Mengenal Tradisi Ojung, Kearifan Lokal Pelestarian Kekayaan Pangan di Bugeman Situbondo
loading...
A
A
A
SITUBONDO - Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo , Provinsi Jawa Timur adalah salah satu penerima fasilitas dari program Pemajuan Kebudayaan Desa yang diinisiasi oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi sejak tahun 2021.
"Di desa Bugeman terdapat tradisi Ojung yang sudah ditetapkan sebagai WBTB di tahun 2019 dengan domain Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan," Kapokja Ketahanan Budaya, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Syukur Asih Suprojo.
Ia menjelaskan tradisi Ojung merupakan ritual yang dilakukan leluhur di Desa Bugeman, dengan saling memukul menggunakan rotan yang dimainkan oleh dua orang. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Jika salah satu peserta memukul, maka peserta lain akan menangkis atau menghindar.
Dalam tradisi Ojung, dua orang pemain saling berhadapan. Sebelum memukul, mereka akan berputar-putar terlebih dahulu dan menghentakkan kaki seperti orang menari. Setiap gerakan pemain diselaraskan dengan iringan musik. Penonton akan memberikan semangat dengan suara riuh.
Bagi masyarakat Desa Bugeman, tradisi Ojung harus dilaksanakan oleh kepala desa. Tujuan tradisi Ojung untuk menghindari bencana alam, berbagai macam penyakit, carok, kematian hewan ternak, atau menghindari gagal panen untuk hasil pertanian dan perkebunan. Untuk itulah, masyarakat Desa Bugeman tidak berani meninggalkan tradisi ini.
"Di tahun 2023, Desa Bugeman menyelenggarakan kegiatan Pelatihan dan Pagelaran Budaya bertema Mertè Pangan Dhisa Bugeman ‘Pelestarian Kekayaan Pangan Desa Bugeman’ yang difasilitasi melalui Program Pemajuan Kebudayaan Desa dan merupakan rangkaian kegiatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK)" ungkapnya.
Kegiatan ini menekankan pada aspek ketahanan pangan sebagai modal utama dalam implementasi pemajuan kebudayaan. Selain Desa Bugeman, di wilayah tapal kuda Jawa Timur, fasilitasi juga diberikan kepada desa-desa yang memiliki komitmen dalam hal ketahanan pangan yaitu, Desa Kandangan di Kabupaten Lumajang, Desa Klungkung di Kabupeten Jember, dan Desa Kemiren di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam melaksanakan tradisi Ojung, terdapat prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu produksi pangan sasandhing (sesajen). Untuk melatih warga desa dalam melestarikan tradisi ini, maka diadakan pelatihan dan pagelaran, sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan di Desa Bugeman.
Adapun rangkaian kegiatan ini adalah pelatihan membuat Tapay Kambhang (Tape Ketan), pelatihan tari Ojung sebanyak 50 orang, pelatihan membuat makanan, kue, dan minuman sebagai Sesajen (Sasandhing) dalam Ritus Selamatan Desa (Ojung), pelatihan membuat Leghin (tandu) sebagai wadah Sesajen (Sasandhing) dalam Ritus Selamatan Desa (Ojung).
Kemudian pelatihan Ojung dan membuat Manjalin (Rotan), dengan puncak acara Festival dan Pagelaran Budaya di lapangan Kecamatan Kendit. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan Mertè Pangan Dhisa Bugeman ini melibatkan sekitar 350 orang sebagai peserta, maestro, narasumber, dan warga lokal sebagai panitia. Kontribusi seluruh lapisan masyarakat dalam kegiatan ini adalah salah satu wujud pembangunan ekosistem kebudayaan desa yang berkelanjutan.
"Melalui kegiatan Pelatihan dan Pagelaran Budaya Mertè Pangan Dhisa Bugeman ini diharapkan masyarakat Desa Bugeman mendapat informasi tentang potensi budayanya serta bisa memproduksi pangan, yaitu bisa menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk pangan sasandhing (sesajen) dalam ritus Ojhung," ungkapnya.
"Di desa Bugeman terdapat tradisi Ojung yang sudah ditetapkan sebagai WBTB di tahun 2019 dengan domain Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan," Kapokja Ketahanan Budaya, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Syukur Asih Suprojo.
Ia menjelaskan tradisi Ojung merupakan ritual yang dilakukan leluhur di Desa Bugeman, dengan saling memukul menggunakan rotan yang dimainkan oleh dua orang. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Jika salah satu peserta memukul, maka peserta lain akan menangkis atau menghindar.
Dalam tradisi Ojung, dua orang pemain saling berhadapan. Sebelum memukul, mereka akan berputar-putar terlebih dahulu dan menghentakkan kaki seperti orang menari. Setiap gerakan pemain diselaraskan dengan iringan musik. Penonton akan memberikan semangat dengan suara riuh.
Bagi masyarakat Desa Bugeman, tradisi Ojung harus dilaksanakan oleh kepala desa. Tujuan tradisi Ojung untuk menghindari bencana alam, berbagai macam penyakit, carok, kematian hewan ternak, atau menghindari gagal panen untuk hasil pertanian dan perkebunan. Untuk itulah, masyarakat Desa Bugeman tidak berani meninggalkan tradisi ini.
"Di tahun 2023, Desa Bugeman menyelenggarakan kegiatan Pelatihan dan Pagelaran Budaya bertema Mertè Pangan Dhisa Bugeman ‘Pelestarian Kekayaan Pangan Desa Bugeman’ yang difasilitasi melalui Program Pemajuan Kebudayaan Desa dan merupakan rangkaian kegiatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK)" ungkapnya.
Kegiatan ini menekankan pada aspek ketahanan pangan sebagai modal utama dalam implementasi pemajuan kebudayaan. Selain Desa Bugeman, di wilayah tapal kuda Jawa Timur, fasilitasi juga diberikan kepada desa-desa yang memiliki komitmen dalam hal ketahanan pangan yaitu, Desa Kandangan di Kabupaten Lumajang, Desa Klungkung di Kabupeten Jember, dan Desa Kemiren di Kabupaten Banyuwangi.
Dalam melaksanakan tradisi Ojung, terdapat prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu produksi pangan sasandhing (sesajen). Untuk melatih warga desa dalam melestarikan tradisi ini, maka diadakan pelatihan dan pagelaran, sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan di Desa Bugeman.
Adapun rangkaian kegiatan ini adalah pelatihan membuat Tapay Kambhang (Tape Ketan), pelatihan tari Ojung sebanyak 50 orang, pelatihan membuat makanan, kue, dan minuman sebagai Sesajen (Sasandhing) dalam Ritus Selamatan Desa (Ojung), pelatihan membuat Leghin (tandu) sebagai wadah Sesajen (Sasandhing) dalam Ritus Selamatan Desa (Ojung).
Kemudian pelatihan Ojung dan membuat Manjalin (Rotan), dengan puncak acara Festival dan Pagelaran Budaya di lapangan Kecamatan Kendit. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan Mertè Pangan Dhisa Bugeman ini melibatkan sekitar 350 orang sebagai peserta, maestro, narasumber, dan warga lokal sebagai panitia. Kontribusi seluruh lapisan masyarakat dalam kegiatan ini adalah salah satu wujud pembangunan ekosistem kebudayaan desa yang berkelanjutan.
"Melalui kegiatan Pelatihan dan Pagelaran Budaya Mertè Pangan Dhisa Bugeman ini diharapkan masyarakat Desa Bugeman mendapat informasi tentang potensi budayanya serta bisa memproduksi pangan, yaitu bisa menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk pangan sasandhing (sesajen) dalam ritus Ojhung," ungkapnya.
(hri)