Curhat Pendatang Baru Dipalak Ketua RT Bayar Rp1,5 Juta, Lurah Bangunjiwo Buka Suara

Senin, 22 Juli 2024 - 16:54 WIB
loading...
Curhat Pendatang Baru...
Viral curhatan seorang pengguna media sosial mengeluh diminta ketua RT membayar uang Rp1,5 juta karena pendatang baru. Foto/Ilustrasi
A A A
BANTUL - Viral curhatan seorang pengguna media sosial yang mengeluh karena diminta Ketua RT membayar uang Rp1,5 juta karena berstatus sebagai pendatang baru. Unggahan tersebut dibagikan oleh akun @mittaayo di akun X @merapi_uncover.

Dalam unggahannya itu, pengguna akun yang mengaku warga Wirobrajan, Kota Yogyakarta yang pindah ke tempat baru di Kalurahan Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Ia lalu mengutarakan keluh kesahnya itu ke media sosial.

”Min sedikit cerita keluh kesanku menjadi warga baru di b*ngun jiw* (Bangunjiwo). Aku asli wirobrajan yang 3 bulan lalu pindah di daerah b*ngunjiw* aku sudah lapor ke rt bahwa saya pendatang yang tinggal di b*ngunjiw*,” tulis akun tersebut dikutip Senin (22/07/2024).



”Berkas apapun belum aku urus karena aku masih sibuk dikerjaan dan pendidikan anak2ku.Sore tadi aku di wa oleh RT sini memintai biaya adm menjadi warga sini dengan nominal 1,5jt sampai sini aku syok dan meminta kejelasan kepada yang bersangkutan,” ungkapnya.

”Jawaban yang bersangkutan itu untuk semua biaya. Jelas disini aku makin bingung lagi. Tidak banyak kejelasan aku menjawab bahwa aku belum mengurus pencabutan berkas dari dukcapil kota Jogja jadi statusku masih warga kota Jogja,” sambungnya.

”Apakah hal ini wajar min? sempat aku tanya kepada kuli bangunan yang bekerja disamping rumah hal ini wajar untuk menjadi warga sini memang harus bayar dengan nominal tersebut. Apa aku harus membayar nominal 1,5jt itu min?,” tutup akun itu.

Terkait unggahan tersebut, Lurah Bangunjiwo Pardja angkat bicara. Menurutnya, hal itu merupakan kebiasaan yang dilakukan di masing-masing RT di wilayahnya. Meskipun ia mengakui bahwa tindakan itu tidak diatur secara tertulis, serta tidak diperbolehkan.



“Secara tertulis tidak boleh dan tidak diperkenankan. Tapi, itu adalah kearifan lokal di masing-masing RT dan semua RT setahu saya, tidak hanya di wilayah saya juga melakukannya. Besarannya juga berbeda antara RT satu dengan yang lainnya,” katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2161 seconds (0.1#10.140)