Jejak Bhatara Katong, Putra Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit

Minggu, 11 Oktober 2020 - 13:47 WIB
loading...
Jejak Bhatara Katong, Putra Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit
Pesarean Bhatara Katong, yang merupakan Adipati pertama Kabupaten Ponorogo, selalu didatangi orang untuk berdoa dan ngalab berkah. Foto/SINDOnews/Solichan Arif
A A A
PONOROGO - Pintu masuk cungkup pesarean (makam) Bathara Katong itu sempit. Jarak kanan kiri gawang pintu hanya pas untuk satu orang dewasa. Begitu juga rentang atas (pintu) dengan lantai. Rendah. Kalau tidak mau terbentur, setiap peziarah harus menundukkan kepala.

(Baca juga: Di Patirtan Ini, Cinta Pandangan Pertama Arok-Dedes Bersemi )

"Kenapa pintunya rendah ?. Pesannya agar kita tetap rendah hati. Termasuk selama di sini para peziarah harus menjaga kesopanan," tutur Mukim Raharjo (53) juru kunci Makam Bhatara Katong di Jalan Raya Raden Wijaya Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo , menjelaskan SINDOnews.com.

Cungkup atau rumah yang didirikan khusus untuk makam sesepuh atau tokoh itu berada di pojok area pemakaman. Beberapa depa dari pintu masuk berdiri pohon kamboja. Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah itu berjumlah lebih lima buah. Semuanya berbunga merah.

Tumbuh juga Jati dan perdu tua berdaun rindang yang berderet memanjan mengikuti pintu masuk sampai cungkup. Pesarean Bathara Katong berada di tengah, yakni di antara lingkaran makam istri dan anak anaknya, punggawa, prajurit, hingga para abdi setia Kadipaten Prana Raga (nama kuno Ponorogo ).

Posisi makam dengan gebyok atau dinding kayu jati warna merah kesumba dan hijau daun itu juga lebih tinggi. Ukiran lambang yang merujuk perpaduan Kerajaan Majapahit dan Mataram tampak terpahat disana. (Baca juga: Dwarapala Saksi Bisu Ketangguhan Desa Menjaga Arjuna )

Jejak Bhatara Katong, Putra Brawijaya V Raja Terakhir Majapahit


Sebelum tahun 1977, kata Mukim jarak genting dengan lantai ruangan cungkup makam Bathara Katong lebih rendah. Bahkan saking rendahnya saat duduk bersilapun para peziarah masih harus menundukkan kepala.

"Tahun 1977 cungkup dipugar. Itu tertulis di tiang," terang Mukim menunjuk pada tiang yang dimaksud. Di soko atau tiang tertulis pemugaran berlangsung 26 Agustus 1977. Pemugaran dilakukan Bupati Ponorogo , Sumadi selaku kepala pemerintahan Kabupaten Ponorogo.

Sebagai batas makam didirikan tembok tinggi. Juga jalan setapak berkeramik mulai pintu masuk hingga cungkup. Kendati demikian berdirinya bangunan baru tidak mengubah konstruksi bangunan lama, yakni terutama bentuk gapura dan cungkup.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0767 seconds (0.1#10.140)