Rumah Bolon, Istana Rumah Kayu Raja Simalungun Tak Lekang oleh Zaman di Usia 5 Abad
loading...
A
A
A
SIMALUNGUN - Rumah Bolon di Kabupaten Simalungun di Sumatera Utara (Sumut), jika dilihat sepintas oleh orang yang datang ke daerah itu, adalah rumah yang berumur puluhan tahun, namun siapa sangka rumah kayu yang masih berdiri kokoh itu, sudah berdiri sejak tahun 1515 masehi.
Hingga kini, meski usianya sudah 500-an tahun namun masih kokoh dan tak lekang oleh zaman. Yah rumah kayu itu adalah istana peninggalan Raja Simalungun, yakni Raja Purba yang dikenal dengan Tuan Raendan (Pangultop-ultop). Raja Purba dikenal oleh rakyat Simalungun sebagai raja yang sangat piawai dalam memimpin, sehingga sosoknya pun sangat disegani oleh masyarakat.
Raja yang mempunyai 24 orang istri tersebut, merupakan seorang raja yang jasa-jasanya dalam membangun kebudayaan daerahnya, telah diakui karena kejayaan kebudayaan Simalungun sendiri berada pada masa kepemimpinannya.
Untuk sampai ke Rumah Bolon Pamatang Purba di Kecamatan Purba, yang berjarak sekitar 170 kilometer dari Medan dan 70 kilometer dari Kota Pematangsiantar harus membutuhkan waktu 1,5 jam dari Pematangsiantar maupun Berastagi, Kabupaten Tanah Karo yang juga merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara.
Di tempat tinggal raja yang telah berusia lebih dari 500 tahun itu, terdapat beberapa buah tanduk kerbau. Tanduk kerbau tersebut merupakan yang pernah digunakan pada upacara adat Simalungun , yang dipimpin langsung oleh Raja Purba. Rumah Bolon dibangun dengan gotong royong oleh masyarakat, dengan menggunakan kayu hutan dan tidak memakai paku, namun sampai saat ini masih dapat berdiri kokoh.
Selain sebagai istana tempat tinggal raja, masih memiliki 9 bagian bangunan lainnya yang masih satu kesatuan dengan dengan rumah utama atau istana raja. Bangunan lainnya yang masih merupakan bagian dari Rumah Bolon yaitu, Lopou yang merupakan kamar tidur raja,menerima tamu-tamu terhormat serta sidang-sidang terbatas yang bersifat khusus. Kemudian ada lagi Balei Bolon, tempat mengadakan musyawarah atau peradilan.
Selanjutnya Jabu Jungga adalah kediaman Panglima tentara kerajaan yang disebut “ Raja Goraha. Di bagian lain, terdapat Rumah Bayu yang berfungsi sebagai tempat menginap tamu-tamu kerajaan. Di rumah Bolon, juga terdapat rumah penjagaan yang disebut Balei Buttu, atau tempat pengawal kerajaan untuk mengawasi tamu-tamu yang datang. Bangunan lainnya yaitu, Pattangan, yang merupakan ruangan tempat bertenun para putri raja.
Hingga kini, meski usianya sudah 500-an tahun namun masih kokoh dan tak lekang oleh zaman. Yah rumah kayu itu adalah istana peninggalan Raja Simalungun, yakni Raja Purba yang dikenal dengan Tuan Raendan (Pangultop-ultop). Raja Purba dikenal oleh rakyat Simalungun sebagai raja yang sangat piawai dalam memimpin, sehingga sosoknya pun sangat disegani oleh masyarakat.
Raja yang mempunyai 24 orang istri tersebut, merupakan seorang raja yang jasa-jasanya dalam membangun kebudayaan daerahnya, telah diakui karena kejayaan kebudayaan Simalungun sendiri berada pada masa kepemimpinannya.
Untuk sampai ke Rumah Bolon Pamatang Purba di Kecamatan Purba, yang berjarak sekitar 170 kilometer dari Medan dan 70 kilometer dari Kota Pematangsiantar harus membutuhkan waktu 1,5 jam dari Pematangsiantar maupun Berastagi, Kabupaten Tanah Karo yang juga merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara.
Di tempat tinggal raja yang telah berusia lebih dari 500 tahun itu, terdapat beberapa buah tanduk kerbau. Tanduk kerbau tersebut merupakan yang pernah digunakan pada upacara adat Simalungun , yang dipimpin langsung oleh Raja Purba. Rumah Bolon dibangun dengan gotong royong oleh masyarakat, dengan menggunakan kayu hutan dan tidak memakai paku, namun sampai saat ini masih dapat berdiri kokoh.
Selain sebagai istana tempat tinggal raja, masih memiliki 9 bagian bangunan lainnya yang masih satu kesatuan dengan dengan rumah utama atau istana raja. Bangunan lainnya yang masih merupakan bagian dari Rumah Bolon yaitu, Lopou yang merupakan kamar tidur raja,menerima tamu-tamu terhormat serta sidang-sidang terbatas yang bersifat khusus. Kemudian ada lagi Balei Bolon, tempat mengadakan musyawarah atau peradilan.
Selanjutnya Jabu Jungga adalah kediaman Panglima tentara kerajaan yang disebut “ Raja Goraha. Di bagian lain, terdapat Rumah Bayu yang berfungsi sebagai tempat menginap tamu-tamu kerajaan. Di rumah Bolon, juga terdapat rumah penjagaan yang disebut Balei Buttu, atau tempat pengawal kerajaan untuk mengawasi tamu-tamu yang datang. Bangunan lainnya yaitu, Pattangan, yang merupakan ruangan tempat bertenun para putri raja.