Dahsyatnya Senjata Biologis Mataram dalam Penaklukan Surabaya Picu Wabah Penyakit dan Kelaparan
loading...
A
A
A
Kekuatan Kadipaten Surabaya juga terkonsolidasi dengan Tuban, Malang, Kediri, Lasem, serta Madura. Konsolidasi kekuatan di timur Jawa ini terjadi sebagai respon kekuatan Mataram yang kian ekspansif.
Melihat begitu besarnya potensi kekuatan di timur Jawa yang dikonsolidasi oleh Kadipaten Surabaya, Sultan Agung mulai melancarkan kampanye militer Mataram ke wilayah timur Jawa pada awal abad ke-17, tepatnya pada tahun 1914 dengan menyerang sekutu-sekutu Kadipaten Surabaya. Upaya ini tak lepas dari ambisi Sultan Agung menyatukan Jawa di bawah Mataram.
Tak tinggal diam, Kadipaten Surabaya bersama para sekutunya melakukan serangan balik untuk menghantam kekuatan Mataram. Sayangnya, serangan itu dapat dikandaskan Mataram pada tahun 1616 di dekat Pajang.
Mataram akhirnya melancarkan strategi dengan ekspedisi untuk menaklukkan sekutu-sekutu Kadipaten Surabaya. Upaya ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Pada tahun 1620, seluruh sekutu Kadipaten Surabaya berhasil ditakhlukkan pasukan Mataram, hingga wilayah Kadipaten Surabaya terkepung dari segala penjuru.
Serangan ke timur Jawa, hingga akhirnya berhasil mengepung pusat Kadipaten Surabaya, dimulai pasukan Sultan Agung, dengan menyerang wilayah selatan Kadipaten Surabaya, yakni di wilayah Malang, dan Pasuruan, pada tahun 1614. Upaya ini sempat mendapatkan perlawanan dari pasukan Surabaya, namun berhasil digagalkan.
Tahun berikutnya, pada 1615, pasukan Sultan Agung berhasil menaklukkan Wirasaba. Bahkan, penakhlukkan ini dipimpin sendiri oleh Sultan Agung. Akibat takut Tuban melakukan serangan dadakan, akhirnya Surabaya tak mengirimkan pasukan saat Wirasaba dihancurkan Sultan Agung.
Takhluknya Wirasaba, menjadi ancaman besar bagi Kadipaten Surabaya, dan kerajaan-kerajaan kecil anggota sekutunya. Mereka akhirnya mengerahkan pasukan besar menuju Pajang, yang kala itu mulai membara dengan melancarkan pemberontakan ke Mataram.
Upaya pengumpulan kekuatan pasukan sekutu Kadipaten Surabaya, di Pajang, untuk membantuk pemberontakan ke Mataram, ternyata tercium oleh pasukan telik sandi Mataram yang berada di Tuban.
Melihat begitu besarnya potensi kekuatan di timur Jawa yang dikonsolidasi oleh Kadipaten Surabaya, Sultan Agung mulai melancarkan kampanye militer Mataram ke wilayah timur Jawa pada awal abad ke-17, tepatnya pada tahun 1914 dengan menyerang sekutu-sekutu Kadipaten Surabaya. Upaya ini tak lepas dari ambisi Sultan Agung menyatukan Jawa di bawah Mataram.
Tak tinggal diam, Kadipaten Surabaya bersama para sekutunya melakukan serangan balik untuk menghantam kekuatan Mataram. Sayangnya, serangan itu dapat dikandaskan Mataram pada tahun 1616 di dekat Pajang.
Mataram akhirnya melancarkan strategi dengan ekspedisi untuk menaklukkan sekutu-sekutu Kadipaten Surabaya. Upaya ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Pada tahun 1620, seluruh sekutu Kadipaten Surabaya berhasil ditakhlukkan pasukan Mataram, hingga wilayah Kadipaten Surabaya terkepung dari segala penjuru.
Serangan ke timur Jawa, hingga akhirnya berhasil mengepung pusat Kadipaten Surabaya, dimulai pasukan Sultan Agung, dengan menyerang wilayah selatan Kadipaten Surabaya, yakni di wilayah Malang, dan Pasuruan, pada tahun 1614. Upaya ini sempat mendapatkan perlawanan dari pasukan Surabaya, namun berhasil digagalkan.
Tahun berikutnya, pada 1615, pasukan Sultan Agung berhasil menaklukkan Wirasaba. Bahkan, penakhlukkan ini dipimpin sendiri oleh Sultan Agung. Akibat takut Tuban melakukan serangan dadakan, akhirnya Surabaya tak mengirimkan pasukan saat Wirasaba dihancurkan Sultan Agung.
Takhluknya Wirasaba, menjadi ancaman besar bagi Kadipaten Surabaya, dan kerajaan-kerajaan kecil anggota sekutunya. Mereka akhirnya mengerahkan pasukan besar menuju Pajang, yang kala itu mulai membara dengan melancarkan pemberontakan ke Mataram.
Upaya pengumpulan kekuatan pasukan sekutu Kadipaten Surabaya, di Pajang, untuk membantuk pemberontakan ke Mataram, ternyata tercium oleh pasukan telik sandi Mataram yang berada di Tuban.