan siswa SMP Khadijah bisa bertahan selama pandemi COVID-19, namun ia tetap menginginkan kran Pembelajaran Tatap Muka (PTM) segera dibuka, mengingat selama ini banyak hak-hak peserta didik terkikis. Tiga kurikulum unggulan yang terdiri dari Kurikulum Nasional, Kurikulum Cambridge International Examinations (CIE) dan Kurikulum Agama selama pandemi ini tidak bisa diberikan maksimal.
"Unggulan kami salah satunya di bidang agama adalah Ta'limul Al-Quran yang sudah terverifikasi. Jadi selama tiga tahun siswa minimal hafal dua juzz. Alhamdulillah kemarin ada yang hafal 7-10 juzz," terangnya.
Rif'ah Nuroniya kawatir, jika proses belajar mengajar terus dilakukan secara daring maka kualitas hafalan siswa menurun, karena tidak bisa drilling. "Kesulitannya disitu. Tidak hanya di tartil Al-Quran saja terjadi learning loss, tapi mapel lain juga sama. Saya kawatir kualitas menurun, itu tidak bisa dipungkiri," tegasnya. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi salah satu pendidikan karakter, dan penyaluran minat bakat siswa praktis berhenti.
Untuk mensiasati agar peserta didik tidak ketinggalan materi, semua guru SMP Khadijah diwajibkan mengunggah materi mata pelajaran ke kanal Youtube. Sehingga siswa yang tidak bisa hadir bisa mengaksesnya.
Meski PPJ berjalan, ternyata belajar daring tersebut belum cukup mampu menggantikan sakralnya belajar secara tatap muka. Dimana interaksi antara guru dengan peserta didik, antara siswa dengan siswa lainnya terjadi. Aroma kentalnya silaturahmi begitu hangat. "Tapi mau gimana lagi. Demi keamanan dan keselamatan maka kita mau tidak mau harus menjalankan," ucapnya.
Baca Juga
Niyah, sapaan akrab Rif'ah Nuroniya ini menuturkan, selain terpangkasnya kurikulum dan hilangnya silaturahmi, pembelajaran daring juga menggerus tingkat kedisiplinan baik Guru maupun peserta didik. Peserta didik SMP yang jumlahnya mencapai 460 orang, seringkali fokusnya terpecah saat guru menyampaikan materi sekolah. Di sisi lain, Gurupun terkadang susah dikontrol jika mengajar dari rumah.
"Kalau daring, apalagi siswa SD dan SMP sulit fokus. Perhatian masih mudah teralihkan dan menjenuhkan. Kalau di kelas, meski jenuh masih bisa ketemu teman-temannya, bisa ke kantin dan main-main bersama temannya. Kalau daring, kadang tampilan video dikasih foto yang didiamkan kita juga gak tahu sedang apa siswanya," tegasnya. Belum lagi jika jaringan internet bermasalah, maka otomatis materi yang disampaikan guru tidak utuh.
Alumnus Magister Psikologi Universitas Surabaya ini berharap, meski guru dan siswa SMP Khadijah bisa bertahan selama pandemi COVID-19, namun ia tetap menginginkan kran Pembelajaran Tatap Muka (PTM) segera dibuka, mengingat selama ini banyak hak-hak peserta didik terkikis. Tiga kurikulum unggulan yang terdiri dari Kurikulum Nasional, Kurikulum Cambridge International Examinations (CIE) dan Kurikulum Agama selama pandemi ini tidak bisa diberikan maksimal.
"Unggulan kami salah satunya di bidang agama adalah Ta'limul Al-Quran yang sudah terverifikasi. Jadi selama tiga tahun siswa minimal hafal dua juzz. Alhamdulillah kemarin ada yang hafal 7-10 juzz," terangnya.
Rif'ah Nuroniya kawatir, jika proses belajar mengajar terus dilakukan secara daring maka kualitas hafalan siswa menurun, karena tidak bisa drilling. "Kesulitannya disitu. Tidak hanya di tartil Al-Quran saja terjadi learning loss, tapi mapel lain juga sama. Saya kawatir kualitas menurun, itu tidak bisa dipungkiri," tegasnya. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi salah satu pendidikan karakter, dan penyaluran minat bakat siswa praktis berhenti.
tulis komentar anda