Tumbuh dalam Lingkungan Anti Imperialisme, Ratu Kalinyamat Jadi Sosok Pemberani Lawan Portugis di Malaka

Sabtu, 08 Januari 2022 - 05:02 WIB
loading...
Tumbuh dalam Lingkungan Anti Imperialisme, Ratu Kalinyamat Jadi Sosok Pemberani Lawan Portugis di Malaka
Retno Kencono atau Ratu Kalinyamat dikenal sebagai sosok pemberani dan cerdas. Tumbuh di tengah keluarga kaya dan anti imperialisme, Ratu Kalinyamat membuat Jepara kelak disegani Portugis. Foto ilustrasi Wikipedia
A A A
JAKARTA - Retno Kencono atau Ratu Kalinyamat dikenal sebagai sosok pemberani dan cerdas. Tumbuh di tengah keluarga kaya dan anti imperialisme, Ratu Kalinyamat membuat Jepara kelak disegani dan diperhitungkan baik raja-raja di Nusantara maupun para penjajah Eropa, khususnya Portugis.

Nama Jepara dan sosok Ratu Kalinyamat pun tercatat dalam buku sejarah di negeri itu. Buku Suma Oriental karya Tome Pires, misalnya, mencatat bahwa Japara dikenal sejak abad ke-15 (1470 M) sebagai bandar kecil. Kota pelabuhan ini, tulis Tome Pieres, hanya dihuni oleh 90-100 orang. Kota kecil ini dikuasai Arya Timur dan berada di bawah pemerintahan Demak.

Tome Pires menerangkan, setelah Arya Timur meninggal, tampuk kekuasaan dipegang Pati Unus selama 14 tahun, dari 1507 hingga 1521 Masehi. Pada masa kekuasaan Pati Unus, Japara berkembang menjadi kota pelabuhan niaga dan militer yang disegani. Kata Jepara itu sendiri artinya tempat permukiman para pedagang yang berniaga dari dan ke berbagai daerah.

Pati Unus dalam buku sejarah di Indonesia, dikenal sebagai salah satu sosok pemberani. Ia tercatat sebagi tokoh yang ikut melawan Portugis di Malaka. Setelah Pati Unus meninggal, perjuangan melawan Portugis dilanjutkan oleh Fatahillah, ipar Pati Unus yang berkuasa dari 1521 hingga 1536 Masehi.

Sama seperti pendahulunya, Fatahillah adalah tokoh yang sangat gigih melawan kelaliman angkatan laut Portugis di Selat Malaka. Setelah Fatahillah meninggal, darah anti imperialisme diturunkan kepada putranya, Sultan Trenggono pada tahun 1536 M.

Tak lama setelah itu, Sultan Hadirin asal Aceh yang menikahi Retno Kencono, putri Trenggono diserahi kepercayaan untuk mimimpin Jepara. Dengan warisan darah anti imperialisme dan kekayaan yang didapat dari hasil niaga, Jepara di bawah pimpinan Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat memperkuat armada perangnya.

Dalam buku Ratu Kalinyamat, Rainha de Jepara karya Hadi Priyanto, disebutkan bahwa meski suaminya tewas di tangan Arya Penangsang, semangat Ratu Kalinyamat untuk membangun Japara tidak surut.

Sebagai kota pelabuhan, pembangunan diarahkan untuk memperkuat armada angkatan laut. Jumlah kapal perang dilipatgandakan oleh Ratu Kalinyamat. Demikian pun prajurit-prajuritnya, dilipatgandakan jumlahnya.

Kuatnya armada angkatan laut Jepara terdengar sampai ke Johor Malaysia dan kerajaan lainnya di Nusantara. Itulah sebabnya, pada 1550, ketika Johor merasa terganggu kepentingannya oleh kehadiran armada Portugis di Selat Malaka, Kesultanan Johor segera mengontak Ratu Kalinyamat untuk meminta dukungan pasukan.

Ratu Kalinyamat mengabulkan permohonan Sultan Johor dengan mengirimkan 40 kapal perang yang mengangkut lebih dari 4.000 orang prajurit ke Selat Malaka. Di Selat Malaka, armada dari Jepara bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu yang berkekuatan lebih dari 150 kapal.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0988 seconds (0.1#10.140)