Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’
loading...
A
A
A
GRESIK - Waliyah Zaenab adalah satu di antara beberapa penyebar Islam di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur. Waliyah Zainab ternyata pernah punya pengalaman diusir warga Kumalasa, Sangkapura, Bawean. Pengusiran dilakukan karena dituduh membawa penyakit pegeblok semacam Corona kalau jaman sekarang.
Makam Waliyah Zaenab berada di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik. Berjarak 21 kilometer dari Pelabuhan Bawean, bila ditempuh jalur Timur atau belok kiri menuju makam. Bila dari pelabuhan belok kanan, atau ambil jalur Barat. Perjalanan menempuh jarak 32 kilometer. Barulah sampai di Makam Waliyah Zaenab.
(Baca juga: Begini Siasat Raja Brawijaya Agar Rakyat Gresik yang Muslim tidak Berontak )
Diponggo sendiri ada lima dusun. Dengan 1.342 penduduk. Meski begitu, tidak sulit mencari makam Waliyah Zaenab. Ada petunjuk arah. “Makamnya, di depan Masjid Diponggo,” jawab warga memberi petunjuk lokasi Makbaroh Waliyah Zaenab.
Dengan hanya sekali kayuh sampailah di parkiran bawah Masjid Waliyah Zaenab. Kebetulan saat itu, jam dinding menunjuk angka 10.55 WIB, hari Jumat.
Sholat Jumat harus ditunaikan. Usainya, kami bertemu dengan KH Nurul Huda selaku takmir masjid. Ditemani Salim yang kepala Desa Diponggo. “Ada dua versi sejarah tentang Waliyah Zaenab,” ujar Salim membuka cerita. Baik KH Nurul Huda maupun Salim saling bercerita. Bergantian dan saling melengkapi.
Menurut Salim, versi pertama, yang didasarkan riwayat Waliyah Zainab atau Dewi Wardah yang tertulis di daun lontar yang berbahasa Arab – Pegon di Museum Sultan Hasanuddin, Banten.
Yaitu, Dewi Wardah adalah putri Kyai Ageng Bungkul atau dikenal dengan Sunan Bungkul. Salah seorang pembesar Kota Surabaya keturunan Raja Majapahit.
Makam Waliyah Zaenab berada di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik. Berjarak 21 kilometer dari Pelabuhan Bawean, bila ditempuh jalur Timur atau belok kiri menuju makam. Bila dari pelabuhan belok kanan, atau ambil jalur Barat. Perjalanan menempuh jarak 32 kilometer. Barulah sampai di Makam Waliyah Zaenab.
(Baca juga: Begini Siasat Raja Brawijaya Agar Rakyat Gresik yang Muslim tidak Berontak )
Diponggo sendiri ada lima dusun. Dengan 1.342 penduduk. Meski begitu, tidak sulit mencari makam Waliyah Zaenab. Ada petunjuk arah. “Makamnya, di depan Masjid Diponggo,” jawab warga memberi petunjuk lokasi Makbaroh Waliyah Zaenab.
Dengan hanya sekali kayuh sampailah di parkiran bawah Masjid Waliyah Zaenab. Kebetulan saat itu, jam dinding menunjuk angka 10.55 WIB, hari Jumat.
Sholat Jumat harus ditunaikan. Usainya, kami bertemu dengan KH Nurul Huda selaku takmir masjid. Ditemani Salim yang kepala Desa Diponggo. “Ada dua versi sejarah tentang Waliyah Zaenab,” ujar Salim membuka cerita. Baik KH Nurul Huda maupun Salim saling bercerita. Bergantian dan saling melengkapi.
Menurut Salim, versi pertama, yang didasarkan riwayat Waliyah Zainab atau Dewi Wardah yang tertulis di daun lontar yang berbahasa Arab – Pegon di Museum Sultan Hasanuddin, Banten.
Yaitu, Dewi Wardah adalah putri Kyai Ageng Bungkul atau dikenal dengan Sunan Bungkul. Salah seorang pembesar Kota Surabaya keturunan Raja Majapahit.