Pelaku Tawuran Dibina Ala Pesantren di Polres Pelabuhan Makassar
loading...
A
A
A
"Karena dia bergaul dengan pencuri mobil, belajar lah sama itu, Jadi memang penjara itu tidak bisa mengubah orang, hanya menangguhkan perbuatan jahatnya. Ketika ditahan selama menjalani hukuman, yang tertangguh kan berbuat jahat," beber Kadarislam.
Setelah lepas dari pembinaan sebulan, lanjut Kadarislam, para pelaku tawuran tersebut akan dikontrol oleh babinkamtibmas dan polsek jajarannya. "Tiap Kamis malam juga saya ajak kumpul di sini untuk mengaji lagi. Bahkan ada yang ajak teman-temannya," paparnya.
Dia menyatakan, beberapa aspek yang diakibatkan para pelaku tawuran ini karena faktor lingkungan, tingkat emosional labil atau masih kekanak-kanakan. "Ketiga biasa hanya untuk seru-seruan, dan ini yang utama karena faktor kurangnya perhatian dari orang tua," ucap Kadarislam.
Program pembinaan mirip pesantren ini dianggap menggembirakan. Beberapa perubahan sudah terjadi di lingkungan yang kerap melakukan tawuran. Eks binaan Polres Pelabuhan diakui Kadarislam mampu mengontrol emosi dan lebih dewasa.
"Yang tadinya mukanya penuh dengan dendam, marah. Begitu dia masuk masjid, berinteraksi dengan Alquran salat berjamaah. Alhamdulillah masuk di sini sudah berubah dan ternyata banyak pemikirannya berubah, ada yang mau masuk pesantren, jadi tahfiz, bayangkan," ucapnya.
Menurut Kadarislam dengan cara begini, angka tawuran sudah mulai terkendali. "Karena rata-rata yang kita bina di sini pentolan-pentolan tawuran . Mereka bahkan kita jadikan pelopor pencegah tawuran. Sekarang masalahnya ini lawannya ini masih sering memicu. Sementara lawannya itu di luar wilayah hukum kita," tukasnya.
Salah satu peserta binaan, berinisial MF (16) mengaku lebih religius dan mementingkan orang banyak. Dia mengaku enggan lagi berbuat tawuran seperti saat dulu diamankan ketika kedapatan di lokasi tawuran Jalan Barukang akhir pertengahan Desember lalu.
"Sangat bersyukur diberikan pendidikan agama. Diajar mengaji, salat, zikir. Saya di ajar juga cara berdagang. Sudah tidak sekolah saya pak. Saya kerja di pelelangan ikan (Paotere) jadi buruh angkut ikan," ungkap bocah asal Kecamatan Ujung Tanah ini.
Setelah lepas dari pembinaan sebulan, lanjut Kadarislam, para pelaku tawuran tersebut akan dikontrol oleh babinkamtibmas dan polsek jajarannya. "Tiap Kamis malam juga saya ajak kumpul di sini untuk mengaji lagi. Bahkan ada yang ajak teman-temannya," paparnya.
Dia menyatakan, beberapa aspek yang diakibatkan para pelaku tawuran ini karena faktor lingkungan, tingkat emosional labil atau masih kekanak-kanakan. "Ketiga biasa hanya untuk seru-seruan, dan ini yang utama karena faktor kurangnya perhatian dari orang tua," ucap Kadarislam.
Program pembinaan mirip pesantren ini dianggap menggembirakan. Beberapa perubahan sudah terjadi di lingkungan yang kerap melakukan tawuran. Eks binaan Polres Pelabuhan diakui Kadarislam mampu mengontrol emosi dan lebih dewasa.
"Yang tadinya mukanya penuh dengan dendam, marah. Begitu dia masuk masjid, berinteraksi dengan Alquran salat berjamaah. Alhamdulillah masuk di sini sudah berubah dan ternyata banyak pemikirannya berubah, ada yang mau masuk pesantren, jadi tahfiz, bayangkan," ucapnya.
Menurut Kadarislam dengan cara begini, angka tawuran sudah mulai terkendali. "Karena rata-rata yang kita bina di sini pentolan-pentolan tawuran . Mereka bahkan kita jadikan pelopor pencegah tawuran. Sekarang masalahnya ini lawannya ini masih sering memicu. Sementara lawannya itu di luar wilayah hukum kita," tukasnya.
Salah satu peserta binaan, berinisial MF (16) mengaku lebih religius dan mementingkan orang banyak. Dia mengaku enggan lagi berbuat tawuran seperti saat dulu diamankan ketika kedapatan di lokasi tawuran Jalan Barukang akhir pertengahan Desember lalu.
"Sangat bersyukur diberikan pendidikan agama. Diajar mengaji, salat, zikir. Saya di ajar juga cara berdagang. Sudah tidak sekolah saya pak. Saya kerja di pelelangan ikan (Paotere) jadi buruh angkut ikan," ungkap bocah asal Kecamatan Ujung Tanah ini.