Kisah Keruntuhan Kerajaan Demak, Dipicu Dendam Perebutan Kekuasaan dan Saling Bunuh

Minggu, 30 Oktober 2022 - 08:30 WIB
loading...
A A A
Setelah berhasil menguasai sejumlah wilayah, Sultan Trenggana wafat usai terbunuh dalam perang Panarukan pada 1546.

Setelah Sultan Trenggana wafat, riak-riak konflik saudara memperebutkan kekuasan Demak bermunculan.

Dua kandidat saling bersaing dan bertikai, yakni anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri Sultan Trenggono.

Pangeran Sekar Ing Seda Lepen sebelumnya dibunuh oleh Sunan Prawoto ketika membantu Sultan Trenggana merebut tahta Demak. Hal itu disebut dalam buku "Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia" dari Binuko Amarseto.

Dendam kesumat Arya Penangsang lantaran ayahnya, Pangeran Sekar Ing Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawoto berakhir dengan peristiwa tragis.

Arya Penangsang yang didukung gurunya, Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak kemudian berniat balas dendam. Arya Penangsang bersiasat dengan mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.

Menurut Babad Tanah Jawi, pada 1549 Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Pada malam itu, Sunan Prawoto mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen.

Dia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Usai mendengar penjelasan tersebut Rangkud lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus ke belakang.

Tanpa disadari Rangkud, ternyata istri Sunan Prawoto sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya istri Sunan Prawoto pun tewas terkena tusukan dari Rangkud.

Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan dengan sisa tenaganya ia membunuh Rangkud.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1502 seconds (0.1#10.140)