Cerita Suharni, Manfaatkan PKH Selama 5 Tahun Bangun Usaha Beromzet Jutaan
loading...
A
A
A
BULUKUMBA - Suharni, seorang warga penerima program keluarga harapan (PKH) di Dusun Kassi Puteh, Desa Lolisang, Kecamatan Kajang, Bulukumba kini sukses dengan usaha ayam petelurnya yang beromzet Rp10 juta perbulan.
Keberhasilan Suharni membangun usaha ayam petelurnya tidak datang begitu saja.
Suharni bercerita, dulunya dia hanya ibu rumah tangga biasa. Hidup dari penjualan hasil pertanian yang dikelola sang suami. Tak jarang, dia dan keluarganya harus menahan lapar karena himpitan ekonomi. Saat musim paceklik tiba, Suharni berpikir keras mencari jalan agar keluarganya tidak semakin susah.
Kondisi ekonomi keluarga Suharni mulai membaik saat dia terdaftar sebagai penerima PKH,selama lima tahun terakhir. Melalui PKH, Suharni mendapatkan bantuan sembilan bahan pokok tiap bulannya.
Selain bahan pokok, Suharni juga menerima bantuan uang untuk biaya sekolah anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) senilai Rp900 ribu pertahun. Ada juga bantuan Rp2 juta untuk anaknya yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Bantuan-bantuan inilah yang dia kelola dengan baik. Dia menabung sisa uang dari bantuan biaya pendidikan anak-anaknya.
Dari tabungan itu, ditopang kerja keras dan keyakinannya, Suharni mencoba membuka usaha klontongan. Lewat usaha itu, dibantu pendamping PKH Desa Lolisang, Kecamatan Kajang bernama Asrul Sani, Suharni memberanikan diri meminjam uang di bank dan mulai membuka usaha ayam petelur.
Tak disangka, usaha itu berjalan lancar. Suharni kini tidak lagi menjadi warga penerima PKH. Ia telah menyerahkan bantuan tersebut untuk warga lain yang membutuhkan.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak untuk pemerintah, terkhusus Kementerian Sosial yang telah membantu melalui hari-hari sulit sehingga bisa sampai ke titik ini," tutur Suharni, Selasa (23/6/2020).
Sementara itu, Asrul Sani yang menemani Suharni membuka peluang usaha mengatakan, pertemuan peningkatan kemampuan keluarga rutin ia lakukan. Hal itu agar masyarakat mempunyai kesadaran untuk tidak bergantung pada bantuan dari Kemensos tersebut.
"Sebagai pendamping, saya turut merasakan kebahagiaan ibu Suharni. Pada dasarnya, kami SDM PKH Kementerian Sosial memang dituntut untuk mengubah pola hidup keluarga penerima manfaat agar tidak selalu bergantung pada bantuan," terang Asrul.
Keberhasilan Suharni membangun usaha ayam petelurnya tidak datang begitu saja.
Suharni bercerita, dulunya dia hanya ibu rumah tangga biasa. Hidup dari penjualan hasil pertanian yang dikelola sang suami. Tak jarang, dia dan keluarganya harus menahan lapar karena himpitan ekonomi. Saat musim paceklik tiba, Suharni berpikir keras mencari jalan agar keluarganya tidak semakin susah.
Kondisi ekonomi keluarga Suharni mulai membaik saat dia terdaftar sebagai penerima PKH,selama lima tahun terakhir. Melalui PKH, Suharni mendapatkan bantuan sembilan bahan pokok tiap bulannya.
Selain bahan pokok, Suharni juga menerima bantuan uang untuk biaya sekolah anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) senilai Rp900 ribu pertahun. Ada juga bantuan Rp2 juta untuk anaknya yang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Bantuan-bantuan inilah yang dia kelola dengan baik. Dia menabung sisa uang dari bantuan biaya pendidikan anak-anaknya.
Dari tabungan itu, ditopang kerja keras dan keyakinannya, Suharni mencoba membuka usaha klontongan. Lewat usaha itu, dibantu pendamping PKH Desa Lolisang, Kecamatan Kajang bernama Asrul Sani, Suharni memberanikan diri meminjam uang di bank dan mulai membuka usaha ayam petelur.
Tak disangka, usaha itu berjalan lancar. Suharni kini tidak lagi menjadi warga penerima PKH. Ia telah menyerahkan bantuan tersebut untuk warga lain yang membutuhkan.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak untuk pemerintah, terkhusus Kementerian Sosial yang telah membantu melalui hari-hari sulit sehingga bisa sampai ke titik ini," tutur Suharni, Selasa (23/6/2020).
Sementara itu, Asrul Sani yang menemani Suharni membuka peluang usaha mengatakan, pertemuan peningkatan kemampuan keluarga rutin ia lakukan. Hal itu agar masyarakat mempunyai kesadaran untuk tidak bergantung pada bantuan dari Kemensos tersebut.
"Sebagai pendamping, saya turut merasakan kebahagiaan ibu Suharni. Pada dasarnya, kami SDM PKH Kementerian Sosial memang dituntut untuk mengubah pola hidup keluarga penerima manfaat agar tidak selalu bergantung pada bantuan," terang Asrul.
(luq)