Kisah Jenderal Kopassus Soegito Perintahkan Luhut Pandjaitan Cari Makanan saat Peristiwa Malari
loading...
A
A
A
"Nanti sajalah," jawab Soegito tegas, sebelum salah seorang sersan anggotanya berinisiatif menolong.
Sersan itu dan beberapa rekannya segera lari ke arah showroom. Soegito melihat dari kejauhan aksi anak buahnya itu melepaskan beberapa kali tembakan ke atas untuk membubarkan massa yang ingin membakar gedung tersebut.
"Hebat sersan itu walau agak ngawur," puji Soegito.
Pasukan Kopassandha menghabiskan malam itu di sekitaran Senen sambil berjaga-jaga. Karena terburu-buru, Soegito lupa membawa radio komunikasi.
Alhasil ia tidak bisa menghubungi siapa pun untuk berkoordinasi, termasuk ke Mako Kopassandha di Cijantung. Guna mengefektifkan koordinasi dan menghindari tindakan yang keliru, Soegito memerintahkan Carakanya untuk menyampaikan informasi yang diperlukan baik ke Cijantung maupun ke Garnisun di Gambir.
Karena tidak bisa berkomunikasi ke Cijantung, sampai malam itu pasukan Kopassandha sama sekali tidak mendapat dukungan logistik. Ia sadar betul, pasti saat itu sebagian besar anggotanya sudah kelaparan karena sejak sore belum mendapat ransum.
Mau minta ke Kodam atau ke Mabes ABRI, hari sudah gelap sehingga tidak tahu siapa yang bisa membantu dalam kondisi panik seperti itu.
Soegito pun tiba-tiba teringat dengan seorang kenalannya di daerah Jakarta Pusat, yang mungkin bisa diminta tolong.
Ia lalu memanggil Luhut Pandjaitan dan memerintahkannya menemui seseorang di Jakarta Pusat untuk mendapatkan bantuan makanan. Balik-balik Luhut membawa roti banyak sekali.
"Saya tidak tahu anggota di tempat yang lain, apakah bisa makan malam itu," kenang Soegito menyesalkan sikap pimpinan saat itu yang tidak memikirkan logistik anggotanya.
Sersan itu dan beberapa rekannya segera lari ke arah showroom. Soegito melihat dari kejauhan aksi anak buahnya itu melepaskan beberapa kali tembakan ke atas untuk membubarkan massa yang ingin membakar gedung tersebut.
"Hebat sersan itu walau agak ngawur," puji Soegito.
Pasukan Kopassandha menghabiskan malam itu di sekitaran Senen sambil berjaga-jaga. Karena terburu-buru, Soegito lupa membawa radio komunikasi.
Alhasil ia tidak bisa menghubungi siapa pun untuk berkoordinasi, termasuk ke Mako Kopassandha di Cijantung. Guna mengefektifkan koordinasi dan menghindari tindakan yang keliru, Soegito memerintahkan Carakanya untuk menyampaikan informasi yang diperlukan baik ke Cijantung maupun ke Garnisun di Gambir.
Karena tidak bisa berkomunikasi ke Cijantung, sampai malam itu pasukan Kopassandha sama sekali tidak mendapat dukungan logistik. Ia sadar betul, pasti saat itu sebagian besar anggotanya sudah kelaparan karena sejak sore belum mendapat ransum.
Mau minta ke Kodam atau ke Mabes ABRI, hari sudah gelap sehingga tidak tahu siapa yang bisa membantu dalam kondisi panik seperti itu.
Soegito pun tiba-tiba teringat dengan seorang kenalannya di daerah Jakarta Pusat, yang mungkin bisa diminta tolong.
Ia lalu memanggil Luhut Pandjaitan dan memerintahkannya menemui seseorang di Jakarta Pusat untuk mendapatkan bantuan makanan. Balik-balik Luhut membawa roti banyak sekali.
"Saya tidak tahu anggota di tempat yang lain, apakah bisa makan malam itu," kenang Soegito menyesalkan sikap pimpinan saat itu yang tidak memikirkan logistik anggotanya.