Ilmuwan Ini Ciptakan Toilet Pintar yang Mampu Deteksi Penyakit Penggunanya
loading...
A
A
A
Cara kerja teknologi adalah sampel urin menjalani analisis fisik dan molekuler. Sedangkan, penilaian feses hanya didasarkan pada karakteristik fisik.
Sensor gerak di bawah kursi mendeteksi ketika seseorang duduk dan kemudian sebuah kartrid meluncur ke tengah mangkuk dengan strip kertas 'gaya dipstick'. Ini akan berubah warna ketika bersentuhan dengan darah dan gula dalam urin sebagai indikator penyakit.
Ada juga algoritma visi komputer dan pembelajaran mesin untuk menganalisis limbah padat manusia berdasarkan karakteristik fisik, seperti bentuk dan konsistensi. Termasuk laju aliran, waktu aliran, dan volume total juga diukur.
"Ini seperti membeli tambahan bidet yang dapat dipasang langsung ke toilet yang sudah ada. Dan seperti bidet, ia memiliki sedikit ekstensi yang melakukan berbagai tujuan," kata Profesor Gambhir.
Menurut para peneliti, data yang dikumpulkan dari sampel dapat mengungkapkan biomarker untuk sepuluh jenis penyakit. Daftar penyakit ini mulai dari infeksi hingga kanker kandung kemih dan gagal ginjal.
Teknologi ini dikategorikan sebagai alat pemantauan kesehatan berkelanjutan. Perangkat telah diuji pada 21 orang untuk menentukan jenis penyakitnya.
Para peneliti mengungkapkan, manfaat kesehatan dari sistem toilet mereka baru sebatas deteksi awal penyakit. Penelitian ini akan menjadi lebih besar di masa depan.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, tim AS juga menyurvei 300 calon pengguna toilet pintar ini. Lebih dari setengah peserta merasa agak atau sangat nyaman dengan gagasan mendapatkan hasil kesehatan.
Gambhir menambahkan, masalah toilet pinter adalah tidak seperti perangkat yang dapat dibawa ke mana saja. Perangkat ini memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan sulit untuk dipindahkan.
"Semua orang menggunakan kamar mandi, benar-benar tidak boleh menghindarinya dan itu meningkatkan nilainya sebagai alat pendeteksi penyakit," katanya.
Sensor gerak di bawah kursi mendeteksi ketika seseorang duduk dan kemudian sebuah kartrid meluncur ke tengah mangkuk dengan strip kertas 'gaya dipstick'. Ini akan berubah warna ketika bersentuhan dengan darah dan gula dalam urin sebagai indikator penyakit.
Ada juga algoritma visi komputer dan pembelajaran mesin untuk menganalisis limbah padat manusia berdasarkan karakteristik fisik, seperti bentuk dan konsistensi. Termasuk laju aliran, waktu aliran, dan volume total juga diukur.
"Ini seperti membeli tambahan bidet yang dapat dipasang langsung ke toilet yang sudah ada. Dan seperti bidet, ia memiliki sedikit ekstensi yang melakukan berbagai tujuan," kata Profesor Gambhir.
Menurut para peneliti, data yang dikumpulkan dari sampel dapat mengungkapkan biomarker untuk sepuluh jenis penyakit. Daftar penyakit ini mulai dari infeksi hingga kanker kandung kemih dan gagal ginjal.
Teknologi ini dikategorikan sebagai alat pemantauan kesehatan berkelanjutan. Perangkat telah diuji pada 21 orang untuk menentukan jenis penyakitnya.
Para peneliti mengungkapkan, manfaat kesehatan dari sistem toilet mereka baru sebatas deteksi awal penyakit. Penelitian ini akan menjadi lebih besar di masa depan.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, tim AS juga menyurvei 300 calon pengguna toilet pintar ini. Lebih dari setengah peserta merasa agak atau sangat nyaman dengan gagasan mendapatkan hasil kesehatan.
Gambhir menambahkan, masalah toilet pinter adalah tidak seperti perangkat yang dapat dibawa ke mana saja. Perangkat ini memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan sulit untuk dipindahkan.
"Semua orang menggunakan kamar mandi, benar-benar tidak boleh menghindarinya dan itu meningkatkan nilainya sebagai alat pendeteksi penyakit," katanya.