Tenun Nusantara, Jati Diri Bangsa dan Benteng Pertahanan Budaya

Senin, 04 Oktober 2021 - 22:50 WIB
loading...
Tenun Nusantara, Jati Diri Bangsa dan Benteng Pertahanan Budaya
Prof. DR. Anna Mariana, pelopor tenun Indonesia dan Ketua Umum Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara (YCBKN). Foto ist
A A A
JAKARTA - Tenun , produk tradisional yang dapat ditemukan di banyak daerah di Indonesia, sejatinya bukan hanya selembar kain. Tenun adalah simbol jati diri bangsa, karena di dalam selembar tenun terkandung nilai spiritual, nilai kearifan lokal , nilai adiluhung bangsa.

Karena itu, tenun merupakan aset dan warisan budaya tak benda leluhur bangsa Indonesia. Namun, modernisasi membawa dampak terhadap produk tradisional itu ketika generasi muda memandang sebelah mata.

Prof. DR. Anna Mariana, pelopor tenun Indonesia dalam sebuah diskusi webinar bertema ‘Tenun Sebagai Benteng Pertahanan Budaya dan Jati Diri Bangsa’ yang digelar oleh Yayasan Budaya Kain Nusantara, dan Komunitas Tekstil Tradisional Indonesia, Rabu (29/9/2021) menyampaikan rasa cemasya terhadap warisan leluhur itu.

“Era modernisasi ini makin menggerus keberadaan warisan budaya ini. Tak hanya jumlah pengrajin yang semakin sedikit, namun sangat sedikit generasi bangsa ini yang memakainya dalam kehidupan,” kata Anna Mariana, yang juga Ketua Umum Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara (YCBKN).

Selain Anna, hadir dalam acara ini sejumlah pembicara. Di antaranya Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek, dan perwakilan dari Dewan Keraton Nusantara. Termasuk Ketua Umum Dharma Pertiwi & IKKT, istri Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Nanny Hadi Tjahjanto.

Anna mengatakan, dirinya terus mendorong masyarakat agar meningkatkan rasa kecintaan pada produk dalam negeri, terutama tenun-tenun tradisional Indonesia. Menurutnya, mencintai tenun dengan memakainya dalam kegiatan keseharian adalah cara mempertahankan identitas budaya bangsa.

Anna juga mengajak seluruh lapisan masyarakat mengenal budaya tenun nusantara. “Jadikan budaya tenun sebagai salah satu sarana untuk mempertahankan identitas budaya dan jati diri bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Dalam kaitan mempertahankan keberadaan tenun, sosok perempuan pelopor Hari Tenun Nasional (HTN) ini terus berjuang agar tanggal 7 September ditetapkan sebagai HTN.

“Misi gerakan ini adalah mendukung program pemerintah untuk mengurangi pengangguran melalui peningkatan produksi industri ekonomi kreatif. Termasuk pemberdayaan dan pembinaan perajin tenun tradisional Indonesia,” katanya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5172 seconds (0.1#10.140)