Kisah Bripka Seladi Polisi Jujur, Jadi Pemulung untuk Hindari Suap
Senin, 09 Desember 2024 - 21:54 WIB
Seladi memulai aktivitas memulungnya delapan tahun lalu. Awalnya, Seladi mengumpulkan sampah dengan sepeda ontel, memilahnya, dan menjualnya untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Kini, Seladi mengelola gudang sampah yang melibatkan anaknya, Rizal Dimas, dan beberapa rekannya. Pendapatan dari hasil memilah sampah ini sekitar Rp25.000 hingga Rp50.000 per hari.
Namun, kesederhanaan Seladi tak membuatnya tergoda untuk memanfaatkan posisinya. Seladi tegas menolak gratifikasi dalam bentuk apa pun, termasuk uang atau hadiah dari pemohon SIM. Prinsip ini juga diajarkan kepada keluarganya.
“Kalau ada yang mencoba memberi sesuatu, saya suruh anak saya untuk mengembalikan. Saya tidak mau uang itu, karena hidup saya harus bersih,” tegas Seladi.
Bagi anaknya, Rizal Dimas, pekerjaan memilah sampah bersama sang ayah adalah pengalaman berharga. Meski sering menghadapi cibiran, Rizal tetap bangga dengan prinsip hidup ayahnya.
“Saya bangga dengan ayah yang mengajarkan kerja keras dan kejujuran. Pekerjaan memilah sampah ini halal, dan saya tidak malu melakukannya,” ujar Rizal, yang bercita-cita mengikuti jejak ayahnya menjadi polisi.
Rizal kini tengah mencoba peruntungan untuk kali ketiga dalam seleksi kepolisian. Rizal menegaskan, meski memiliki ayah yang polisi, tak ada jalan pintas atau bantuan dari Seladi untuk membantunya lolos.
Seladi tak hanya teladan di rumah, tetapi juga di tengah masyarakat. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai polisi, ia menghabiskan waktu di gudang sampah. Namun, jika ada tugas tambahan seperti pengamanan acara, ia tak segan menunda aktivitasnya untuk fokus pada kewajibannya sebagai polisi.
“Yang penting halal, ikhlas, dan terus ikhtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang,” kata Seladi tegas.
Di tengah berbagai kritik terhadap institusi kepolisian, sosok seperti Bripka Seladi hadir sebagai bukti bahwa kejujuran dan kerja keras masih menjadi nilai yang layak dijunjung tinggi. “Saya bisa jadi seperti kamu, tapi apakah kamu bisa seperti saya?” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Kini, Seladi mengelola gudang sampah yang melibatkan anaknya, Rizal Dimas, dan beberapa rekannya. Pendapatan dari hasil memilah sampah ini sekitar Rp25.000 hingga Rp50.000 per hari.
Namun, kesederhanaan Seladi tak membuatnya tergoda untuk memanfaatkan posisinya. Seladi tegas menolak gratifikasi dalam bentuk apa pun, termasuk uang atau hadiah dari pemohon SIM. Prinsip ini juga diajarkan kepada keluarganya.
“Kalau ada yang mencoba memberi sesuatu, saya suruh anak saya untuk mengembalikan. Saya tidak mau uang itu, karena hidup saya harus bersih,” tegas Seladi.
Bagi anaknya, Rizal Dimas, pekerjaan memilah sampah bersama sang ayah adalah pengalaman berharga. Meski sering menghadapi cibiran, Rizal tetap bangga dengan prinsip hidup ayahnya.
“Saya bangga dengan ayah yang mengajarkan kerja keras dan kejujuran. Pekerjaan memilah sampah ini halal, dan saya tidak malu melakukannya,” ujar Rizal, yang bercita-cita mengikuti jejak ayahnya menjadi polisi.
Rizal kini tengah mencoba peruntungan untuk kali ketiga dalam seleksi kepolisian. Rizal menegaskan, meski memiliki ayah yang polisi, tak ada jalan pintas atau bantuan dari Seladi untuk membantunya lolos.
Seladi tak hanya teladan di rumah, tetapi juga di tengah masyarakat. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai polisi, ia menghabiskan waktu di gudang sampah. Namun, jika ada tugas tambahan seperti pengamanan acara, ia tak segan menunda aktivitasnya untuk fokus pada kewajibannya sebagai polisi.
“Yang penting halal, ikhlas, dan terus ikhtiar dalam melakoninya. Tidak usah peduli omongan orang,” kata Seladi tegas.
Di tengah berbagai kritik terhadap institusi kepolisian, sosok seperti Bripka Seladi hadir sebagai bukti bahwa kejujuran dan kerja keras masih menjadi nilai yang layak dijunjung tinggi. “Saya bisa jadi seperti kamu, tapi apakah kamu bisa seperti saya?” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda