Kisah Keruntuhan Kerajaan Demak, Dipicu Dendam Perebutan Kekuasaan dan Saling Bunuh
loading...
A
A
A
Geger Kerajaan Demak berlanjut. Usai berhasil membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Adipati Jepara, Sultan Hadlirin yang sangat besar pengaruhnya di Kerajaan Demak.
Pangeran Hadiri dibunuh karena diduga sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi Sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sultan Prawoto dan pengikutnya, naiklah Arya Penangsang ke tahta kerajaan Demak.
Pembunuhan itu menimbulkan kesedihan mendalam bagi istri Sultan Hadlirin yaitu Ratu Kalinyamat. Selanjutnya Ratu Kalinyamat membuat sayembara “Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, akan menjadi suamiku dan mendapatkan harta bendaku”.
Sayembara itu didengar oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya yang saat itu berkuasa di Pajang. Jaka Tingkir yang pernah menjadi prajurit Demak menyanggupi untuk membunuh Arya Penangsang.
Apalagi Jaka Tingkir merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto dan Ratu Kalinyamat yang dibunuh oleh kaki tangan Arya Penangsang.
Jaka Tingkir bersama Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang dan merebut kekuasan Kerajaan Demak.
Karena membantu dalam pertempuran melawan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memberi hadiah Ki Ageng Penjawi berupa tanah di wilayah Pati. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah wilayah Mataram.
Sementara Bupati Surabaya yang banyak menundukkan daerah-daerah wilayah Jawa Timur diangkat menjadi wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan. Jaka Tingkir lalu memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang.
Tak hanya itu, putra Ki Ageng Pemanahan bernama Sutawijaya yang berhasil mengalahkan Arya Penangsang kemudian diangkat sebagai anak angkat Sultan Hadiwijaya dan menjadi saudara Pangeran Benawa yang merupakan putera mahkota Kesultanan Pajang.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersaing dengan Pajang.
Pangeran Hadiri dibunuh karena diduga sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi Sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sultan Prawoto dan pengikutnya, naiklah Arya Penangsang ke tahta kerajaan Demak.
Pembunuhan itu menimbulkan kesedihan mendalam bagi istri Sultan Hadlirin yaitu Ratu Kalinyamat. Selanjutnya Ratu Kalinyamat membuat sayembara “Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang, akan menjadi suamiku dan mendapatkan harta bendaku”.
Sayembara itu didengar oleh Jaka Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya yang saat itu berkuasa di Pajang. Jaka Tingkir yang pernah menjadi prajurit Demak menyanggupi untuk membunuh Arya Penangsang.
Apalagi Jaka Tingkir merupakan adik ipar dari Sunan Prawoto dan Ratu Kalinyamat yang dibunuh oleh kaki tangan Arya Penangsang.
Jaka Tingkir bersama Ki Ageng Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan akhirnya berhasil membunuh Arya Penangsang dan merebut kekuasan Kerajaan Demak.
Karena membantu dalam pertempuran melawan Arya Penangsang, Jaka Tingkir memberi hadiah Ki Ageng Penjawi berupa tanah di wilayah Pati. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah wilayah Mataram.
Sementara Bupati Surabaya yang banyak menundukkan daerah-daerah wilayah Jawa Timur diangkat menjadi wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan. Jaka Tingkir lalu memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang.
Tak hanya itu, putra Ki Ageng Pemanahan bernama Sutawijaya yang berhasil mengalahkan Arya Penangsang kemudian diangkat sebagai anak angkat Sultan Hadiwijaya dan menjadi saudara Pangeran Benawa yang merupakan putera mahkota Kesultanan Pajang.
Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang bersaing dengan Pajang.