Pelaku Tawuran Dibina Ala Pesantren di Polres Pelabuhan Makassar
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Metode berbeda dilakukan Polres Pelabuhan Makassar dalam mengatasi maraknya aksi tawuran di wilayah hukumnya. Para pelaku yang diamankan di berbagai lokasi dibina selama satu bulandengan pendidikan mirip di pesantren .
Kapolres Pelabuhan Makassar , AKBP Muhammad Kadarislam Kasim mengatakan, selama kurang lebih 30 hari sudah ada puluhan pelaku tawuran yang dibina di markasnya, tepatnya di Jalan Ujung Pandang Nomor 12, Kecamatan Ujung Pandang.
Dia menjelaskan, pembinaan ala pesantren ini merupakan bentuk konkret dalam mengatasi tindak pidana perkelahian massal yang kerap terjadi di Kecamatan Ujung Tanah, yang berbatasan dengan Kecamatan Tallo, wilayah hukum Polrestabes Makassar .
"Sekarang sudah masuk gelombang kelima, ada tujuh orang yang kita bina. Dimulai sejak November 2020. Sebelumnya sudah ada 39 orang pelaku tawuran kita bina, berikan pendidikan agama, aspek kehidupan sehari-hari, bagaimana taat aturan, bahkan soal kepolisian," kata Kadarislam ditemui di kantornya, Selasa (5/1/2020).
Mantan Kapolres Bone ini mengungkapkan, dari puluhan orang yang sudah dibina, umumnya berusia di bawah 17 tahun, termuda berusia 13 tahun. Mereka sebelumnya diamankan oleh jajarannya di lokasi tawuran .
Menurut Kadarislam, selama ini kepolisian hanya bekerja di sektor pemutusan kesempatan melakukan kejahatan. Padahal seseorang berbuat kriminal karena dua hal, dari niat dan adanya kesempatan. Cara ini dianggap efektif untuk menghapuskan niat pelaku tawuran kembali berulah.
"Makanya mereka ( pelaku tawuran ) ini kita ubah niat-niat dengan diisi hatinya dengan kebaikan. Yang Islam kita lakukan pendekatan salat, mengaji. Tentunya bisa menghilangkan niat-niat buruknya tadi. Itulah yang kita lakukan sekarang," ucap dia.
Alumnus akademi kepolisian tahun 2000 ini menyatakan, penjara bukan jalan keluar untuk membuat para pelanggar pidana jera. Bahkan bisa saja para pelaku mengembangkan keahlian. Misalnya kata dia, di awal ditangkap karena mencuri ayam, ketika lepas sudah bisa mencuri mobil.
"Karena dia bergaul dengan pencuri mobil, belajar lah sama itu, Jadi memang penjara itu tidak bisa mengubah orang, hanya menangguhkan perbuatan jahatnya. Ketika ditahan selama menjalani hukuman, yang tertangguh kan berbuat jahat," beber Kadarislam.
Setelah lepas dari pembinaan sebulan, lanjut Kadarislam, para pelaku tawuran tersebut akan dikontrol oleh babinkamtibmas dan polsek jajarannya. "Tiap Kamis malam juga saya ajak kumpul di sini untuk mengaji lagi. Bahkan ada yang ajak teman-temannya," paparnya.
Dia menyatakan, beberapa aspek yang diakibatkan para pelaku tawuran ini karena faktor lingkungan, tingkat emosional labil atau masih kekanak-kanakan. "Ketiga biasa hanya untuk seru-seruan, dan ini yang utama karena faktor kurangnya perhatian dari orang tua," ucap Kadarislam.
Program pembinaan mirip pesantren ini dianggap menggembirakan. Beberapa perubahan sudah terjadi di lingkungan yang kerap melakukan tawuran. Eks binaan Polres Pelabuhan diakui Kadarislam mampu mengontrol emosi dan lebih dewasa.
"Yang tadinya mukanya penuh dengan dendam, marah. Begitu dia masuk masjid, berinteraksi dengan Alquran salat berjamaah. Alhamdulillah masuk di sini sudah berubah dan ternyata banyak pemikirannya berubah, ada yang mau masuk pesantren, jadi tahfiz, bayangkan," ucapnya.
Menurut Kadarislam dengan cara begini, angka tawuran sudah mulai terkendali. "Karena rata-rata yang kita bina di sini pentolan-pentolan tawuran . Mereka bahkan kita jadikan pelopor pencegah tawuran. Sekarang masalahnya ini lawannya ini masih sering memicu. Sementara lawannya itu di luar wilayah hukum kita," tukasnya.
Salah satu peserta binaan, berinisial MF (16) mengaku lebih religius dan mementingkan orang banyak. Dia mengaku enggan lagi berbuat tawuran seperti saat dulu diamankan ketika kedapatan di lokasi tawuran Jalan Barukang akhir pertengahan Desember lalu.
"Sangat bersyukur diberikan pendidikan agama. Diajar mengaji, salat, zikir. Saya di ajar juga cara berdagang. Sudah tidak sekolah saya pak. Saya kerja di pelelangan ikan (Paotere) jadi buruh angkut ikan," ungkap bocah asal Kecamatan Ujung Tanah ini.
Kapolres Pelabuhan Makassar , AKBP Muhammad Kadarislam Kasim mengatakan, selama kurang lebih 30 hari sudah ada puluhan pelaku tawuran yang dibina di markasnya, tepatnya di Jalan Ujung Pandang Nomor 12, Kecamatan Ujung Pandang.
Dia menjelaskan, pembinaan ala pesantren ini merupakan bentuk konkret dalam mengatasi tindak pidana perkelahian massal yang kerap terjadi di Kecamatan Ujung Tanah, yang berbatasan dengan Kecamatan Tallo, wilayah hukum Polrestabes Makassar .
"Sekarang sudah masuk gelombang kelima, ada tujuh orang yang kita bina. Dimulai sejak November 2020. Sebelumnya sudah ada 39 orang pelaku tawuran kita bina, berikan pendidikan agama, aspek kehidupan sehari-hari, bagaimana taat aturan, bahkan soal kepolisian," kata Kadarislam ditemui di kantornya, Selasa (5/1/2020).
Mantan Kapolres Bone ini mengungkapkan, dari puluhan orang yang sudah dibina, umumnya berusia di bawah 17 tahun, termuda berusia 13 tahun. Mereka sebelumnya diamankan oleh jajarannya di lokasi tawuran .
Menurut Kadarislam, selama ini kepolisian hanya bekerja di sektor pemutusan kesempatan melakukan kejahatan. Padahal seseorang berbuat kriminal karena dua hal, dari niat dan adanya kesempatan. Cara ini dianggap efektif untuk menghapuskan niat pelaku tawuran kembali berulah.
"Makanya mereka ( pelaku tawuran ) ini kita ubah niat-niat dengan diisi hatinya dengan kebaikan. Yang Islam kita lakukan pendekatan salat, mengaji. Tentunya bisa menghilangkan niat-niat buruknya tadi. Itulah yang kita lakukan sekarang," ucap dia.
Alumnus akademi kepolisian tahun 2000 ini menyatakan, penjara bukan jalan keluar untuk membuat para pelanggar pidana jera. Bahkan bisa saja para pelaku mengembangkan keahlian. Misalnya kata dia, di awal ditangkap karena mencuri ayam, ketika lepas sudah bisa mencuri mobil.
"Karena dia bergaul dengan pencuri mobil, belajar lah sama itu, Jadi memang penjara itu tidak bisa mengubah orang, hanya menangguhkan perbuatan jahatnya. Ketika ditahan selama menjalani hukuman, yang tertangguh kan berbuat jahat," beber Kadarislam.
Setelah lepas dari pembinaan sebulan, lanjut Kadarislam, para pelaku tawuran tersebut akan dikontrol oleh babinkamtibmas dan polsek jajarannya. "Tiap Kamis malam juga saya ajak kumpul di sini untuk mengaji lagi. Bahkan ada yang ajak teman-temannya," paparnya.
Dia menyatakan, beberapa aspek yang diakibatkan para pelaku tawuran ini karena faktor lingkungan, tingkat emosional labil atau masih kekanak-kanakan. "Ketiga biasa hanya untuk seru-seruan, dan ini yang utama karena faktor kurangnya perhatian dari orang tua," ucap Kadarislam.
Program pembinaan mirip pesantren ini dianggap menggembirakan. Beberapa perubahan sudah terjadi di lingkungan yang kerap melakukan tawuran. Eks binaan Polres Pelabuhan diakui Kadarislam mampu mengontrol emosi dan lebih dewasa.
"Yang tadinya mukanya penuh dengan dendam, marah. Begitu dia masuk masjid, berinteraksi dengan Alquran salat berjamaah. Alhamdulillah masuk di sini sudah berubah dan ternyata banyak pemikirannya berubah, ada yang mau masuk pesantren, jadi tahfiz, bayangkan," ucapnya.
Menurut Kadarislam dengan cara begini, angka tawuran sudah mulai terkendali. "Karena rata-rata yang kita bina di sini pentolan-pentolan tawuran . Mereka bahkan kita jadikan pelopor pencegah tawuran. Sekarang masalahnya ini lawannya ini masih sering memicu. Sementara lawannya itu di luar wilayah hukum kita," tukasnya.
Salah satu peserta binaan, berinisial MF (16) mengaku lebih religius dan mementingkan orang banyak. Dia mengaku enggan lagi berbuat tawuran seperti saat dulu diamankan ketika kedapatan di lokasi tawuran Jalan Barukang akhir pertengahan Desember lalu.
"Sangat bersyukur diberikan pendidikan agama. Diajar mengaji, salat, zikir. Saya di ajar juga cara berdagang. Sudah tidak sekolah saya pak. Saya kerja di pelelangan ikan (Paotere) jadi buruh angkut ikan," ungkap bocah asal Kecamatan Ujung Tanah ini.
(luq)