Kisah Kubilai Khan Murka Hukum Cambuk Tiga Jenderal Mongol usai Kalah dari Majapahit
loading...
A
A
A
AMBISI kekaisaran Mongol di bawah pemerintahan Kubilai Khan tidak hanya tertuju pada wilayah-wilayah besar di Asia daratan dan Eropa, tetapi juga menjalar ke kepulauan Asia Tenggara pada akhir abad ke-13.
Salah satu target Mongol yang sangat diincar adalah Pulau Jawa, pusat kekuasaan Kerajaan Singasari pada masa itu. Kubilai Khan, sebagai kaisar yang agresif dan ekspansionis, mencoba menundukkan berbagai kerajaan yang ada di luar batas kekaisarannya, termasuk Singasari.
Pada tahun 1280, 1281, dan 1286, ia mengirimkan utusan ke Singhasari untuk meminta raja di sana, Kertanegara, mengakui kekuasaannya dan menjadi bawahan Mongol. Namun, raja Jawa, Kertanegara, tidak tunduk pada permintaan Kubilai Khan.
Sebaliknya, ia merasa terhina dan menolak secara tegas. Penolakan ini tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga tindakan keras. Ketika utusan terakhir Mongol tiba pada 1289, Raja Kertanegara merusak wajah utusan tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan Mongol.
Dikisahkan pada “Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M): Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit”. Tindakan ini membuat Kubilai Khan marah besar terhadap Singasari.
Bahkan dia merencanakan ekspedisi militer besar-besaran untuk menghukum Singasari. Ekspedisi Mongol menuju Jawa dimulai pada 1292 dengan kekuatan besar yang dipimpin oleh tiga jenderal ternama: Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing.
Pasukan ini berlayar dari Tiongkok dengan ribuan prajurit dan kapal perang. Mereka tiba di perairan Jawa awal 1293 dan mendarat di Tuban. Dari sana, pasukan Mongol bergerak ke pedalaman, menuju tepi Sungai Brantas merupakan jalur utama menuju Kerajaan Singasari.
Misi utama mereka adalah menundukkan raja Jawa dan membawa Singhasari ke dalam kekuasaan Mongol. Namun, situasi politik di Jawa sudah berubah drastis. Raja Kertanegara telah tewas dalam kudeta yang dilakukan oleh Jayakatwang, penguasa Gelang-Gelang.
Salah satu target Mongol yang sangat diincar adalah Pulau Jawa, pusat kekuasaan Kerajaan Singasari pada masa itu. Kubilai Khan, sebagai kaisar yang agresif dan ekspansionis, mencoba menundukkan berbagai kerajaan yang ada di luar batas kekaisarannya, termasuk Singasari.
Pada tahun 1280, 1281, dan 1286, ia mengirimkan utusan ke Singhasari untuk meminta raja di sana, Kertanegara, mengakui kekuasaannya dan menjadi bawahan Mongol. Namun, raja Jawa, Kertanegara, tidak tunduk pada permintaan Kubilai Khan.
Sebaliknya, ia merasa terhina dan menolak secara tegas. Penolakan ini tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga tindakan keras. Ketika utusan terakhir Mongol tiba pada 1289, Raja Kertanegara merusak wajah utusan tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap kekuasaan Mongol.
Dikisahkan pada “Sandyakala di Timur Jawa (1042 - 1527 M): Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno II hingga Majapahit”. Tindakan ini membuat Kubilai Khan marah besar terhadap Singasari.
Bahkan dia merencanakan ekspedisi militer besar-besaran untuk menghukum Singasari. Ekspedisi Mongol menuju Jawa dimulai pada 1292 dengan kekuatan besar yang dipimpin oleh tiga jenderal ternama: Shi Bi, Ike Mese, dan Gao Xing.
Pasukan ini berlayar dari Tiongkok dengan ribuan prajurit dan kapal perang. Mereka tiba di perairan Jawa awal 1293 dan mendarat di Tuban. Dari sana, pasukan Mongol bergerak ke pedalaman, menuju tepi Sungai Brantas merupakan jalur utama menuju Kerajaan Singasari.
Misi utama mereka adalah menundukkan raja Jawa dan membawa Singhasari ke dalam kekuasaan Mongol. Namun, situasi politik di Jawa sudah berubah drastis. Raja Kertanegara telah tewas dalam kudeta yang dilakukan oleh Jayakatwang, penguasa Gelang-Gelang.