Kisah Pasukan Belanda Terkena Jebakan Warlok Pro Padri hingga Kalah Sebelum Berperang
loading...
A
A
A
PASUKANBelanda dibuat gentar dengan melihat kekuatan pasukan Padri di Sumatera Barat. Belanda yang akan melakukan serangan ke markas Tuanku Pasaman di Lintau pun terpaksa menunda serangan itu, karena banyaknya pasukan lawan yang berjaga.
Konon saat itu Markas Tuanku Pasaman di Lintau dijaga kuat oleh pasukan Padri. Pasukan Belanda sebanyak 120 orang serdadu di bawah pimpinan Raaff, dan beberapa kapten berusaha menyerang markas Tuanku Pasaman.
Namun serangan itu tidak jadi dilaksanakan alias ditunda, setelah mengetahui bahwa pasukan Tuanku Pasaman di markas tersebut cukup kuat. Setelah mendapat bantuan dari daerah lain sebanyak 150 orang serdadu, Raaff melanjutkan usahanya, sebagaimana dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia".
Penunjuk jalan yang mengantar Raaff, merupakan warga lokal. Tapi ternyata warga lokal alias Warlok yang menunjukkan jalan menuju markas Tuanku Pasaman, ternyata orang yang pro Padri, dan berhasil memasukkan pasukan Raaff ke dalam jebakan di daerah pertahanan kaum Padri yang kuat.
Karena kekalahan yang diderita, Raaff mengundurkan diri ke Pagarruyung. Menyadari Tuanku Pasaman cukup berat ditaklukkan, Belanda mencoba lagi untuk mendekatinya.
Surat ajakan untuk berdamai yang dikirim oleh Raaff kepada Tuanku Pasaman tidak mendapat jawaban. Pasukan Raaf yang bergerak di sekitar Tanjung Alam pada 10 Juni 1822 diserang oleh pasukan Padri.
Di daerah lain pasukan Padri juga aktif mengadakan penyerangan-penyerangan. Di sekitar Baso, pasukan Tuanku nan Renceh pada 14 Agustus 1822 telah menyerang pasukan Belanda. Pasukan Belanda terdesak, bahkan Kapten Goffinet yang memimpin menderita luka berat.
Pasukan kaum Padri yang lain dalam bulan September 1822 telah pula mengadakan operasi di daerah Guguk Sigandang dan Tanjung Alam, dan membakar kampung-kampung penduduk yang memihak kaum Adat. Pasukan kaum Padri ini berjumlah sekitar 20.000 orang.
Lihat Juga: Momen Serangan Pattimura yang Membuat Belanda Kehabisan Kapal Perang hingga Terpaksa Menyewa
Konon saat itu Markas Tuanku Pasaman di Lintau dijaga kuat oleh pasukan Padri. Pasukan Belanda sebanyak 120 orang serdadu di bawah pimpinan Raaff, dan beberapa kapten berusaha menyerang markas Tuanku Pasaman.
Namun serangan itu tidak jadi dilaksanakan alias ditunda, setelah mengetahui bahwa pasukan Tuanku Pasaman di markas tersebut cukup kuat. Setelah mendapat bantuan dari daerah lain sebanyak 150 orang serdadu, Raaff melanjutkan usahanya, sebagaimana dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia".
Penunjuk jalan yang mengantar Raaff, merupakan warga lokal. Tapi ternyata warga lokal alias Warlok yang menunjukkan jalan menuju markas Tuanku Pasaman, ternyata orang yang pro Padri, dan berhasil memasukkan pasukan Raaff ke dalam jebakan di daerah pertahanan kaum Padri yang kuat.
Karena kekalahan yang diderita, Raaff mengundurkan diri ke Pagarruyung. Menyadari Tuanku Pasaman cukup berat ditaklukkan, Belanda mencoba lagi untuk mendekatinya.
Surat ajakan untuk berdamai yang dikirim oleh Raaff kepada Tuanku Pasaman tidak mendapat jawaban. Pasukan Raaf yang bergerak di sekitar Tanjung Alam pada 10 Juni 1822 diserang oleh pasukan Padri.
Di daerah lain pasukan Padri juga aktif mengadakan penyerangan-penyerangan. Di sekitar Baso, pasukan Tuanku nan Renceh pada 14 Agustus 1822 telah menyerang pasukan Belanda. Pasukan Belanda terdesak, bahkan Kapten Goffinet yang memimpin menderita luka berat.
Pasukan kaum Padri yang lain dalam bulan September 1822 telah pula mengadakan operasi di daerah Guguk Sigandang dan Tanjung Alam, dan membakar kampung-kampung penduduk yang memihak kaum Adat. Pasukan kaum Padri ini berjumlah sekitar 20.000 orang.
Lihat Juga: Momen Serangan Pattimura yang Membuat Belanda Kehabisan Kapal Perang hingga Terpaksa Menyewa
(rca)