Keberhasilan Pemda Pangandaran dalam Mengatasi Kasus Stunting
loading...
A
A
A
PANGANDARAN - Pemerintah Daerah (Pemda) Pangandaran berhasil menurunkan angka kasus stunting dan gizi buruk. Keberhasilan tersebut melalui inovasi gerakan menyeting gigi emas atau mencegah stunting melalui Gerakan Makan Telur (Gemalur), Instruktur Asi Eklusif (Insasi E), Lumbung Gizi Desa (Bugiza), Kelompok Masyarakat Peduli Jamban (Pokmas Pejam) dan Alarm Kelahiran (Aliran).
Bupati Kabupaten Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, inovasi tersebut kini dilombakan dalam ajang Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) dan berhasil masuk nominasi 99 peserta kabupaten/kota se Indonesia.
KIPP yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat semula diikuti oleh 8.500 peserta kabupaten/kota se Indonesia dan dijaring menjadi 3000 peserta, lalu dijaring kembali menjadi 1.500 peserta hingga akhirnya menjadi 99 peserta.
"Sekarang Kabupaten Pangandaran sedang berjuang untuk masuk pada nominasi 45 peserta kabupaten/kota," kata Jeje.
Setiap kalimat pada menyeting gigi emas memiliki arti dan pemaparan yang harus diterapkan di Posyandu.
"Pola ini berhasil diterapkan dalam menekan angka stunting dan gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Pangandaran," ucapnya.
Poin ke satu adalah Gerakan Makan Telur (Gemalur). Pola ini diterapkan kesetiap Balita dan diwajibkan minimal satu minggu satu kali.
Poin ke dua adalah Insasi E, pada point tersebut bidan desa dan kader memberikan edukasi kepada para anggota keluarga yang ada dirumah.
Poin ke tiga adalah Bugiza dengan cara mengumpulkan dana dari donatur yang ada di desa. Dana tersebut dibelikan makanan tambahan untuk diberikan pada balita gizi buruk, gizi kurang, stunting dan ibu hamil yang anemia.
Poin ke empat adalah Pokmas Pejam. Teknisnya adalah mendata, memotivasi dan mengajak arisan jamban kepada masyarakat yang belum mempunyai jamban.
Bupati Kabupaten Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, inovasi tersebut kini dilombakan dalam ajang Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) dan berhasil masuk nominasi 99 peserta kabupaten/kota se Indonesia.
KIPP yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat semula diikuti oleh 8.500 peserta kabupaten/kota se Indonesia dan dijaring menjadi 3000 peserta, lalu dijaring kembali menjadi 1.500 peserta hingga akhirnya menjadi 99 peserta.
"Sekarang Kabupaten Pangandaran sedang berjuang untuk masuk pada nominasi 45 peserta kabupaten/kota," kata Jeje.
Setiap kalimat pada menyeting gigi emas memiliki arti dan pemaparan yang harus diterapkan di Posyandu.
"Pola ini berhasil diterapkan dalam menekan angka stunting dan gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Pangandaran," ucapnya.
Poin ke satu adalah Gerakan Makan Telur (Gemalur). Pola ini diterapkan kesetiap Balita dan diwajibkan minimal satu minggu satu kali.
Poin ke dua adalah Insasi E, pada point tersebut bidan desa dan kader memberikan edukasi kepada para anggota keluarga yang ada dirumah.
Poin ke tiga adalah Bugiza dengan cara mengumpulkan dana dari donatur yang ada di desa. Dana tersebut dibelikan makanan tambahan untuk diberikan pada balita gizi buruk, gizi kurang, stunting dan ibu hamil yang anemia.
Poin ke empat adalah Pokmas Pejam. Teknisnya adalah mendata, memotivasi dan mengajak arisan jamban kepada masyarakat yang belum mempunyai jamban.