Pertempuran Sulsel Melawan Virus Corona Difokuskan di 4 Wilayah Ini
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pertempuran Sulsel melawan virus corona, COVID-19 kini difokuskan di empat wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, dan Luwu Timur. Sebab angka penularan virus di empat wilayah ini masih terbilang tinggi.
Baca :Jadi Episentrum Covid-19 di Sulsel, Angka R0 di Makassar Diyakini Masih Tinggi
"Untuk kabupaten/kota lain, bukan berarti kita mengabaikan. Tetapi sekarang ini pertempurannya ada di empat kota ini. Kalau kita mampu menyelesaikan pertempuran di empat kota ini, kita mampu menyelesaikan 70-80% pertempuran ini," ungkap Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin saat telekonferensi, kemarin.
Dari keempat wilayah itu, kata Dia, Makassar tetap jadi episentrum penularan. Sementara Gowa dan Maros pun terdampak sebagai wilayah tetangga. Adapun Luwu Timur sebagai daerah yang memiliki akses penerbangan langsung dari wilayah episentrum di samping karena pertumbuhannya dipengaruhi di industri.
Ridwan menuturkan, separuh kasus penularan COVID-19 di Sulsel saat ini sebagian besar bersumber dari Makassar. Berdasarkan hitungannya, angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) khusus Kota Makassar berkisar 1,9.
"Situasi makassar sekarang inikan dengan jumlah kasus kurang lebih 900-an. Hampir separuh dari seluruh kasus yang ada di Sulsel. Angka reproduksi efektif untuk Kota Makassar itu kurang lebih 1,9," papar Ridwan.
Selain Kota Makassar, tiga daerah lainnya yang jadi fokus saat inj masih berpotensi terjadinya penularan. "Tetapi itu masih berpotensi pada terjadinya peningkatan jumlah kasus yang massif kalau tidak dibarengi dengan upaya-upaya intervensi public health secara massif," tuturnya.
Ridwan menggambarkan, sejak awal Maret 2020 lalu kasus COVID-19 mulai meledak di Sulsel, jumlah reproduksi pertumbuhan kasus kasusnya 28%. Dengan waktu penggandaan virus kurang lebih 3-4 hari.
Seiring berjalannya waktu, kasus itu mulai bisa dikendalikan dan secara bertahap kurva epidemi mulai melandai. Hal ini setelah ada upaya intervensi yang dilakukan pemerintah, misalnya PSBB tahap 1 dan 2 di Kota Makassar, termasuk PSBB Gowa. Hingga melalui isolasi mandiri terpusat melalui program duta wisata COVID-19.
"Dari sisi program, benefit program, kita sudah sampaikan kemarin dengan program yang telah dilakukan selama 72 hari (sejak intervensi dilakukan), itu kita mampu, provinsi Sulsel, mampu mencegah lahirnya kasus baru kurang lebih 750 kasus baru," urai Ridwan.
Dari sisi faktor output atau outcome dari program yang dilakukan turut berdampak pada angka kesembuhan yang tinggi atau mencapai 39%. Angka ini disebut lebih rendah dibanding negara ASEAN yang berada di atas 80%. Namun angka Sulsel diklaim masih lebih tinggi jika dibanding data secara nasional yang berkisar 30% kasus kesembuhan pasien.
Baca :Jadi Episentrum Covid-19 di Sulsel, Angka R0 di Makassar Diyakini Masih Tinggi
"Untuk kabupaten/kota lain, bukan berarti kita mengabaikan. Tetapi sekarang ini pertempurannya ada di empat kota ini. Kalau kita mampu menyelesaikan pertempuran di empat kota ini, kita mampu menyelesaikan 70-80% pertempuran ini," ungkap Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin saat telekonferensi, kemarin.
Dari keempat wilayah itu, kata Dia, Makassar tetap jadi episentrum penularan. Sementara Gowa dan Maros pun terdampak sebagai wilayah tetangga. Adapun Luwu Timur sebagai daerah yang memiliki akses penerbangan langsung dari wilayah episentrum di samping karena pertumbuhannya dipengaruhi di industri.
Ridwan menuturkan, separuh kasus penularan COVID-19 di Sulsel saat ini sebagian besar bersumber dari Makassar. Berdasarkan hitungannya, angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) khusus Kota Makassar berkisar 1,9.
"Situasi makassar sekarang inikan dengan jumlah kasus kurang lebih 900-an. Hampir separuh dari seluruh kasus yang ada di Sulsel. Angka reproduksi efektif untuk Kota Makassar itu kurang lebih 1,9," papar Ridwan.
Selain Kota Makassar, tiga daerah lainnya yang jadi fokus saat inj masih berpotensi terjadinya penularan. "Tetapi itu masih berpotensi pada terjadinya peningkatan jumlah kasus yang massif kalau tidak dibarengi dengan upaya-upaya intervensi public health secara massif," tuturnya.
Ridwan menggambarkan, sejak awal Maret 2020 lalu kasus COVID-19 mulai meledak di Sulsel, jumlah reproduksi pertumbuhan kasus kasusnya 28%. Dengan waktu penggandaan virus kurang lebih 3-4 hari.
Seiring berjalannya waktu, kasus itu mulai bisa dikendalikan dan secara bertahap kurva epidemi mulai melandai. Hal ini setelah ada upaya intervensi yang dilakukan pemerintah, misalnya PSBB tahap 1 dan 2 di Kota Makassar, termasuk PSBB Gowa. Hingga melalui isolasi mandiri terpusat melalui program duta wisata COVID-19.
"Dari sisi program, benefit program, kita sudah sampaikan kemarin dengan program yang telah dilakukan selama 72 hari (sejak intervensi dilakukan), itu kita mampu, provinsi Sulsel, mampu mencegah lahirnya kasus baru kurang lebih 750 kasus baru," urai Ridwan.
Dari sisi faktor output atau outcome dari program yang dilakukan turut berdampak pada angka kesembuhan yang tinggi atau mencapai 39%. Angka ini disebut lebih rendah dibanding negara ASEAN yang berada di atas 80%. Namun angka Sulsel diklaim masih lebih tinggi jika dibanding data secara nasional yang berkisar 30% kasus kesembuhan pasien.