Kisah Jenderal Kopassus Berondong Gerombolan DI/TII Pakai AK-47, Shock Jalani Misi Pertama
loading...
A
A
A
Dari Ujung Pandang, rombongan kecil ini digeser ke Parepare dengan menumpang truk militer. Di sepanjang perjalanan ke Parepare, mereka melihat banyak tentara berjaga di beberapa pos yang sudah dikuasai pasukan TNI. Beberapa wilayah juga sengaja dikosongkan untuk memisahkan secara jelas antara gerombolan bersenjata dan rakyat.
Setibanya di Parepare, mereka mulai dipisah sesuai penempatan masing-masing. Mereka yang mendaptakan penempatan jauh di pelosok dikirim dengan Helikopter Mi-4 Hound milik Skadron 6 AURI yang sengaja menempatkan satu flight berkekuatan lima heli di Pakue. Dengan heli ini mereka didrop ke lokasi penugasan dengan rincian satu perwira satu point.
Pria yang pernah menjabat Pangdam Jaya ini diturunkan di Tanah Batue, sebuah kampung kecil di pedalaman yang masuk wilayah Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. Karena merasa penugasannya tidak akan lama, Soegito meninggalkan pakaian cadangannya di Parepare.
Di Tanah Batue sudah ada satu kompi dengan komandan Lettu Rahman. Belum lama Soegito bergabung di kompi ini, Letnan Rahman mendapat cuti dari tugas,yang otomatis menempatkan Soegito sebagai komandan kompi pengganti.
Kondisi serupa juga dialami Soetedjo dan mungkin beberapa perwira yang lainnya. Sepertinya sudah menjadi kebijakan dari komando atas untuk mengistirahatkan komandan kompi, supaya memberikan kesempatan kepada para perwira remaja mendapatkan pengalaman operasi tempur.
Saat mengunjungi kompinya, komandan batalion Mayor Andi Bustam menenangkan Soegito agar tidak khawatir karena semuanya sudah berjalan. Soegito hanya tinggal meneruskannya saja. Ingat pesan Kolonel Moeng sebelum berangkat untuk memanfaatkan kesempatan penugasan dengan mencari pengalaman tempur sebanyak mungkin, Soegito pun berinisiatif bergabung dengan peleton yang memiliki kemungkinan kontak tembak paling tinggi.
Kesempatan itu pun tiba. Dilaporkan ada gerombolan yang dicurigai sebagai pengikut Kahar Muzakkar, dalam perjalanan ke sebuah lokasi yang belum diketahui. Dibutuhkan waktu beberapa hari untuk menjangkau posisi gerombolan ini.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Soegito langsung memutuskan untuk bergabung dengan peleton pemburu yang disiapkan. Di dalam dirinya hanya ada semangat stoottroepen untuk memburu dan mendapatkan target. Pengalaman operasi yang akan meninggalkan kesan terdalam baginya kelak.
Setelah beberapa hari menelusuri hutan dan sempat kembali merasakan sakit di bagian kakinya, peleton ini tiba di sebuah lokasi yang rupanya tidak jauh dari posisi gerombolan yang diburu. Kontak tembak langsung terjadi. Posisi Soegito yang agak di belakang, menyulitkannya untuk mendapatkan keterangan detail posisi musuh dari komandan regu atau komandan peleton.
Tiba-tiba saja terlihat dua orang berlari dari balik pepohonan sambil membawa senjata. Reflek, Soegito langsung memberondongkan AK-47 ke arah dua laki-laki itu. Mereka langsung roboh diterjang timah panas kaliber 7,62 milimeter.
Setibanya di Parepare, mereka mulai dipisah sesuai penempatan masing-masing. Mereka yang mendaptakan penempatan jauh di pelosok dikirim dengan Helikopter Mi-4 Hound milik Skadron 6 AURI yang sengaja menempatkan satu flight berkekuatan lima heli di Pakue. Dengan heli ini mereka didrop ke lokasi penugasan dengan rincian satu perwira satu point.
Pria yang pernah menjabat Pangdam Jaya ini diturunkan di Tanah Batue, sebuah kampung kecil di pedalaman yang masuk wilayah Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. Karena merasa penugasannya tidak akan lama, Soegito meninggalkan pakaian cadangannya di Parepare.
Di Tanah Batue sudah ada satu kompi dengan komandan Lettu Rahman. Belum lama Soegito bergabung di kompi ini, Letnan Rahman mendapat cuti dari tugas,yang otomatis menempatkan Soegito sebagai komandan kompi pengganti.
Kondisi serupa juga dialami Soetedjo dan mungkin beberapa perwira yang lainnya. Sepertinya sudah menjadi kebijakan dari komando atas untuk mengistirahatkan komandan kompi, supaya memberikan kesempatan kepada para perwira remaja mendapatkan pengalaman operasi tempur.
Saat mengunjungi kompinya, komandan batalion Mayor Andi Bustam menenangkan Soegito agar tidak khawatir karena semuanya sudah berjalan. Soegito hanya tinggal meneruskannya saja. Ingat pesan Kolonel Moeng sebelum berangkat untuk memanfaatkan kesempatan penugasan dengan mencari pengalaman tempur sebanyak mungkin, Soegito pun berinisiatif bergabung dengan peleton yang memiliki kemungkinan kontak tembak paling tinggi.
Kesempatan itu pun tiba. Dilaporkan ada gerombolan yang dicurigai sebagai pengikut Kahar Muzakkar, dalam perjalanan ke sebuah lokasi yang belum diketahui. Dibutuhkan waktu beberapa hari untuk menjangkau posisi gerombolan ini.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Soegito langsung memutuskan untuk bergabung dengan peleton pemburu yang disiapkan. Di dalam dirinya hanya ada semangat stoottroepen untuk memburu dan mendapatkan target. Pengalaman operasi yang akan meninggalkan kesan terdalam baginya kelak.
Setelah beberapa hari menelusuri hutan dan sempat kembali merasakan sakit di bagian kakinya, peleton ini tiba di sebuah lokasi yang rupanya tidak jauh dari posisi gerombolan yang diburu. Kontak tembak langsung terjadi. Posisi Soegito yang agak di belakang, menyulitkannya untuk mendapatkan keterangan detail posisi musuh dari komandan regu atau komandan peleton.
Tiba-tiba saja terlihat dua orang berlari dari balik pepohonan sambil membawa senjata. Reflek, Soegito langsung memberondongkan AK-47 ke arah dua laki-laki itu. Mereka langsung roboh diterjang timah panas kaliber 7,62 milimeter.