Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’

Sabtu, 02 Januari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’
Inilah makam Waliyah Zainab, penyebar Islam di Pulau Bawean, Gresik yang dituduh membawa pagebluk semacam Corona.Foto/Sindonews/Ashadi Ik
A A A
GRESIK - Waliyah Zaenab adalah satu di antara beberapa penyebar Islam di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur. Waliyah Zainab ternyata pernah punya pengalaman diusir warga Kumalasa, Sangkapura, Bawean. Pengusiran dilakukan karena dituduh membawa penyakit pegeblok semacam Corona kalau jaman sekarang.

Makam Waliyah Zaenab berada di Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik. Berjarak 21 kilometer dari Pelabuhan Bawean, bila ditempuh jalur Timur atau belok kiri menuju makam. Bila dari pelabuhan belok kanan, atau ambil jalur Barat. Perjalanan menempuh jarak 32 kilometer. Barulah sampai di Makam Waliyah Zaenab.

(Baca juga: Begini Siasat Raja Brawijaya Agar Rakyat Gresik yang Muslim tidak Berontak )

Diponggo sendiri ada lima dusun. Dengan 1.342 penduduk. Meski begitu, tidak sulit mencari makam Waliyah Zaenab. Ada petunjuk arah. “Makamnya, di depan Masjid Diponggo,” jawab warga memberi petunjuk lokasi Makbaroh Waliyah Zaenab.

Dengan hanya sekali kayuh sampailah di parkiran bawah Masjid Waliyah Zaenab. Kebetulan saat itu, jam dinding menunjuk angka 10.55 WIB, hari Jumat.

Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’


Sholat Jumat harus ditunaikan. Usainya, kami bertemu dengan KH Nurul Huda selaku takmir masjid. Ditemani Salim yang kepala Desa Diponggo. “Ada dua versi sejarah tentang Waliyah Zaenab,” ujar Salim membuka cerita. Baik KH Nurul Huda maupun Salim saling bercerita. Bergantian dan saling melengkapi.

Menurut Salim, versi pertama, yang didasarkan riwayat Waliyah Zainab atau Dewi Wardah yang tertulis di daun lontar yang berbahasa Arab – Pegon di Museum Sultan Hasanuddin, Banten.

Yaitu, Dewi Wardah adalah putri Kyai Ageng Bungkul atau dikenal dengan Sunan Bungkul. Salah seorang pembesar Kota Surabaya keturunan Raja Majapahit.

Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’


Dewi Wardah dinikahkan ayahnya Sunan Bungkul dengan Raden Paku (Sunan Giri). Itupun sebagai garwo triman (isteri hadiah). “Saat itu, Sunan Bungkul nadzar alias berjanji, apabila ada seseorang yang tertimpa buah delima miliknya namun dia tetap hidup maka akan dinikahkan dengan puterinya,” paparnya dengan serius.

Karena Raden Paku sudah lebih dulu menikahi Dewi Murtasiyah puteri dari Sunan Ampel. Maka, Dewi Wardah istri yang dimadu. Hanya beliaunya tidak ingin dimadu. “Beliau pergi berlayar ke arah utara dengan menaiki sentong. Atau kelopak bunga kelapa. Dan sampailah di Bawean,” gambah KH Nurul Huda.

Itupun, lanjut KH Nurul Huda, tidak langsung ke Diponggo. Tetapi ke Kumalasa Sangkapura. Sebab, saat itu jadi syahbandar alias pelabuhan.

Dalam perjalanan menempuh jarak 81 mil dari Gresik, Dewi Wardah sakit. Karena sakit itulah, warga Kumalasa menolaknya. Kemudian berlayar lagi sampai di Teluk Menangis Diponggo. “Akhirnya menepat dan menyebarkan Islam di Diponggo sampai beliau wafat dan dimakamkan di sini (Diponggo),” ujar KH Nurul Huda.

Selain itu, Salim bercerita versi kedua. Yaitu, dia dasarkan pada buku “Waliyah Zaenab, Putri Pewaris Syech Siti Djenar” karya M Dhiyauddin Qushwandhi.

Waliyah Zaenab, Penyebar Islam Pulau Bawean yang Dituduh Pembawa Pegebluk ‘Corona’


Salim menyebut, Dewi Wardah diperkirakan lahir antara tahun 1575 dan 1585. Putri dari Raden Nur Rakhmat alias Kanjeng Sunan Sendang Duwur di Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Dewi Wardah menikah dengan seorang pria yang dikenal sebagai Pangeran Sedo Laut. Pangeran ini dipercaya sebagai cucu Raden Paku alias Sunan Giri I, Pendiri Giri Kedaton, Gresik. “Dewi Wardah disebut generasi keempat penerus ajaran Syekh Siti Jenar alias Syekh Lemah Abang, pendiri tarekat Akmaliyah di Nusantara,” beber Salim.

Pangeran Sedo Laut adalah saudara Sunan Prapen yang berkuasa pada 1545-1625. Sunan Prapen mengutus Pangeran Sedo Laut dan istrinya, Dewi Wardah, mengislamkan Bawean. “Dalam perjalanan itu, Pangeran Sedo Laut meninggal. Dan perjalanan tetep dilanjut. Akhirnya sampai Syahbandar Kumalasa,” ungkapnya.

(Baca juga: TNI dan Warga Gresik Bahu Membahu Bantu Korban Banjir Sungai Lamong )

Sesampainya di Kumalasa, lanjut Salim, Dewi Wardah mendapat penolakan. Selain menjadi satu-satunya perempuan yang dinilai warga tabu, juga sakit. Apalagi di Kumalasa juga ada wabah pagebluk yang diduga dibawa Dewi Wardah.

“Nah, pagebluk itu sama kayak sekarang Corona. Warga Kumalasa tidak ingin wabahnya menukar, makanya beliau ditolak menetap,” urainya.

Akhirnya, melanjutkan perjalanan dan berhenti di Teluk Menangis, Diponggo. Beliau menangis terus. Dan ditolong Mbah Rambut diajak ke rumahnya di sekitar Masjid Dipinggo.

KH Nurul Huda belum menemukan sejarah yang menyebut model Dewi Wardah alias Waliyah Zaenab mengajarkan Islam di Bawean. Hanya kehadiranya diperkirakan mendahului KH Oemar Mas’ud, penyiar Islam Bawean.

Meski begitu, KH Nurukl Huda menambahkan, bila di tempat imam masjid, ada batu hitam yang membekas saat Waliyah Zaenab riyadoh. “Bagi yang paham biasanya berdoa kepada Allah di lokasi itu. Tapi kalau gak tahu berdoanya di makbaroh,” tukasnya.

Makam Waliyah Zaenab sendiri, sangat dikeramatkan. Setidaknya saat itu, ada pesawat atau sesuatu yang lewat di atas makamnya, dipastikan jatuh.

Tidak hanya itu, bila ada warga Kumalasa yang berziara atau datang ke Desa Diponggo, ada yang rusak. Bisa berupa pagar roboh, tebing roboh atau apapun. Karena Waliyah Zaenab tidak berkenan, akibat penolakan dirinya di Kumalasa.

“Itu dahulu. Banyak kakek nenek kami yang cerita. Tapi sekarang yang tidak lagi. Meski begitu, makam Waliyah Zaenab masih tetep keramat,” ungkap KH Nurul Huda.

Setiap hari banyak orang datang berziarah. Tidak hanya dari Bawean atau Gresik. Bahkan, ada yang datang dari Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. “Sebelum COVID-19 setiap hari bisa 200 sampai 250 orang,” pungkasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1733 seconds (0.1#10.140)