Gerakan Moderasi Pendidikan Dapat Cegah Radikalisme dan Terorisme
Rabu, 07 Oktober 2020 - 20:59 WIB
“Moderasi dari sekolah termasuk di dalamnya upaya internalisasi nilai-nilai agama dan budaya di sekolah dalam menghadapi terorisme merupakan bentuk penanganan radikalisme secara soft approach [pendekatan lunak],” kata Ahmad dalam smabutannya yang dibacakan Kasubdit Pengawasan BNPT Chairil Anwar
BNPT mendorong para guru dan pelaku sektor pendidikan untuk mengembangkan dan meningkatkan metodepengajaran pada materi pendidikan agama agar siswa didik bisa sejak dini memahami proses moderasi atau menerima perbedaan sehingga dapat hidup harmoni dalam perbedaan yang ada.
“Penguatan kapasitas para pengajar, guru agama untuk menyamakan persepsi tentang radikalisme dan terorisme, peta kerawanan serta cara menghadapinya secara benar. Kontek ini BNPT juga bekerja sama lintas sektor baik dengan Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional termasuk asosiasi guru,” ungkap Chairil.
Diketahui, selain Ngatawi Al Zastrauw, terdapat narasumber lain, yaitu Kabid Agama, Sosial, Budaya FKPT Jatim Muhammad Arifin. Direktur Daulat Budaya yang juga staf pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sholehuddin M.Pd.
Muhammad Arifin menyampaikan, lembaga pendidikan secara institusi serta guru-guru khususnya guru agama dan pelaku pendidikan menjadi ujung tombak penting dalam proses moderasi pendidikan termasuk upaya internalisasi nilai-nilai agama serta budaya untuk proses pencegahan radikalisme.
“BNPT dan FKPT Jatim akan menggandeng semua stakeholder kependidikan agar bersama-sama melakukan upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dari lini paling awal yaitu sektor pendidikan, khususnya pendidikan agama,” kata Arifin.
Ketua FKPT Jatim, Hesti Armiwulan menyatakan pihaknya tetap mengupayakan secara optimal pelibatan semua stakeholder dalam proses pencegahan radikalisme dan terorisme.
“FKPT Jatim yang merupakan bagian dari 32 FKPT secara nasional dan organ BNPT akan terus melakukan proses kerjasama dengan stakeholder strategis guna masifikasi upaya pencegahan tindak radikalisme dan terorisme. Pada kesempatan ini para kepala sekolah, pengejar serta guru agama jadi target khusus untuk dikuatkan kapasitasnya guna terlibat aktif dalam pencegahan radikalisme,” ungkap Hesti.
BNPT mendorong para guru dan pelaku sektor pendidikan untuk mengembangkan dan meningkatkan metodepengajaran pada materi pendidikan agama agar siswa didik bisa sejak dini memahami proses moderasi atau menerima perbedaan sehingga dapat hidup harmoni dalam perbedaan yang ada.
“Penguatan kapasitas para pengajar, guru agama untuk menyamakan persepsi tentang radikalisme dan terorisme, peta kerawanan serta cara menghadapinya secara benar. Kontek ini BNPT juga bekerja sama lintas sektor baik dengan Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan Nasional termasuk asosiasi guru,” ungkap Chairil.
Diketahui, selain Ngatawi Al Zastrauw, terdapat narasumber lain, yaitu Kabid Agama, Sosial, Budaya FKPT Jatim Muhammad Arifin. Direktur Daulat Budaya yang juga staf pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sholehuddin M.Pd.
Muhammad Arifin menyampaikan, lembaga pendidikan secara institusi serta guru-guru khususnya guru agama dan pelaku pendidikan menjadi ujung tombak penting dalam proses moderasi pendidikan termasuk upaya internalisasi nilai-nilai agama serta budaya untuk proses pencegahan radikalisme.
“BNPT dan FKPT Jatim akan menggandeng semua stakeholder kependidikan agar bersama-sama melakukan upaya pencegahan radikalisme dan terorisme dari lini paling awal yaitu sektor pendidikan, khususnya pendidikan agama,” kata Arifin.
Ketua FKPT Jatim, Hesti Armiwulan menyatakan pihaknya tetap mengupayakan secara optimal pelibatan semua stakeholder dalam proses pencegahan radikalisme dan terorisme.
“FKPT Jatim yang merupakan bagian dari 32 FKPT secara nasional dan organ BNPT akan terus melakukan proses kerjasama dengan stakeholder strategis guna masifikasi upaya pencegahan tindak radikalisme dan terorisme. Pada kesempatan ini para kepala sekolah, pengejar serta guru agama jadi target khusus untuk dikuatkan kapasitasnya guna terlibat aktif dalam pencegahan radikalisme,” ungkap Hesti.
(msd)
tulis komentar anda