Kisah Cinta Jenderal TNI Bibit Waluyo, Terpesona Paras Cantik Gadis SMA
loading...
A
A
A
Selain wajah yang ayu, Bibit juga kagum pada sikap sederhana dan tidak manja dari Sri, meskipun ia anak tunggal. Kelebihan lainnya, Sri rajin memasak dan selalu mengirimkan makanan kepada Bibit, yang sangat menyukai hidangan sederhana seperti tempe dan tahu.
Masa pacaran mereka penuh dengan kesederhanaan. Bibit rajin apel setiap malam minggu tanpa mengajak teman-temannya dari Akmil, dengan alasan tidak ingin ada saingan.
Gaya pacaran mereka juga tidak berlebihan, lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati makanan sederhana seperti bakso dan ketupat tahu ketika memiliki uang lebih.
Namun, kebersamaan mereka harus diuji ketika Bibit lulus dari AKABRI Darat pada 1972 dan ditugaskan di Medan, Sumatera Utara. Hubungan jarak jauh (LDR) menjadi tantangan, namun mereka tetap berkomitmen dengan saling berkirim surat seminggu sekali.
“Kami menjaga komitmen. Di Medan, saya tidak pernah pacaran dengan orang lain. Kami hanya terhubung melalui surat,” kenang Bibit.
Tiga tahun menjalani hubungan jarak jauh, Bibit memberanikan diri melamar Sri ketika ia lulus SMA pada usia 19 tahun. Mereka akhirnya menikah pada Juni 1975 dalam suasana yang sangat sederhana, dengan maskawin berupa Al-Quran.
Setelah menikah, kehidupan sederhana menjadi bagian dari awal perjalanan mereka, seiring dengan karier Bibit yang perlahan menanjak di dunia militer.
Bibit sempat menjabat di berbagai posisi strategis, mulai dari Danyonif 407/Padma Kusuma, Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/Garuda Hitam, hingga akhirnya menjadi Pangkostrad.
Setelah pensiun dari militer, Bibit terjun ke dunia politik. Pada Pilgub Jawa Tengah 2008, ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah bersama Rustriningsih.
Masa pacaran mereka penuh dengan kesederhanaan. Bibit rajin apel setiap malam minggu tanpa mengajak teman-temannya dari Akmil, dengan alasan tidak ingin ada saingan.
Gaya pacaran mereka juga tidak berlebihan, lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati makanan sederhana seperti bakso dan ketupat tahu ketika memiliki uang lebih.
Namun, kebersamaan mereka harus diuji ketika Bibit lulus dari AKABRI Darat pada 1972 dan ditugaskan di Medan, Sumatera Utara. Hubungan jarak jauh (LDR) menjadi tantangan, namun mereka tetap berkomitmen dengan saling berkirim surat seminggu sekali.
“Kami menjaga komitmen. Di Medan, saya tidak pernah pacaran dengan orang lain. Kami hanya terhubung melalui surat,” kenang Bibit.
Tiga tahun menjalani hubungan jarak jauh, Bibit memberanikan diri melamar Sri ketika ia lulus SMA pada usia 19 tahun. Mereka akhirnya menikah pada Juni 1975 dalam suasana yang sangat sederhana, dengan maskawin berupa Al-Quran.
Setelah menikah, kehidupan sederhana menjadi bagian dari awal perjalanan mereka, seiring dengan karier Bibit yang perlahan menanjak di dunia militer.
Bibit sempat menjabat di berbagai posisi strategis, mulai dari Danyonif 407/Padma Kusuma, Dandim 0703/Cilacap, Danrem 043/Garuda Hitam, hingga akhirnya menjadi Pangkostrad.
Setelah pensiun dari militer, Bibit terjun ke dunia politik. Pada Pilgub Jawa Tengah 2008, ia terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah bersama Rustriningsih.