Kelihaian Gajah Mada Taklukan 2 Kerajaan Besar, Samudera Pasai dan Sunda
loading...
A
A
A
Akhirnya, rombongan prajurit Sunda kembali ke Bubat. Diberitahukan, dua hari lagi utusan Majapahit akan datang ke Bubat untuk menuntaskan masalah ini.
Dua hari yang dijanjikan datanglah 100 prajurit Majapahit ke Bubat. Pesan yang mereka bawa sama seperti dingkapkan Gajah Mada bahwa Raja Sunda harus menyerahkan putri mereka kepada Raja Hayam Wuruk sebagai sesembahan daerah vassal atau taklukan.
Tentu syarat itu ditolak mentah-mentah Raja Sunda dan prajuritnya. Mereka siap berperang sampai darah penghabisan untuk membela harga diri Kerajaan Sunda.
Meski mereka menyadari posisinya lemah karena membawa rombongan prajurit tidak banyak. Untuk mundur, balik ke Sunda tidak mungkin karena jaraknya terlalu jauh. Akhirnya, pasukan Majapahit dipimpin Gajah Mada mengepung tenda perkemahan prajurit Sunda.
Tanpa ada ampun semua rombongan Raja Sunda, tak terkecuali raja, para menteri, hulubalang, bangsawan, prajurit dihabisi.
Satu-satunya pejabat Kerajaan Sunda yang selamat adalah Pitar yang berpura-pura mati di gelimangan mayat rombongan Raja Sunda yang dengan gagah berani melawan tentara Majapahit pimpinan Gajah Mada.
Pitar akhirnya membawa kabar duka kepada permasuri Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka yang akan dinikahi Hayam Wuruk di mana sebelumnya sudah diungsikan dari Desa Bubat.
Akibat kesedihan mendalam, permasuri Raja Sunda dan para istri para menteri maju ke medan laga dan melakukan bunuh diri masal di atas mayat-mayat suami mereka.
Sedangkan putri Raja Sunda Dyah Pitaloka memilih bunuh diri dengan cara menikam perut mereka sendiri sesuai anjuran ibu permasuri.
Konon dalam salah satu versi disebutkan Raja Hayam Wuruk yang mendengar calon istrinya bunuh diri sangat terpukul. Begitu menemukan jenasah Dyah Pitaloka, Hayam Wuruk pingsan. Sejak itu kehidupan Raja Hayam Wuruk merana sampai akhirnya meninggal.
Dua hari yang dijanjikan datanglah 100 prajurit Majapahit ke Bubat. Pesan yang mereka bawa sama seperti dingkapkan Gajah Mada bahwa Raja Sunda harus menyerahkan putri mereka kepada Raja Hayam Wuruk sebagai sesembahan daerah vassal atau taklukan.
Tentu syarat itu ditolak mentah-mentah Raja Sunda dan prajuritnya. Mereka siap berperang sampai darah penghabisan untuk membela harga diri Kerajaan Sunda.
Meski mereka menyadari posisinya lemah karena membawa rombongan prajurit tidak banyak. Untuk mundur, balik ke Sunda tidak mungkin karena jaraknya terlalu jauh. Akhirnya, pasukan Majapahit dipimpin Gajah Mada mengepung tenda perkemahan prajurit Sunda.
Tanpa ada ampun semua rombongan Raja Sunda, tak terkecuali raja, para menteri, hulubalang, bangsawan, prajurit dihabisi.
Satu-satunya pejabat Kerajaan Sunda yang selamat adalah Pitar yang berpura-pura mati di gelimangan mayat rombongan Raja Sunda yang dengan gagah berani melawan tentara Majapahit pimpinan Gajah Mada.
Pitar akhirnya membawa kabar duka kepada permasuri Raja Sunda dan putri Dyah Pitaloka yang akan dinikahi Hayam Wuruk di mana sebelumnya sudah diungsikan dari Desa Bubat.
Akibat kesedihan mendalam, permasuri Raja Sunda dan para istri para menteri maju ke medan laga dan melakukan bunuh diri masal di atas mayat-mayat suami mereka.
Sedangkan putri Raja Sunda Dyah Pitaloka memilih bunuh diri dengan cara menikam perut mereka sendiri sesuai anjuran ibu permasuri.
Konon dalam salah satu versi disebutkan Raja Hayam Wuruk yang mendengar calon istrinya bunuh diri sangat terpukul. Begitu menemukan jenasah Dyah Pitaloka, Hayam Wuruk pingsan. Sejak itu kehidupan Raja Hayam Wuruk merana sampai akhirnya meninggal.