Pusaka Kuno Warisan Kerajaan Majapahit di Banyuwangi, Pedang Sakti dari Darah Perawan
Sabtu, 09 September 2023 - 07:57 WIB
BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu wilayah yang bersejarah sejak zaman kerajaan-kerajaan hingga Indonesia berdiri. Tak heran bila beragam benda bersejarah ditemukan di Kabupaten Banyuwangi.
Salah satu benda bersejarah yang ditemukan di Banyuwangi adalah Pedang Luwuk. Pedang pendek ini fenomenal pada masanya, konon digunakan petinggi dan masyarakat kerajaan di Jawa dalam menghadapi agresi belanda.
Pedang ini terkenal ampuh karena berhasil membuat kocar kacir dan menumbangkan pasukan penjajah Belanda. Pedang ini tercatat ditemukan di daerah kekuasaan masyarakat Kerajaan Majapahit dan masyarakat Kerajaan Blambangan.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Disbudpar Banyuwangi, KRT. H. Ilham Triadinagoro mengatakan, Pedang Luwuk ditemukan sekitar 15 tahun lalu di daerah Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Pedang itu menjadi saksi sejarah perlawanan masyarakat Kerajaan Blambangan dengan pasukan Belanda. ”Peperangan itu tercatat dalam sejarah disebut dengan perang Bayu yang terjadi pada tahun 1771,” kata Ilham Triadinagoro.
Saat itu dikatakan Ilham kembali, pasukan perlawanan dipimpin oleh Mas Rempeg, atau yang biasa dikenal dengan sebutanPangeran Jagapatidan Pengeran Putra, yang dikenal dengan sebutanWong Agung Wilis.
Salah satu benda bersejarah yang ditemukan di Banyuwangi adalah Pedang Luwuk. Pedang pendek ini fenomenal pada masanya, konon digunakan petinggi dan masyarakat kerajaan di Jawa dalam menghadapi agresi belanda.
Pedang ini terkenal ampuh karena berhasil membuat kocar kacir dan menumbangkan pasukan penjajah Belanda. Pedang ini tercatat ditemukan di daerah kekuasaan masyarakat Kerajaan Majapahit dan masyarakat Kerajaan Blambangan.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Disbudpar Banyuwangi, KRT. H. Ilham Triadinagoro mengatakan, Pedang Luwuk ditemukan sekitar 15 tahun lalu di daerah Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Pedang itu menjadi saksi sejarah perlawanan masyarakat Kerajaan Blambangan dengan pasukan Belanda. ”Peperangan itu tercatat dalam sejarah disebut dengan perang Bayu yang terjadi pada tahun 1771,” kata Ilham Triadinagoro.
Saat itu dikatakan Ilham kembali, pasukan perlawanan dipimpin oleh Mas Rempeg, atau yang biasa dikenal dengan sebutanPangeran Jagapatidan Pengeran Putra, yang dikenal dengan sebutanWong Agung Wilis.
tulis komentar anda