Kisah Cinta Sultan Syarif Kasim II dan Ratu Wilhelmina Bersemi di Antara Kolonialisme dan Kecamuk Perang

Senin, 09 Mei 2022 - 05:02 WIB
loading...
A A A
Tak hanya menyatakan diri sebagai bagian Indonesia, Sultan Syarif Kasim II juga menyumbangkan harta kekayaan kerajaan, sebesar 13 juta gulden untuk Pemerintah Republik Indonesia. Sumbangan itu setara dengan 214,5 juta gulden pada tahun 2014, atau 120,1 juta dollar Amerika Serikat, atau Rp1,47 triliun.



Lahir dari pasangan Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin dan permaisuri Tengku Yuk, Sultan Syarif Kasim II. Sejak kecil dia didik di lingkungan istana, sebagaimana seorang calon raja. Ayahnya merupakan sultan ke-11, dan memerintah selama 19 tahun, yakni pada tahun 1889-1908.

Ayahnya ingin agar Sultan Syarif Kasim II yang akan menggantikannya kelak, dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas. Untuk mewujudkan hal itu, akhirnya Sultan Syarif Kasim II dikirim ke Batavia, untuk menempuh pendidikan di sana sejak usia 12 tahun.

Selama berada di Batavia, Sultan Syarif Kasim II mendapatkan pendidikan hukum Islam dari Sayed Husein Al-Habsyi, yang merupakan ulama besar dan tokoh pergerakan nasional. Selain itu, dia juga belajar tentang ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Profesor Snouck Hurgronye dari Institute Beck en Volten.

Di tengah masa mudanya yang penuh gairah menuntut ilmu di Batavia, dalam pengaruh besar pergerakan nasional, ayah Sultan Syarif Kasim II meninggal dunia pada tahun 1908. Sultan Syarif Kasim II tidak langsung dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahndanya, dia tetap diminta menyelesaikan pendidikannya hingga tahun 1915.

Selama terjadi kekosongan sultan, roda pemerintahan di Kesultanan Siak Sri Indrapura, dijalankan oleh dua pejabat yang mewakili sultan, yakni Tengku Besar Sayed Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama tujuh tahun. Barulah pada 3 Maret 1915, Sultan Syarif Kasim II kembali dari Batavia dan dinobatkan sebagai sultan pada usia 21 tahun.



Kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II, membuat pemerintah Kolonial Hindia Belanda, panas dingin. Pasalnya, Sebagai pewaris kerajaan Sultan Syarif Kasim II merupakan orang yang sangat berpendidikan, dan pemikirannya progresif karena terpengaruh pergerakan nasional.

Di tengah ketidak senangan pemerintah kolonial Hindia Belanda, Datuk Empat Suku yang merupakan Dewan Kerajaan tetap menghendaki Sultan Syarif Kasim II menjadi sultan. Hal ini, membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda, akhirnya mengkerdilkan arti dan fungsi Dewan Kerajaan, yang kemudian dihapus.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2482 seconds (0.1#10.140)