Perajin Rotan di Gresik Hadapi Kendala Serius Akibat COVID-19, Akademisi Turun Tangan
loading...
![Perajin Rotan di Gresik...](https://am.sindonews.net/mobile/2016/images/pre-images-light.png)
Pelatihan perajin rotan di di Desa Putat Lor, Menganti, Gresik. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A
A
A
SURABAYA - Perajin rotan di Desa Putat Lor, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, menghadapi kendala serius akibat pandemi COVID-19. Konsumen yang biasanya datang untuk memborong produk olahan rotan semakin menghilang. Perajin semakin kesulitan dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan, sehingga kantong para pelaku UMKM inipun kian menipis. Nasib tragis yang dialami perajin itu rupanya memantik para akademisi turun gunung.
Sejumlah dosen dan mahasiswa Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya, turun tangan untuk membangkitkan pundi-pundi perekonomian mereka dengan memberikan berbagai pelatihan. Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Ekonomi Syariah FEB Unair, Denizar Abdurrahman Mi'raj mengatakan, pada kegiatan pengabdian masyarakat tahun ini, pihaknya fokus untuk membantu perajin rotan agar bangkit dari keterpurukan. Salah satunya dengan memberikan pelatihan strategi pemasaran di era milenial.
"Pengabdian masyarakat ini untuk membantu para pelaku produsen kerajinan rotan dalam meningkatkan penjualan, terutama melalui platform online . Pelatihan diberikan dengan harapan mampu menambah kemampuan pelaku usaha untuk menciptakan kreasi produksi, di mana kondisi COVID-19 telah memberikan dampak begitu besar yang membuat iklim usaha mereka turun," katanya.
Selama pelatihan, Departemen Ekonomi Syariah FEB Unair mendatangkan para pakar yang kompeten. Salah satunya adalah Yusuf Fikri Efendi dari UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur. Yusuf banyak memaparkan tentang manajemen dan rebranding yang dapat dilakukan oleh industri kerajinan rotan dalam menghadapi situasi sulit akibat pandemi COVID-19.
Menurut Yusuf, pandemi COVID-19 harus disikapi dengan bijak. Para pelaku UMKM harus mampu menghadirkan terobosan yang luar biasa dengan berbagai inovasi agar tidak tergerus. Kolaborasi antar perajin juga sangat penting. "Apabila pada sebelumnya para pengrajin bersaing, pada saat ini dibutuhkan kolaborasi antar pengrajin. Jenis-jenis produksi juga harus lebih beragam. Seperti kursi dari rotan, sekarang itu banyak diminati oleh kaum milenial, juga para pemiliki kedai kopi," tuturnya.
Selain kolaborasi dan inovasi, praktisi bisnis online dan mahasiswa progam master in Enterpreneurship and Innovation Universitas Kebangsaan Malaysia, Yasinta Suci, mengatakan dari sisi pemasaran para perajin rotan harus mengikuti kebiasaan masyarakat modern yang mengandalkan gadget dalam aktifitasnya. Mesin pencarian di internet menjadi salah satu sarana memilih produk sebelum memutuskan berbelanja.
"Untuk menarik minat calon konsumen, maka dibutuhkan marketplace disertai foto produk yang juga menarik," ucapnya. Ia berharap para pelaku usaha mampu meningkatkan penjualan melalui online tersebut. Mengingat saat ini transformasi digital menjadi pintu masuk bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk merambah pasar domestik dan global.
Tidak berhenti disitu, pencatatan dalam setiap transaksi penjualan maupun pembelian juga menjadi pekerjaan yang penting. Dosen Unair, Bastomi Fahri, menerangkan bahwa selama ini pencatatan menjadi permasalahan utama para pelaku usaha, karena mereka mayoritas tidak memiliki pencatatan yang rapi. "Sehingga menyusahkan bagi mereka untuk mengontrol pemasukan dan pengeluaran," katanya.
Sementara itu, Kepala Dusun Kletak, Susilo memberikan respon positif terhadap acara pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga. Ia berharap kegiatan ini terus berlanjut karena para pelaku usaha juga menyambut baik dengan dibantunya pemasaran online melalui beberapa platform yang telah dibuat. "Kami berharap para pelaku usaha selalu didampingi dalam menciptakan inovasi produk dan pemasaran online ," pungkasnya.
Diketahui, saat ini sebanyak 14 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia telah bertransformasi ke platform digital. Jumlah itu dipastikan terus meningkat sehingga akan menciptakan pelaku-pelaku UMKM yang produktif dan berdaya saing. Pada tahun 2020, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun. Selain itu, kontribusi UMKM bagi perekonomian nasional juga meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada dan menghimpun hingga 60,4% dari total investasi.
Sejumlah dosen dan mahasiswa Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya, turun tangan untuk membangkitkan pundi-pundi perekonomian mereka dengan memberikan berbagai pelatihan. Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Ekonomi Syariah FEB Unair, Denizar Abdurrahman Mi'raj mengatakan, pada kegiatan pengabdian masyarakat tahun ini, pihaknya fokus untuk membantu perajin rotan agar bangkit dari keterpurukan. Salah satunya dengan memberikan pelatihan strategi pemasaran di era milenial.
"Pengabdian masyarakat ini untuk membantu para pelaku produsen kerajinan rotan dalam meningkatkan penjualan, terutama melalui platform online . Pelatihan diberikan dengan harapan mampu menambah kemampuan pelaku usaha untuk menciptakan kreasi produksi, di mana kondisi COVID-19 telah memberikan dampak begitu besar yang membuat iklim usaha mereka turun," katanya.
Selama pelatihan, Departemen Ekonomi Syariah FEB Unair mendatangkan para pakar yang kompeten. Salah satunya adalah Yusuf Fikri Efendi dari UPT Industri Kayu dan Produk Kayu Pasuruan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur. Yusuf banyak memaparkan tentang manajemen dan rebranding yang dapat dilakukan oleh industri kerajinan rotan dalam menghadapi situasi sulit akibat pandemi COVID-19.
Menurut Yusuf, pandemi COVID-19 harus disikapi dengan bijak. Para pelaku UMKM harus mampu menghadirkan terobosan yang luar biasa dengan berbagai inovasi agar tidak tergerus. Kolaborasi antar perajin juga sangat penting. "Apabila pada sebelumnya para pengrajin bersaing, pada saat ini dibutuhkan kolaborasi antar pengrajin. Jenis-jenis produksi juga harus lebih beragam. Seperti kursi dari rotan, sekarang itu banyak diminati oleh kaum milenial, juga para pemiliki kedai kopi," tuturnya.
Selain kolaborasi dan inovasi, praktisi bisnis online dan mahasiswa progam master in Enterpreneurship and Innovation Universitas Kebangsaan Malaysia, Yasinta Suci, mengatakan dari sisi pemasaran para perajin rotan harus mengikuti kebiasaan masyarakat modern yang mengandalkan gadget dalam aktifitasnya. Mesin pencarian di internet menjadi salah satu sarana memilih produk sebelum memutuskan berbelanja.
"Untuk menarik minat calon konsumen, maka dibutuhkan marketplace disertai foto produk yang juga menarik," ucapnya. Ia berharap para pelaku usaha mampu meningkatkan penjualan melalui online tersebut. Mengingat saat ini transformasi digital menjadi pintu masuk bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk merambah pasar domestik dan global.
Tidak berhenti disitu, pencatatan dalam setiap transaksi penjualan maupun pembelian juga menjadi pekerjaan yang penting. Dosen Unair, Bastomi Fahri, menerangkan bahwa selama ini pencatatan menjadi permasalahan utama para pelaku usaha, karena mereka mayoritas tidak memiliki pencatatan yang rapi. "Sehingga menyusahkan bagi mereka untuk mengontrol pemasukan dan pengeluaran," katanya.
Sementara itu, Kepala Dusun Kletak, Susilo memberikan respon positif terhadap acara pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim Departemen Ekonomi Syariah Universitas Airlangga. Ia berharap kegiatan ini terus berlanjut karena para pelaku usaha juga menyambut baik dengan dibantunya pemasaran online melalui beberapa platform yang telah dibuat. "Kami berharap para pelaku usaha selalu didampingi dalam menciptakan inovasi produk dan pemasaran online ," pungkasnya.
Diketahui, saat ini sebanyak 14 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia telah bertransformasi ke platform digital. Jumlah itu dipastikan terus meningkat sehingga akan menciptakan pelaku-pelaku UMKM yang produktif dan berdaya saing. Pada tahun 2020, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun. Selain itu, kontribusi UMKM bagi perekonomian nasional juga meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada dan menghimpun hingga 60,4% dari total investasi.
(eyt)