Kisah Kali Gowang, Ki Ageng Giring Menahan Diri Tak Dapat Wahyu Keraton Mataram
loading...
A
A
A
Sejarah Keraton Mataram, Yogyakarta tidak bisa lepas dari Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Dua sosok inilah yang sebenarnya sama-sama menerima wahyu Keraton tersebut. Ki Ageng Pemanahan menerima wahyu saat bertapa di Kembang Lampir. Sedangkan Ki Ageng Giring mendapatkan wahyu yang sama. Sebuah wahyu yang berada di air kelapa muda yang bernama gagak emprit yang dimiliki Ki Ageng Giring.
Begitu menerima wahyu, Ki Ageng Giring berusaha mandi terlebih dahulu di Kali Nyamat yang kemudian berganti menjadi Kali Gowang. Sungai iniberada di Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul , DIY. (Baca juga: Misteri Pusaka-pusaka Kerajaan Mataram yang Dibuat dari Batu Meteor)
Dengan perasan senang Ki Ageng Giring berusaha mandi sangat bersih dan berharap bisa minum air kelapa muda gagak emprit yang ditaruhnya di dapur rumah. (Baca juga: Kisah Tongggak Kayu Jati Penyangga Benteng Pendem, Diguncang Gempa Tetap Utuh)
Sesampai di rumah diapun senang karena sahabatnya Ki Ageng Pemanahan datang berkunjung. Namun dia kaget ketika Ki Ageng Pemanahan bercerita karena rumah kosong dan dia haus akhirnya dia minum air kelapa muda di dapur rumah tersebut.
Rasa kecewa tidak bisa disimpannya. Namun dia sadar bahwa sahabatnya yang justru mendapatkan wahyu untuk menurunkan raja Mataram yang kemudian lahirlah Danang Sutawijaya alias Penembahan Senapati menjadi Raja Mataram pertama.
Kepada Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Giring mengaku legawa. Namun ada permintaan untuk anak keturunannya juga bisa menjadi raja. Akhirnya keduanya sepakat setelah keturunan ketujuh, keturunan Ki Ageng Giring bisa menjadi raja Mataram.
Dalam keadaan sedih, KI Ageng Giring kembali ke Kali Nyamat. Hatinya benar-benar sedih dan gowang (terluka). Dia kemudian bertapa di Kali tersebut. Bahkan tetesan air matanya membuat bebatuan berlubang.
Menurut tokoh Budaya Gunungkidul, Dwijo Winarto, kali tersebut menjadi Kali Gowang karena menggambarkan suasana hati Ki Ageng Giring. "Jadi menggambarkan kesedihan yang dalam sehingga menjadi Kali gowang," ungkapnya.
Hingga saat ini warga percaya bahwa Kali Gowang memeikio banyak cerita mistis. Seringkali warga bermunajat di sungai baik dengan ritual kejawen maupun lainnya. Mulai dari duduk di delta Watu Dakon hingga mandi di aliran Kali Gowang. "Ini bagian dari budaya sehingga ada yang percaya dengan kelebihan mandi di Kali Gowang ini bisa menentramkan hati," katanya.
Sumiran, warga Gunungkidul mengungkapkan, banyak warga yang malam hari datang ke Kali Gowang. Mereka mengaku terkabul permintaanya setelah berdiam diri di sungai yang airnya tidak pernah kering tersebut. "Biasanya malam Selasa atau malam Jumat, ada beberapa pengunjung untuk sekedar menghabiskan malam hingga dini hari atau juga melakukan ritual sesaji bunga," katanya.
Begitu menerima wahyu, Ki Ageng Giring berusaha mandi terlebih dahulu di Kali Nyamat yang kemudian berganti menjadi Kali Gowang. Sungai iniberada di Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul , DIY. (Baca juga: Misteri Pusaka-pusaka Kerajaan Mataram yang Dibuat dari Batu Meteor)
Dengan perasan senang Ki Ageng Giring berusaha mandi sangat bersih dan berharap bisa minum air kelapa muda gagak emprit yang ditaruhnya di dapur rumah. (Baca juga: Kisah Tongggak Kayu Jati Penyangga Benteng Pendem, Diguncang Gempa Tetap Utuh)
Sesampai di rumah diapun senang karena sahabatnya Ki Ageng Pemanahan datang berkunjung. Namun dia kaget ketika Ki Ageng Pemanahan bercerita karena rumah kosong dan dia haus akhirnya dia minum air kelapa muda di dapur rumah tersebut.
Rasa kecewa tidak bisa disimpannya. Namun dia sadar bahwa sahabatnya yang justru mendapatkan wahyu untuk menurunkan raja Mataram yang kemudian lahirlah Danang Sutawijaya alias Penembahan Senapati menjadi Raja Mataram pertama.
Kepada Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Giring mengaku legawa. Namun ada permintaan untuk anak keturunannya juga bisa menjadi raja. Akhirnya keduanya sepakat setelah keturunan ketujuh, keturunan Ki Ageng Giring bisa menjadi raja Mataram.
Dalam keadaan sedih, KI Ageng Giring kembali ke Kali Nyamat. Hatinya benar-benar sedih dan gowang (terluka). Dia kemudian bertapa di Kali tersebut. Bahkan tetesan air matanya membuat bebatuan berlubang.
Menurut tokoh Budaya Gunungkidul, Dwijo Winarto, kali tersebut menjadi Kali Gowang karena menggambarkan suasana hati Ki Ageng Giring. "Jadi menggambarkan kesedihan yang dalam sehingga menjadi Kali gowang," ungkapnya.
Hingga saat ini warga percaya bahwa Kali Gowang memeikio banyak cerita mistis. Seringkali warga bermunajat di sungai baik dengan ritual kejawen maupun lainnya. Mulai dari duduk di delta Watu Dakon hingga mandi di aliran Kali Gowang. "Ini bagian dari budaya sehingga ada yang percaya dengan kelebihan mandi di Kali Gowang ini bisa menentramkan hati," katanya.
Sumiran, warga Gunungkidul mengungkapkan, banyak warga yang malam hari datang ke Kali Gowang. Mereka mengaku terkabul permintaanya setelah berdiam diri di sungai yang airnya tidak pernah kering tersebut. "Biasanya malam Selasa atau malam Jumat, ada beberapa pengunjung untuk sekedar menghabiskan malam hingga dini hari atau juga melakukan ritual sesaji bunga," katanya.
(shf)