Kisah Pilu Kematian Putri Tujuh yang Cantik Jelita dan Legenda Lahirnya Nama Kota Dumai
loading...
A
A
A
Belum sampai tengah malam, kekuatan pasukan Pangeran Empang Kuala itu luluh lantak oleh serangan buah bakau. Melihat pasukan lawan sudah tak berdaya, utusan Ratu Cik Sima langsung mendatangi Pangeran Empang Lawang.
"Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?" tanya Pangeran Empang Kuala, saat melihat utusan Ratu Cik Sima. "Hamba datang untuk menyampaikan pesan Ratu Cik Sima, agar Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini," ujar utusan Ratu Cik Sima membalas.
"Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah, dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang datang dengan niat buruk, malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang datang dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya," lanjut utusan Ratu Cik Sima memberikan penjelasan.
Mendengar ucapan dari utusan Ratu Cik Sima, Pangeran Empang Kuala tersadar telah memulai peperangan tersebut. Saat itu juga, Pangeran Empang Kuala langsung memerintahkan pasukannya segera meninggalkan Kerajaan Seri Bunga Tanjung, dan pulang ke Negeri Empang Kuala.
Usai berhasil mengusir pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima langsung bergegas menjemput ketujuh putri cantinya di tempat persembunyian yang ada di dalam hutan. Setibanya di tempat persembunyian itu, Ratu Cik Sima dibuat terbelalak, karena ketujuh putrinya sudah tak bernyawa.
Ketujuh putri cantik yang disembunyikan di dalam lubang tanah itu, mati akibat kelaparan dan kehausan. Ratu Cik Sima lupa, bekal makanan dan minuman yang diberikannya kepada ketujuh putri itu hanya cukup untuk tiga bulan, sedangkan peperangan terjadi selama empat bulan.
Tak kuasa mendapati ketujuh putri cantihnya telah tiada, Ratu Cik Sima dilanda kesedihan yang luar biasa, hingga membuatnya sakit parah dan akhirnya pergi untuk selamanya menyusul kematian ketujuh putrinya.
Peristiwa tragis itu, diyakini oleh masyarakat setempat sebagai cikal bakal lahirnya kata Dumai, yang diambil dari pernyataan Pangeran Empang Kuala "d'umai" saat melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai.
"Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?" tanya Pangeran Empang Kuala, saat melihat utusan Ratu Cik Sima. "Hamba datang untuk menyampaikan pesan Ratu Cik Sima, agar Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini," ujar utusan Ratu Cik Sima membalas.
"Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah, dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang datang dengan niat buruk, malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang datang dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya," lanjut utusan Ratu Cik Sima memberikan penjelasan.
Mendengar ucapan dari utusan Ratu Cik Sima, Pangeran Empang Kuala tersadar telah memulai peperangan tersebut. Saat itu juga, Pangeran Empang Kuala langsung memerintahkan pasukannya segera meninggalkan Kerajaan Seri Bunga Tanjung, dan pulang ke Negeri Empang Kuala.
Usai berhasil mengusir pasukan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima langsung bergegas menjemput ketujuh putri cantinya di tempat persembunyian yang ada di dalam hutan. Setibanya di tempat persembunyian itu, Ratu Cik Sima dibuat terbelalak, karena ketujuh putrinya sudah tak bernyawa.
Ketujuh putri cantik yang disembunyikan di dalam lubang tanah itu, mati akibat kelaparan dan kehausan. Ratu Cik Sima lupa, bekal makanan dan minuman yang diberikannya kepada ketujuh putri itu hanya cukup untuk tiga bulan, sedangkan peperangan terjadi selama empat bulan.
Baca Juga
Tak kuasa mendapati ketujuh putri cantihnya telah tiada, Ratu Cik Sima dilanda kesedihan yang luar biasa, hingga membuatnya sakit parah dan akhirnya pergi untuk selamanya menyusul kematian ketujuh putrinya.
Peristiwa tragis itu, diyakini oleh masyarakat setempat sebagai cikal bakal lahirnya kata Dumai, yang diambil dari pernyataan Pangeran Empang Kuala "d'umai" saat melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai.