Pertempuran Sulsel Melawan Virus Corona Difokuskan di 4 Wilayah Ini

Selasa, 09 Juni 2020 - 06:48 WIB
loading...
Pertempuran Sulsel Melawan Virus Corona Difokuskan di 4 Wilayah Ini
Pertempuran Sulsel melawan virus corona, COVID-19 kini difokuskan di empat wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, dan Luwu Timur. Foto : SINDOnews/Ilustrasi
A A A
MAKASSAR - Pertempuran Sulsel melawan virus corona, COVID-19 kini difokuskan di empat wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, dan Luwu Timur. Sebab angka penularan virus di empat wilayah ini masih terbilang tinggi.

Baca :Jadi Episentrum Covid-19 di Sulsel, Angka R0 di Makassar Diyakini Masih Tinggi

"Untuk kabupaten/kota lain, bukan berarti kita mengabaikan. Tetapi sekarang ini pertempurannya ada di empat kota ini. Kalau kita mampu menyelesaikan pertempuran di empat kota ini, kita mampu menyelesaikan 70-80% pertempuran ini," ungkap Ketua Tim Konsultan Gugus Tugas COVID-19 Sulsel, Prof Ridwan Amiruddin saat telekonferensi, kemarin.

Dari keempat wilayah itu, kata Dia, Makassar tetap jadi episentrum penularan. Sementara Gowa dan Maros pun terdampak sebagai wilayah tetangga. Adapun Luwu Timur sebagai daerah yang memiliki akses penerbangan langsung dari wilayah episentrum di samping karena pertumbuhannya dipengaruhi di industri.

Ridwan menuturkan, separuh kasus penularan COVID-19 di Sulsel saat ini sebagian besar bersumber dari Makassar. Berdasarkan hitungannya, angka reproduksi efektif COVID-19 (Rt) khusus Kota Makassar berkisar 1,9.

"Situasi makassar sekarang inikan dengan jumlah kasus kurang lebih 900-an. Hampir separuh dari seluruh kasus yang ada di Sulsel. Angka reproduksi efektif untuk Kota Makassar itu kurang lebih 1,9," papar Ridwan.

Selain Kota Makassar, tiga daerah lainnya yang jadi fokus saat inj masih berpotensi terjadinya penularan. "Tetapi itu masih berpotensi pada terjadinya peningkatan jumlah kasus yang massif kalau tidak dibarengi dengan upaya-upaya intervensi public health secara massif," tuturnya.

Ridwan menggambarkan, sejak awal Maret 2020 lalu kasus COVID-19 mulai meledak di Sulsel, jumlah reproduksi pertumbuhan kasus kasusnya 28%. Dengan waktu penggandaan virus kurang lebih 3-4 hari.

Seiring berjalannya waktu, kasus itu mulai bisa dikendalikan dan secara bertahap kurva epidemi mulai melandai. Hal ini setelah ada upaya intervensi yang dilakukan pemerintah, misalnya PSBB tahap 1 dan 2 di Kota Makassar, termasuk PSBB Gowa. Hingga melalui isolasi mandiri terpusat melalui program duta wisata COVID-19.

"Dari sisi program, benefit program, kita sudah sampaikan kemarin dengan program yang telah dilakukan selama 72 hari (sejak intervensi dilakukan), itu kita mampu, provinsi Sulsel, mampu mencegah lahirnya kasus baru kurang lebih 750 kasus baru," urai Ridwan.

Dari sisi faktor output atau outcome dari program yang dilakukan turut berdampak pada angka kesembuhan yang tinggi atau mencapai 39%. Angka ini disebut lebih rendah dibanding negara ASEAN yang berada di atas 80%. Namun angka Sulsel diklaim masih lebih tinggi jika dibanding data secara nasional yang berkisar 30% kasus kesembuhan pasien.

Baca Juga :Melonjak 110, Positif Corona di Sulsel Tembus 2.014 Kasus

Kemudian dari sisi angka kasus kematian, dari hari ke hari juga dianggap mulai mengalami penurunan. Saat ini posisinya sudah berada di angka 5%. Kata Ridwan, angka kasus kematian di Sulsel tergolong rendah jika dibanding nasional di kisaran 5,9%.

Dari berbagai upaya intervensi dan program yang dilakukan, Sulsel dinilai mampu mengendalikan penularan secara massif. Saat ini, pertumbuhan kasus barunya sudah berada di kisaran angka 8-9%. Waktu penggandaan atau penularan virus pun melambat, butuh waktu delapan hari.

Maka berdasarkan perhitungannya, capaian angka reproduksi efektif Covid-19 (Rt) secara umum di Sulsel saat ini berada di angka 0,9. Angka ini masih fluktuatif, atau kata Ridwan, masih berkisar diantara 0,9 sampai 1,8.

Angka diharapkan bisa bertahan atau ditekan dibawah 1 selama dua atau tiga pekan kedepan. Sesuai dengan harapan Ketua Gugus Tugas Covid-19 Pusat saat berkunjung ke Makassar, bersama Menko PMK dan Menteri Kesehatan di Makassar, Minggu (07/06/2020) lalu.

"Jadi pergerakan angka ini sangat dinamis. Tergantung upaya-upaya yang kita lakukan secara bersama di dalam upaya pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19 di Sulsel," kata Ridwan yang juga Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Sulsel.

Apalagi, puncak pandemi COVID-19 di Sulsel diprediksi akan terjadi di bulan Juni ini. Hal ini dikhawatirkan terjadi disamping mobilitas masyarakat di tengah beberapa kelonggaran aktivitas saat ini.

"Sebenarnya pada bulan Juni ini memang kita akan mengalami percepatan puncak pandemi. Artinya, kita sangat khawatir pada bulan Juni dengan adanya pelonggaran itu mobilitas penduduk yang tinggi, betul-betul akan terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Itu yang kami sangat khawatirkan," ucap dia.

Namun Ridwan mengaku, kebijakan saat ini memang cenderung mulai mengarah ke skenario new normal. Adanya sedikit kelonggaran aktivitas lebih khusus di sektor ekonomi, memang harus dilakukan disamping perekonomian di Sulsel yang terpuruk.

"Jadi new normal yang kita kembangkan dalam periode pada fase puncak pandemi ini adalah lebih pada fokus menstabilkan ekonomi yang mulai terpuruk. Karena itu memberikan ruang ekonomi bergerak, maka dilakukan pelonggaran," tuturnya.

Lanjut Ridwan, melakukan pembatasan pada situasi seperti ini dianggap sudah lebih sulit dilaksanakan. Makanya, skenario yang paling mudah dilakukan adalah disiplin melaksanakan protokol kesehatan, baik pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Disamping menerapkan pola hidup sehat dengan makan-makanan bergizi.

Dia mengingatkan agar tidak menganggap remeh hal ini. Pasalnya dari data akumulasi kasus COVID-19 di Sulsel selama ini, jika ditinjau dari karakteristik usia, kelompok usia produktif atau kelompok muda justru rentan terpapar atau terkonfirmasi positif COVID-19. Pasalnya tingkat pergerakannya tinggi, namun tidak dibarengi penerpan protokol kesehatan.

"Ini menjustifikasi kepada kita semua bahwa kelompok usia profuktif ini adalah keompok yang sangat mobile, pergerakannya tinggi, interaksi sosial tinggi. Jika tidak disertai disiplin protokol kesehatan, maka ini terjadi penularan diantara mereka," tukasnya.

Meski di satu tingkat kesembuhan di kelompok usia muda cukup tinggi, namun dikhawatirkan bisa menjadi carrier bagi kelompok usia lebih tua. Misalnya, membawa dan menularkan virus kepada keluarganya di rumah sehabis keluar di tempat umum.

"Kekhawatiran kita orang-orang muda yang pulang ke rumah, ada keluarga rentan atau kelompok tua itu menjadi sangat beresiko karena imunitasnya lebih rendah. Kalau kita lihat sebaran angka kematian, 3/4 kasus kematian itu ada pada kelompok 50 tahun ke atas atau kelompok usia lebih tua. Ini harus diwaspadai," tegasnya.

Kedepannya, Sulsel khususnya di empat daerah tadi akan lebih fokus pada upaya tracing contact secara massif. Menemukan para warga yang punya riwayat kontak pasien lalu untuk segera ditangani. Targetnya, angka kematian ditekan, kesembuhan bisa lebih tinggi, dan kasus terkendali.

"Peningkatan kasus harian itu beriringan dengan intensifnya tracing yang dilakukan. Semakin intensif pelacakan kasus dilakukan, maka kasus juga akan semakin meningkat. Pada saat kasus meningkat, sebenarnya kan upaya testing memastikan memisahkan mereka yang positif untuk segera diisolasi, dengan yang sehat," sebutnya.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) pun berharap kualitas layanan dan mutu pelayanan di tiap fasilitas kesehatan semakin baik. Agar pasien yang masuk fase kritis bisa ditangani dengan baik.

Senada, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Muhammad Ichsan Mustari pun berharap agar masyarakat bisa berperan aktif bersama pemerintah mengendalikan kasus COVID-19. Disiplin menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci kesuksesannya.

Dengan demikian, diharap Sulsel bisa segera keluar dari pandemi COVID-19. Tracing contact secara massif melalui rapid test massal dilakukan untuk menemukan warga terinfeksi COVID-19 agar segera diisolasi untuk mendapat perawatan.

"Edukasi juga masih harus dilakukan. Terutama di Makasaar, teman-teman di puskemas kita agar bisa memberikan lemahaman bagaimana peran mereka (masyarakat Sulsel) dalam upaya pemutusan mata rantai COVID-19 ini," sebut Ichsan.

Sebelumnya Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menyarankan agar Sulsel bisa membentuk Rumah Sakit (RS) Darurat COVID yang dipusatkan di Makassar. Asrama Haji Sudiang Makassar bisa didorong untuk tujuan itu.

Tujuannya menjadikan komplek RS tersebut menjadi wilayah karantina. Model ini juga diterapkan di Jakarta, dengan menjadikan wisma atlet sebagai pusat isolasi. Menanggapi hal ini, Ichsan mengaku skenario demikian sudah dilakukan di Sulsel, lewat program yang berbeda.

"Saya bahkan bisa ceritakan bahwa model yang kita lakukan lewat program duta wisata covid akan lebih bagus dari itu. Karena itu kita lakukan untuk OTG dan ODP. Jadi yang penting sebenarnya melakukan testing warga yang belum terdeteksi," pungkas dia.

Baca Lagi : Nurdin Abdullah Minta Pengamanan Rumah Sakit di Makassar Diperketat
(sri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1434 seconds (0.1#10.140)