Libatkan Alumni di Tiga Benua, Kauje Berkontribusi Tanggulangi Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
Pemateri kedua Arifi Saiman, alumnus kampus Tegalboto yang kini menjadi Konsul Jenderal RI di New York. “Negara bagian New York menjadi episentrum pandemi Covid-19 di Amerika Serikat, ada 683 ribu penderita dengan 45 ribu yang meninggal. Hal ini karena New York sendiri adalah kota yang padat penduduknya, pusat bisnis dunia, dan tujuan wisata. Jadi mobilitas manusia di New York sangat dinamis. Sebagai pencegahan, pemerintah New York menggalakkan tes massal,” tutur Arifi Saiman.
Langkah selanjutnya adalah pemberlakukan New York on Pause hingga bulan September nanti. “Tidak ada lockdown total, tapi mobilitas warga dibatasi dengan penerapan social dan physical distancing dengan New York on Pause. Langkah ini didukung penyediaan 3,5 juta masker gratis dan warga yang berdisiplin sehingga berhasil menekan laju korban Covid-19,” katanya lagi.
Arifi Saiman lantas menambahkan, di area kerja Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York yang dipimpinnya, yang meliputi 15 negara bagian di wilayah pantai timur Amerika Serikat, terdapat 31.948 Warga Negara Indonesia (WNI). Dari jumlah tersebut ada 41 orang yang positif Covid-19 dan 11 orang telah meninggal dunia.
“Kami terus memonitor kondisi seluruh WNI melalui media sosial yang ada, memantau informasi dari fasilitas kesehatan setempat, berkoordinasi dengan semua negara bagian, termasuk menyediakan fasilitas kesehatan di KJRI, juga menyediakan bantuan masker dan bahan makanan. Khususnya bagi WNI yang di PHK dan mahasiswa kita yang harus keluar asrama kampus karena kampusnya tutup sementara,” imbuh Arifi Saiman.
Kisah sukses penanganan pandemi Covid-19 juga dipaparkan Syahri Sakidin, alumnus Unej yang menjadi Direktur Indonesia Institute di Perth, Australia. Menurutnya, Australia menjadi contoh sukses bagaimana pemerintah bersama warganya berhasil menangani pandemi Covid-19.
“Data per hari ini, penderita Covid-19 di seluruh Australia sudah tidak ada lagi. Dari 6.825 penderita Covid-19, sebanyak 95 orang yang meninggal dan hanya tersisa 70 orang yang masih dirawat di rumah sakit. Bukan itu saja, pemerintah mengeluarkan stimulus ekonomi senilai 320 milyar dollar Australia untuk mendorong sektor ekonomi agar terus berdenyut,” jelas Syahri Sakidin.
Keberhasilan ini, menurutnya tak lepas dari keberhasilan pemerintah Australia di bawah Perdana Menteri Scott Morrison yang mampu menyatukan semua kekuatan politik untuk bersatu padu melawan Covid-19 sehingga semua program yang dirancang berjalan dengan baik.
Tidak ada perdebatan yang urgen di parlemen terkait rencana dan program penanganan Covid-19. Kedua, warga Australia memiliki kesadaran akan kesehatan dan disiplin yang tinggi sehingga bersedia menjalankan anjuran pemerintah.
Ketiga, Australia diuntungkan dengan kondisi demografinya, dimana jumlah penduduknya sedikit jika dibandingkan luas wilayah negara sehingga social distancing secara alami sudah terbentuk.
“Ketiga, Australia sudah sejak lama menerapkan protokol Biohazard yang sangat ketat, jangan harap pendatang dari luar negeri semisal wisatawan diperbolehkan membawa bahan makanan mentah seperti sambal atau bumbu pecel,” kata Syahri Sakidin
Langkah selanjutnya adalah pemberlakukan New York on Pause hingga bulan September nanti. “Tidak ada lockdown total, tapi mobilitas warga dibatasi dengan penerapan social dan physical distancing dengan New York on Pause. Langkah ini didukung penyediaan 3,5 juta masker gratis dan warga yang berdisiplin sehingga berhasil menekan laju korban Covid-19,” katanya lagi.
Arifi Saiman lantas menambahkan, di area kerja Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York yang dipimpinnya, yang meliputi 15 negara bagian di wilayah pantai timur Amerika Serikat, terdapat 31.948 Warga Negara Indonesia (WNI). Dari jumlah tersebut ada 41 orang yang positif Covid-19 dan 11 orang telah meninggal dunia.
“Kami terus memonitor kondisi seluruh WNI melalui media sosial yang ada, memantau informasi dari fasilitas kesehatan setempat, berkoordinasi dengan semua negara bagian, termasuk menyediakan fasilitas kesehatan di KJRI, juga menyediakan bantuan masker dan bahan makanan. Khususnya bagi WNI yang di PHK dan mahasiswa kita yang harus keluar asrama kampus karena kampusnya tutup sementara,” imbuh Arifi Saiman.
Kisah sukses penanganan pandemi Covid-19 juga dipaparkan Syahri Sakidin, alumnus Unej yang menjadi Direktur Indonesia Institute di Perth, Australia. Menurutnya, Australia menjadi contoh sukses bagaimana pemerintah bersama warganya berhasil menangani pandemi Covid-19.
“Data per hari ini, penderita Covid-19 di seluruh Australia sudah tidak ada lagi. Dari 6.825 penderita Covid-19, sebanyak 95 orang yang meninggal dan hanya tersisa 70 orang yang masih dirawat di rumah sakit. Bukan itu saja, pemerintah mengeluarkan stimulus ekonomi senilai 320 milyar dollar Australia untuk mendorong sektor ekonomi agar terus berdenyut,” jelas Syahri Sakidin.
Keberhasilan ini, menurutnya tak lepas dari keberhasilan pemerintah Australia di bawah Perdana Menteri Scott Morrison yang mampu menyatukan semua kekuatan politik untuk bersatu padu melawan Covid-19 sehingga semua program yang dirancang berjalan dengan baik.
Tidak ada perdebatan yang urgen di parlemen terkait rencana dan program penanganan Covid-19. Kedua, warga Australia memiliki kesadaran akan kesehatan dan disiplin yang tinggi sehingga bersedia menjalankan anjuran pemerintah.
Ketiga, Australia diuntungkan dengan kondisi demografinya, dimana jumlah penduduknya sedikit jika dibandingkan luas wilayah negara sehingga social distancing secara alami sudah terbentuk.
“Ketiga, Australia sudah sejak lama menerapkan protokol Biohazard yang sangat ketat, jangan harap pendatang dari luar negeri semisal wisatawan diperbolehkan membawa bahan makanan mentah seperti sambal atau bumbu pecel,” kata Syahri Sakidin