Harga Kedelai Melambung, Pedagang Blitar Pasrah: Rezeki Sudah ada yang Ngatur
loading...
A
A
A
BLITAR - Untungnya Yudi (47) selalu bisa menjelaskan ke pelanggan, kenapa tempe buatannya akhir akhir ini berubah semakin tipis. Harga kedelai lagi tinggi, saat ini Rp9.200/Kg. Ketebalan tempe pun terpaksa ia susutkan. "Alhamdulillah para pelanggan bisa mengerti saat dijelaskan," tutur Yudi yang bertempat tinggal di Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar Jumat (8/1/2021).
(Baca juga: Terungkap! Indonesia Negara Pengimpor Kedelai Terbesar Kedua di Dunia )
Yudi membuat tempe sendiri dan sekaligus merangkap sebagai tenaga pemasaran. Mulai pukul 06.00 WIB berkeliling di wilayah Kecamatan Sananwetan, berlanjut Kecamatan Kanigoro, dan sekitar pukul 09.00-10.00 WIB, sudah kembali ke rumah. Usaha rumahan tersebut belum lama ia tekuni. Bapak dua anak ini terkenal ulet dan tahan banting.
Sebelumnya ia pernah menggeluti dunia radio. Cukup lama berprofesi sebagai penyiar, dengan program siaran langgam Jawa menjadi spesialisnya. Ia juga pernah menjajal memproduksi kecap, serta berbisnis mebelair. Namun baru di dunia tempe ini, Yudi mengaku merasa menemukan passionnya. "Dua tahun berjalan. Dalam sehari rata rata habis 10 kilogram kedelai ," terang Yudi yang rutin menjajakan tempe mulai pukul 06.00 WIB pagi.
Sekitar awal Desember 2020. Sebagai produsen tempe , Yudi merasakan gejala harga kedelai bakal melambung. Dari Rp7.300/kg, harga kedelai merangkak naik menjadi Rp7.600/kg. Masih di bulan Desember. Suatu hari saat belanja, Yudi menjumpai harga kedelai kembali naik menjadi Rp8.200/kg, dan tidak butuh lama berganti Rp8.400/kg. Baru-baru ini harga kedelai melambung menjadi Rp9.200/kg. "Tidak naik lagi, tapi meloncat," kata Yudi.
(Baca juga: Ini 7 Sumber Protein Pengganti Tempe dan Tahu )
Memang tidak sampai membuat gusar. Namun kenaikan harga kedelai tersebut, diakui Yudi cukup mengagetkan. Kendati demikian, untuk bertahan Yudi tidak mengambil jalan menaikkan harga jual. Semua harga tempenya tetap sama. Untuk potongan terbesar tetap dibandrol Rp4.000. Begitu juga potongan di bawahnya, tetap Rp3.000. Termasuk juga masih melayani harga Rp1.000.
Hanya saja ketebalan tempe sedikit susut, yang mana di awal sempat menjadi pertanyaan para pelanggannya. Ketebalan tempe ia susutkan sekitar 1-2 centimeter (cm). Untungnya, kata Yudi para pelanggan tersebut bisa memahami yang ia jelaskan. "Kalau harga dinaikkan kasihan pelanggan. Saat ini kan masa pandemi, banyak orang susah secara ekonomi," terang Yudi.
(Baca juga: Pasuruan Gempar, Jenazah Wanita Telanjang Ditemukan di Tepian Sungai )
Untuk mutu tempe juga tidak ada yang berubah. Tempe buatan Yudi murni kedelai . Tidak ada campuran jagung atau bahan lain dengan tujuan biaya produksi lebih ekonomis. Bagi Yudi, mutu terkait erat dengan rasa. Artinya, meski harga kedelai akan terus naik, rasa tempe buatanya, ia jamin tidak akan berubah. Yang mungkin terjadi, hanya akan semakin tipis. "Rezeki sudah ada yang ngatur. Kalaupun makin tipis, saat ini belum setipis ATM," kata Yudi sembari tertawa.
(Baca juga: Tanpa Gejala, Wali Kota Bandung Umumkan Positif COVID-19 Lewat Video )
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Taviv Wiyono membenarkan, di awal tahun 2021 harga kedelai mengalami kenaikan. Harga kedelai yang sebelumnya Rp6.000/kg naik menjadi Rp9.000/kg. Secara normatif Taviv mengatakan, penyebab utama kenaikan adalah minimnya produksi kedelai di Kabupaten Blitar. "Ketersediaan persediaan tidak sebanding dengan kebutuhan, sehingga harga naik," ujar Taviv singkat.
(Baca juga: Terungkap! Indonesia Negara Pengimpor Kedelai Terbesar Kedua di Dunia )
Yudi membuat tempe sendiri dan sekaligus merangkap sebagai tenaga pemasaran. Mulai pukul 06.00 WIB berkeliling di wilayah Kecamatan Sananwetan, berlanjut Kecamatan Kanigoro, dan sekitar pukul 09.00-10.00 WIB, sudah kembali ke rumah. Usaha rumahan tersebut belum lama ia tekuni. Bapak dua anak ini terkenal ulet dan tahan banting.
Sebelumnya ia pernah menggeluti dunia radio. Cukup lama berprofesi sebagai penyiar, dengan program siaran langgam Jawa menjadi spesialisnya. Ia juga pernah menjajal memproduksi kecap, serta berbisnis mebelair. Namun baru di dunia tempe ini, Yudi mengaku merasa menemukan passionnya. "Dua tahun berjalan. Dalam sehari rata rata habis 10 kilogram kedelai ," terang Yudi yang rutin menjajakan tempe mulai pukul 06.00 WIB pagi.
Sekitar awal Desember 2020. Sebagai produsen tempe , Yudi merasakan gejala harga kedelai bakal melambung. Dari Rp7.300/kg, harga kedelai merangkak naik menjadi Rp7.600/kg. Masih di bulan Desember. Suatu hari saat belanja, Yudi menjumpai harga kedelai kembali naik menjadi Rp8.200/kg, dan tidak butuh lama berganti Rp8.400/kg. Baru-baru ini harga kedelai melambung menjadi Rp9.200/kg. "Tidak naik lagi, tapi meloncat," kata Yudi.
(Baca juga: Ini 7 Sumber Protein Pengganti Tempe dan Tahu )
Memang tidak sampai membuat gusar. Namun kenaikan harga kedelai tersebut, diakui Yudi cukup mengagetkan. Kendati demikian, untuk bertahan Yudi tidak mengambil jalan menaikkan harga jual. Semua harga tempenya tetap sama. Untuk potongan terbesar tetap dibandrol Rp4.000. Begitu juga potongan di bawahnya, tetap Rp3.000. Termasuk juga masih melayani harga Rp1.000.
Hanya saja ketebalan tempe sedikit susut, yang mana di awal sempat menjadi pertanyaan para pelanggannya. Ketebalan tempe ia susutkan sekitar 1-2 centimeter (cm). Untungnya, kata Yudi para pelanggan tersebut bisa memahami yang ia jelaskan. "Kalau harga dinaikkan kasihan pelanggan. Saat ini kan masa pandemi, banyak orang susah secara ekonomi," terang Yudi.
(Baca juga: Pasuruan Gempar, Jenazah Wanita Telanjang Ditemukan di Tepian Sungai )
Untuk mutu tempe juga tidak ada yang berubah. Tempe buatan Yudi murni kedelai . Tidak ada campuran jagung atau bahan lain dengan tujuan biaya produksi lebih ekonomis. Bagi Yudi, mutu terkait erat dengan rasa. Artinya, meski harga kedelai akan terus naik, rasa tempe buatanya, ia jamin tidak akan berubah. Yang mungkin terjadi, hanya akan semakin tipis. "Rezeki sudah ada yang ngatur. Kalaupun makin tipis, saat ini belum setipis ATM," kata Yudi sembari tertawa.
(Baca juga: Tanpa Gejala, Wali Kota Bandung Umumkan Positif COVID-19 Lewat Video )
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Taviv Wiyono membenarkan, di awal tahun 2021 harga kedelai mengalami kenaikan. Harga kedelai yang sebelumnya Rp6.000/kg naik menjadi Rp9.000/kg. Secara normatif Taviv mengatakan, penyebab utama kenaikan adalah minimnya produksi kedelai di Kabupaten Blitar. "Ketersediaan persediaan tidak sebanding dengan kebutuhan, sehingga harga naik," ujar Taviv singkat.
(eyt)