Kisah Ritual Tapa Telanjang, Pertapaan Sonder dan Ratu Kalinyamat

Sabtu, 01 Mei 2021 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Ritual Tapa Telanjang, Pertapaan Sonder dan Ratu Kalinyamat
Pertapaan Ratu Kalinyamat ini berada di Dukuh Sonder, Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Jepara, Jawa Tengah kisaran 40 kilometer sebelah utara dari pusat Kota Jepara. Foto iNews TV/Alip S
A A A
Nama Ratu Kaliyamat tidak asing bagi warga Jepara . Ratu Kalinyamat sebutan lain Retna Kencana adalah putri dari Sultan Trengana atau Trenggono Sultan Demak Bintoro di abad 15. Selain itu Ratu Kalinyamat merupakan istri dari Sultan Hadlirin yang diberi wilayah kekuasaan Jepara saat itu.
Kisah Ritual Tapa Telanjang, Pertapaan Sonder dan Ratu Kalinyamat

Namun Ratu Kalinyamat meninggalkan kisah pilu hingga memaksa dirinya melakukan ritual tapa telanjang di Dukuh Sonder, Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Jepara, Jawa Tengah atau dikenal dengan pertapaan sonder.

Kisah pilu Ratu Kaliyamat ini terjadi menyusul terbunuhnya sang suami Sultan Hadlirin oleh Arya Penangsang, Raja Jipang. Ini lah yang memaksanya untuk melakukan tapa wudo atau tapa telanjang sampai pembunuh suaminya yaitu Arya Penangsang tewas

Ratu Kalinyamat bersumpah, "Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung iso kramas getihe lan kesed jambule Aryo penangsang". Artinya dia tidak akan menghentikan laku tapanya jika belum bisa keramas rambut dan darah Aryo Penangsang.
Kisah Ritual Tapa Telanjang, Pertapaan Sonder dan Ratu Kalinyamat

Pertapaan Ratu Kalinyamat ini berada kisaran 40 kilometer sebelah utara dari pusat Kota Jepara. Lokasi area pertapaan Ratu Kalinyamat begitu teduh karena dikelilingi pepohonan berukuran besar dengan usia yang mencapai ratusan tahun.



Ratu Kaliyamat menghentikan tapa wudo setelah Arya Penangsang berhasil dibunuh Sultan Pajang Raden Hadiwijaya lewat Senapati perang Danang Sutawijaya putra Ki Gede Pemanahan. Dimana Arya Penangsang terbunuh dalam perang di tepian Bengawan Solo antara Cepu dan Blora.

Ritual tapa wuda berakhir setelah Sultan Pajang menghadap Ratu Kalinyamat sambil menenteng penggalan kepala Aryo Penangsang dan semangkok darahnya. Kepala Aryo Penangsang digunakan untuk lap kaki Ratu Kalinyamat dan darahnya digunakan untuk keramas.

Sebagian kalangan mengartikan tapa wudo Ratu Kalinyamat ini dilakukan dalam kondisi telanjang bulat atau tanpa selembar busana. Namun tidak demikian dengan juru kunci pertapaan Muchlisin yang mengartikan tapa wudo sebagai kata kias.

Menurutnya tapa wudo tersebut sebagai kiasan menanggalkan gemerlap dunia dan pakaian kebesaran kerajaan. Namun tetap mengenakan pakaian layaknya rakyat jelata.

“Makna lain kata tapa wuda di sini sebagai bentuk ritual doa mencari keadilan kepada tuhan setelah suaminya tewas di tangan Arya Penangsang,” katanya.

Petilasan pertapaan Ratu Kalinyamat hingga kini dipercaya sebagai tempat keramat oleh banyak kalangan masyarakat. Tak heran jika tempat ini sering kali dipadati pengunjung terutama setiap malam Jumat Wage. Pengunjung yang datang tidak hanya dari lokal Jepara namun hingga luar pulau Jawa.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2606 seconds (0.1#10.140)