Positif Corona, Pria Ini Nekat Ajak Anak Istri Pulang ke Madura Naik Motor
loading...
A
A
A
BANTUL - Salah satu warga yang tinggal di Desa Terong, Dlingo, Bantul dinyatakan positif COVID-19 dari hasil uji laboratorium. Namun sayang, meskipun dibujuk untuk dirawat warga asal Madura, Jawa Timur tersebut menolak dan nekat pulang naik motor ke Madura.
Camat Dlingo Deny Ngajis Hartono mengatakan, kasus positif di Desa Terong, Dlingo ini berawal ketika satu keluarga kembali ke Desa Terong untuk persiapan berjualan. Keluarga ini datang pada Selasa (30/6/2020) lalu dan pada Kamis (2/7/2020) mau melakukan rapid test di Puskesmas. Sebelum kasus Corona merebak, keluarga ini memang biasa berjualan bubur kacang ijo di perempatan Terong.
Dari hasil rapid test ternyata anaknya reaktif dan satu keluarga dilakukan swab kemudian mereka dikarantina di kawasan Gunung Mungker, Terong, Dlingo.
"Baru pagi tadi hasil swabnya keluar ternyata bapaknya justru positif. Kemudian petugas datang untuk membawa ke rumah sakit di Bambanglipuro, Bantul. Namun dia menolak," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (9/7/2020).
Upaya membujuk terus dilakukan oleh Satgas COVID-19 kecamatan. Namun keluarga asal Madura tersebut tetap bersikukuh memilih pulang ke Madura.
"Akhirnya kita mengalah dan memilih mengawal satu keluarga yang mengendarai kendaraan bermotor dengan surat pernyataan tidak mau dirawat di Bantul," ulasnya.(Baca juga : Waduh, Tenaga Kesehatan Ini Tularkan Corona ke Suami dan Anaknya )
Sekitar pukul 16.00 WIB satu keluarga yang terdiri empat jiwa pun meninggalkan rumah karantina dan dipantau tim Satgas Kecamatan sampai di Prambanan, Sleman. "Kami mengawal dari jauh agar mereka tidak curiga kalau dipantau. Setelah lepas Prambanan kemudian tim balik kanan," imbuhnya.
Sementara dari data Tim Satgas Penanganan COVID-19 Pemda DIY diketahui hari ini ada penambahan delapan kasus COVID-19. Penambahan kasus terssbut semua berasal dari Bantul.
Juru bicara Pemda DIY Untuk Penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih mengatakan, dari delapan kasus tiga di antaranya dari rapid diagnostic test di pasar tradisional. Selain itu satu lagi warga dengan riwayat dari Surabaya meninggal dunia karena memiliki penyakit penyerta.
"Kasus meninggal dunia ini laki-laki, 52 tahun. Awalnya masuk dalam pasien dalam pengawasan (PDP) dan masuk rumah sakit pada 2 Juli dengan kormodit hipertensi dan meninggal pada 8 Juli 2020," jelasnya.(Baca juga : Kader Senior Ancam Mundur Jika Golkar Nekat Dukung RUU HIP )
Camat Dlingo Deny Ngajis Hartono mengatakan, kasus positif di Desa Terong, Dlingo ini berawal ketika satu keluarga kembali ke Desa Terong untuk persiapan berjualan. Keluarga ini datang pada Selasa (30/6/2020) lalu dan pada Kamis (2/7/2020) mau melakukan rapid test di Puskesmas. Sebelum kasus Corona merebak, keluarga ini memang biasa berjualan bubur kacang ijo di perempatan Terong.
Dari hasil rapid test ternyata anaknya reaktif dan satu keluarga dilakukan swab kemudian mereka dikarantina di kawasan Gunung Mungker, Terong, Dlingo.
"Baru pagi tadi hasil swabnya keluar ternyata bapaknya justru positif. Kemudian petugas datang untuk membawa ke rumah sakit di Bambanglipuro, Bantul. Namun dia menolak," terangnya kepada SINDOnews, Kamis (9/7/2020).
Upaya membujuk terus dilakukan oleh Satgas COVID-19 kecamatan. Namun keluarga asal Madura tersebut tetap bersikukuh memilih pulang ke Madura.
"Akhirnya kita mengalah dan memilih mengawal satu keluarga yang mengendarai kendaraan bermotor dengan surat pernyataan tidak mau dirawat di Bantul," ulasnya.(Baca juga : Waduh, Tenaga Kesehatan Ini Tularkan Corona ke Suami dan Anaknya )
Sekitar pukul 16.00 WIB satu keluarga yang terdiri empat jiwa pun meninggalkan rumah karantina dan dipantau tim Satgas Kecamatan sampai di Prambanan, Sleman. "Kami mengawal dari jauh agar mereka tidak curiga kalau dipantau. Setelah lepas Prambanan kemudian tim balik kanan," imbuhnya.
Sementara dari data Tim Satgas Penanganan COVID-19 Pemda DIY diketahui hari ini ada penambahan delapan kasus COVID-19. Penambahan kasus terssbut semua berasal dari Bantul.
Juru bicara Pemda DIY Untuk Penanganan COVID-19 Berty Murtiningsih mengatakan, dari delapan kasus tiga di antaranya dari rapid diagnostic test di pasar tradisional. Selain itu satu lagi warga dengan riwayat dari Surabaya meninggal dunia karena memiliki penyakit penyerta.
"Kasus meninggal dunia ini laki-laki, 52 tahun. Awalnya masuk dalam pasien dalam pengawasan (PDP) dan masuk rumah sakit pada 2 Juli dengan kormodit hipertensi dan meninggal pada 8 Juli 2020," jelasnya.(Baca juga : Kader Senior Ancam Mundur Jika Golkar Nekat Dukung RUU HIP )
(nun)