Alat Deteksi COVID-19 Karya Profesor ITS i-Nose C-19 Diujicoba di RSI Surabaya
loading...
A
A
A
Mengingat, i-Nose C-19 mendeteksi bau yang berasal dari Volatile Organic Compound (VOC) yang terdapat dalam keringat ketiak, pengambilan sampel dilakukan dengan menghisap bau keringat melalui selang kecil. Kemudian disalurkan ke deretan sensor (sensor array) pada i-Nose C-19 . Setelah itu, gas bau tersebut diubah menjadi sinyal listrik dan diolah menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Karena itu, dibutuhkan banyak uji coba dengan berbagai macam orang dengan kondisi tertentu, seperti orang yang terkena penyakit TBC namun negatif COVID-19 , orang yang positif COVID-19 namun tidak ada gejala dan lain-lain. Dalam hal ini akan menambah keakuratan dan keefektifan dari alat tersebut.
Baca Juga
Dirut RSI Jemursari, Bangun Trapsila Purwaka menyadari bahwa COVID-19 telah mempengaruhi seluruh dunia. Begitu juga seluruh dunia sedang berlomba untuk menggalakkan inovasi guna mendeteksi virus ini. "Dengan tes swab PCR yang ada sebenarnya sudah mudah bagi masyarakat untuk mengetahuinya," katanya.
Namun ia mengatakan, tidak semua orang bisa mengeluarkan biaya untuk melakukan tes yang harganya masih terhitung mahal ini. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa diagnosis dengan cari ini masih menjadi masalah. "Dengan hadirnya i-Nose C-19 ini luar biasa menjawab kebutuhan, juga sudah memenuhi kaidah skrining sehingga bisa dipakai untuk massa," tandasnya.
Nantinya, empat alat i-Nose C-19 ini akan diletakkan di ruang rawat inap dua unit dan di ruang rawat jalan dua unit. Karena ini untuk mendukung penelitian dari i-Nose C-19 , menurut Bangun, maka untuk pengaplikasiannya nanti, orang-orang yang akan dites harus sudah di-swab PCR terlebih dulu. Hal ini berlaku untuk pasien dari luar maupun dari RSI sendiri. "RSI beruntung bisa diikut sertakan dalam penelitian ini, ke depannya diharapkan bisa dijadikan tools karena murah dan cepat," katanya.
(eyt)