Pemulung Ini Malah Berharap Ditangkap Satpol PP, Kenapa?
loading...
A
A
A
SURABAYA - Bagi kebanyakan orang yang mengais rejeki di jalanan biasanya alergi dengan kehadiran satpol PP. Bahkan tidak sedikit dari mereka harus kucing-kucingan dengan petugas penegak perda itu supaya tidak dicakup.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Sutrisno. Di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya yang mengharuskan seseorang tetap berada di rumah untuk memutus rantai penularan virus Corona, ia tetap berkeliaran di jalanan. Maklum, laki-laki paruh baya tersebut memang mengandalkan mata pencaharianya dengan mengais sampah untuk dijual ke pengepul.
Bersama anaknya yang masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar (SD), pemulung asal Gresikan, Surabaya ini seolah tak mengindahkan aturan dan terus menjalankan aktifitas seperti biasa.
Sutrisno mengaku, dirinya terpaksa tetap memulung dan melawan rasa takut terhadap wabah Corona, karena harus mencukupi kebutuhan pokok keluarganya. Apalagi hingga saat ini keluarganya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, padahal beberapa waktu lalu sempat didata.
"Memang ini PSBB, saya nekat turun ke jalan. Kalau gak gitu gak makan makan," tuturnya lirih seolah menghemat tenaga karena puasa.
Bapak tiga anak ini berharap, ia dan anaknya terjaring razia PSBB dan dibawa ke dinas sosial. Dengan begitu, ia bisa mencurahkan isi hatinya kepada pemerintah kota Surabaya.
"Saya pengen dicakup Satpol PP. Biar kalau dicakup saya dibawa ke dinsos terus di data bantuan. Sehingga saya juga bisa ketemu sama bu Risma dan minta bantuan, sehingga memperhatikan orang-orang kecil kayak saya," ujarnya.
Di sisi lain, Sutrisno juga mengaku ada kekawatiran jika dirinya terpapar virus Corona. Apalagi ia membawa serta anaknya yang masih kecil untuk membantunya mengais rejeki. Supaya terhindar dari virus, Sutrisno membekali anaknya dengan masker dan pelindung wajah yang terbuat dari galon.
"Biasanya kami mulung sama ibu. Ini mumpung gak sekolah, mau belajar online toh gak punya paketan internet. Jadi ibunya menjaga dua anak saya dirumah," kata dia.
Meskipun mengajak anaknya memulung, namun Sutrisno tidak ingin anaknya nantinya juga menjadi seorang pemulung. Ia menaruh harapan besar supaya anaknya jadi orang sukses.
“Ini anak saya mas, dia kan generasi penerus bangsa. Boleh lah bapaknya pemulung sampah, tapi kan sapa tau dia nanti jadi orang sukses," pungkas Sutrisno.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Sutrisno. Di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya yang mengharuskan seseorang tetap berada di rumah untuk memutus rantai penularan virus Corona, ia tetap berkeliaran di jalanan. Maklum, laki-laki paruh baya tersebut memang mengandalkan mata pencaharianya dengan mengais sampah untuk dijual ke pengepul.
Bersama anaknya yang masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar (SD), pemulung asal Gresikan, Surabaya ini seolah tak mengindahkan aturan dan terus menjalankan aktifitas seperti biasa.
Sutrisno mengaku, dirinya terpaksa tetap memulung dan melawan rasa takut terhadap wabah Corona, karena harus mencukupi kebutuhan pokok keluarganya. Apalagi hingga saat ini keluarganya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, padahal beberapa waktu lalu sempat didata.
"Memang ini PSBB, saya nekat turun ke jalan. Kalau gak gitu gak makan makan," tuturnya lirih seolah menghemat tenaga karena puasa.
Bapak tiga anak ini berharap, ia dan anaknya terjaring razia PSBB dan dibawa ke dinas sosial. Dengan begitu, ia bisa mencurahkan isi hatinya kepada pemerintah kota Surabaya.
"Saya pengen dicakup Satpol PP. Biar kalau dicakup saya dibawa ke dinsos terus di data bantuan. Sehingga saya juga bisa ketemu sama bu Risma dan minta bantuan, sehingga memperhatikan orang-orang kecil kayak saya," ujarnya.
Di sisi lain, Sutrisno juga mengaku ada kekawatiran jika dirinya terpapar virus Corona. Apalagi ia membawa serta anaknya yang masih kecil untuk membantunya mengais rejeki. Supaya terhindar dari virus, Sutrisno membekali anaknya dengan masker dan pelindung wajah yang terbuat dari galon.
"Biasanya kami mulung sama ibu. Ini mumpung gak sekolah, mau belajar online toh gak punya paketan internet. Jadi ibunya menjaga dua anak saya dirumah," kata dia.
Meskipun mengajak anaknya memulung, namun Sutrisno tidak ingin anaknya nantinya juga menjadi seorang pemulung. Ia menaruh harapan besar supaya anaknya jadi orang sukses.
“Ini anak saya mas, dia kan generasi penerus bangsa. Boleh lah bapaknya pemulung sampah, tapi kan sapa tau dia nanti jadi orang sukses," pungkas Sutrisno.
(msd)