Kisah Misteri Ahmad di Depan Nama Bung Karno
loading...
A
A
A
Steven dalam Confrence of the Asian Studies Association of Australia di Wollongong 26-29 Juni 2006 mempresentasikan makalah berjudul In Search of Achmad Soekarno.
Analisa historisnya menghasilkan dua spekulasi. Pertama, nama Ahmad merupakan hasil tambahan wartawan barat karena memiliki budaya penamaan yang membubuhkan nama pertama dan nama keluarga.
Spekulasi itu juga disampaikan Williard A. Hanna, seorang doktor lulusan Universitas Michigan sekaligus ahli Asia Tenggara dalam Eight Nation Maker (1964).
Dalam buku A Magic Gecko (2011) Horst Henry Geerken juga menyebut kesalahan penulisan nama Ahmad Soekarno ada di media barat.
“Seperti banyak orang Jawa, dia hanya memiliki satu nama: Soekarno. Sebuah kantor berita Amerika, walaupun korespondennya di Jakarta, telah menjelaskan, mereka menciptakan begitu saja nama depan itu,” katanya.
Spekulasi yang kedua, nama Ahmad sengaja ditambahkan kalangan nasionalis Indonesia selama berlangsungnya revolusi.
Tujuannya untuk memfasilitasi dukungan negara Islam di Timur Tengah. M Zein Hassan, mahasiswa Indonesia di Mesir dalam memoarnya berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri: Perpanjangan Pemuda/Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah (1980), mengungkapkan klaim itu secara terang-terangan.
“Sangat mungkin wartawan Barat menggunakan Ahmad dengan merujuk pada sumber-sumber dari Timur Tengah akhir 1940-an,” tulis Steven dalam makalah In Search of Achmad Soekarno.
Di Indonesia sendiri, penyebutan nama Ahmad Soekarno pernah diutarakan Muljadi Djojomartono, tokoh Muhammadiyah saat peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1963. Dalam pidatonya Muljadi memperkenalkan Bung Karno kepada khalayak sebagai Haji Ahmad Soekarno.
Analisa historisnya menghasilkan dua spekulasi. Pertama, nama Ahmad merupakan hasil tambahan wartawan barat karena memiliki budaya penamaan yang membubuhkan nama pertama dan nama keluarga.
Spekulasi itu juga disampaikan Williard A. Hanna, seorang doktor lulusan Universitas Michigan sekaligus ahli Asia Tenggara dalam Eight Nation Maker (1964).
Dalam buku A Magic Gecko (2011) Horst Henry Geerken juga menyebut kesalahan penulisan nama Ahmad Soekarno ada di media barat.
“Seperti banyak orang Jawa, dia hanya memiliki satu nama: Soekarno. Sebuah kantor berita Amerika, walaupun korespondennya di Jakarta, telah menjelaskan, mereka menciptakan begitu saja nama depan itu,” katanya.
Spekulasi yang kedua, nama Ahmad sengaja ditambahkan kalangan nasionalis Indonesia selama berlangsungnya revolusi.
Tujuannya untuk memfasilitasi dukungan negara Islam di Timur Tengah. M Zein Hassan, mahasiswa Indonesia di Mesir dalam memoarnya berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri: Perpanjangan Pemuda/Mahasiswa Indonesia di Timur Tengah (1980), mengungkapkan klaim itu secara terang-terangan.
“Sangat mungkin wartawan Barat menggunakan Ahmad dengan merujuk pada sumber-sumber dari Timur Tengah akhir 1940-an,” tulis Steven dalam makalah In Search of Achmad Soekarno.
Di Indonesia sendiri, penyebutan nama Ahmad Soekarno pernah diutarakan Muljadi Djojomartono, tokoh Muhammadiyah saat peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1963. Dalam pidatonya Muljadi memperkenalkan Bung Karno kepada khalayak sebagai Haji Ahmad Soekarno.