Ilmuwan Ini Ciptakan Toilet Pintar yang Mampu Deteksi Penyakit Penggunanya

Kamis, 16 April 2020 - 08:56 WIB
loading...
Ilmuwan Ini Ciptakan Toilet Pintar yang Mampu Deteksi Penyakit Penggunanya
Teknologi toilet pintar cocok digunakan kloset duduk dengan ditambahkan kamera, strip tes, dan sensor. Tujuannya, mengidentifikasi tanda peringatan hingga 10 penyakit, termasuk penyakit jantung. Foto/PA
A A A
JAKARTA - Sejumlah ilmuwan di Universitas Stanford menciptakan teknologi bernama toilet pintar yang mampu mendeteksi penyakit penggunanya.

Toilet ini dilengkapi kamera dan sensor untuk menganalisa jenis penyakit dari tinja dan urin dari penggunanya.

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat sebagian orang mampu mengubah sesuatu dari yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Setiap penemuan baru memberi inspirasi kepada semua orang bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika terus berusaha.

Seperti halnya dengan toilet pintar yang dapat menganalisis dan mendeteksi berbagai penyakit hanya berdasarkan analisa dari kotoran manusia.

Para ilmuwan telah mengembangkan teknologi untuk mendeteksi tanda-tanda berbagai penyakit melalui tinja dan urin.

Teknologi ini akan mengenali pengguna dengan cetakan anal dan analisis endapan untuk memberikan peringatan dini penyakit kanker, jantung atau diabetes.

Teknologi ini cocok digunakan untuk kloset duduk biasa dengan ditambahkan kamera, strip tes, dan sensor. Tujuannya untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan hingga 10 penyakit, termasuk penyakit jantung.

Para ilmuwan menggunakan kombinasi pemindaian sidik jari pada tuas siram dan gambar atau foto anus. Ini merupakan salah satu langkah untuk membedakan pengguna saat duduk di atas toilet.

Data pengambilan sampel akan di simpan ke server Cloud yang aman untuk proses analisis. Sistem ini dikembangkan oleh ilmuan di Universitas Stanford.

"Kami tahu itu seperti aneh, tapi itu membuktikan bahwa hasil anal Anda itu unik," kata Dr Sanjiv Gambhir, profesor di Universitas Stanford, dikutip dari Dailymail.

Sanjiv mengungkapkan, pemindaian dari jari atau bukan, murni digunakan sebagai sistem pengenalan. Data spesifik yang diambil harus cocok dengan penggunanya agar tidak terjadi kesalahan analisa yang berdampak pada orang lain.

Teknologi ini juga terhubung ke sebuah aplikasi yang meneruskan informasi ke tim medis yang ditugaskan oleh pasien. Tim medis akan melakukan diagnosis secara lengkap dan tes lebih lanjut jika diperlukan.

Perlindungan data sangat penting untuk perangkat yang mengumpulkan data sangat pribadi dan sensitif. Prof Gambhir menambahkan, tim telah menjadikan ini (data pribadi) sebagai prioritas utama.

"Kami telah mengambil langkah-langkah ketat untuk memastikan semua informasi tidak teridentifikasi ketika dikirim ke Cloud dan ketika dikirim ke penyedia layanan kesehatan, informasi akan dilindungi oleh HIPAA," janjinya.

Para peneliti mengatakan, apa yang disebut teknologi toilet pintar dapat bermanfaat bagi individu yang secara genetik memiliki kecenderungan terhadap kondisi tertentu.

Ini bermanfaat bagi orang-orang yang berisiko tinggi mengalami Sindrom Iritasi Usus (IBS), kanker prostat, atau gagal ginjal.

Di Amerika Serikat (AS), protabilitas dan akuntabilitas asuransi kesehatan membatasi pengungkapan riwayat kesehatan pasien.

Ini menjadikan pasien harus melakukan pengecekan ulang secara mandiri dengan biaya cukup mahal.

"Konsep kami sudah ada sejak 15 tahun lalu. Ketika saya membahasnya, orang-orang tertawa karena itu sepertinya ide yang menarik, tapi juga agak aneh," kata Gambhir.

Cara kerja teknologi adalah sampel urin menjalani analisis fisik dan molekuler. Sedangkan, penilaian feses hanya didasarkan pada karakteristik fisik.

Sensor gerak di bawah kursi mendeteksi ketika seseorang duduk dan kemudian sebuah kartrid meluncur ke tengah mangkuk dengan strip kertas 'gaya dipstick'. Ini akan berubah warna ketika bersentuhan dengan darah dan gula dalam urin sebagai indikator penyakit.

Ada juga algoritma visi komputer dan pembelajaran mesin untuk menganalisis limbah padat manusia berdasarkan karakteristik fisik, seperti bentuk dan konsistensi. Termasuk laju aliran, waktu aliran, dan volume total juga diukur.

"Ini seperti membeli tambahan bidet yang dapat dipasang langsung ke toilet yang sudah ada. Dan seperti bidet, ia memiliki sedikit ekstensi yang melakukan berbagai tujuan," kata Profesor Gambhir.

Menurut para peneliti, data yang dikumpulkan dari sampel dapat mengungkapkan biomarker untuk sepuluh jenis penyakit. Daftar penyakit ini mulai dari infeksi hingga kanker kandung kemih dan gagal ginjal.

Teknologi ini dikategorikan sebagai alat pemantauan kesehatan berkelanjutan. Perangkat telah diuji pada 21 orang untuk menentukan jenis penyakitnya.

Para peneliti mengungkapkan, manfaat kesehatan dari sistem toilet mereka baru sebatas deteksi awal penyakit. Penelitian ini akan menjadi lebih besar di masa depan.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, tim AS juga menyurvei 300 calon pengguna toilet pintar ini. Lebih dari setengah peserta merasa agak atau sangat nyaman dengan gagasan mendapatkan hasil kesehatan.

Gambhir menambahkan, masalah toilet pinter adalah tidak seperti perangkat yang dapat dibawa ke mana saja. Perangkat ini memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan sulit untuk dipindahkan.

"Semua orang menggunakan kamar mandi, benar-benar tidak boleh menghindarinya dan itu meningkatkan nilainya sebagai alat pendeteksi penyakit," katanya.

Meskipun toilet memiliki manfaat yang jelas sebagai alat diagnostik, sambung dia, tapi toilet bukan pengganti dokter atau diagnosis klinis.

Langkah selanjutnya dalam proyek ini adalah mengembangkan tes khusus yang disesuaikan untuk pengguna.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0881 seconds (0.1#10.140)