Kisah Legenda Kopassus Nyaris Tembak Jenderal LB Moerdani Gegara Rencana Penculikan KSAD
loading...
A
A
A
Rencana tersebut diprakarsai oleh Panglima Tentara Teritorium I, Kolonel Zulkifli Lubis, yang tidak puas dengan situasi nasional dan kesejahteraan prajurit TNI yang dinilai kurang diperhatikan oleh pemerintah.
Pada tanggal 26 November 1956, ketegangan mencapai puncaknya ketika rentetan tembakan memecah kesunyian Kompleks Asrama RPKAD di Batujajar, Bandung. Pasukan Kompi B yang tidak setuju dengan rencana penculikan mengamuk.
Alhasil terlibat baku tembak dengan perwira Kompi A yang dipimpin oleh Benny Moerdani. Di tengah kekacauan, Sersan Agus Hernoto kecewa dengan kepemimpinan Djaelani, menghadang Benny Moerdani sambil menodongkan senjata ke wajahnya.
“Mau ke mana?” gertak Hernoto. Benny yang baru pulih dari sakit dengan tenang menjawab, “Ke kantor.”
Meski situasi saat itu sangat tegang, Benny berhasil meredakan emosi para prajurit dengan perintahnya yang tegas untuk menurunkan senjata.
Dia kemudian mengajak Agus Hernoto dan beberapa prajurit lainnya untuk menemui Djaelani dan menjelaskan situasi yang terjadi.
Djaelani akhirnya menyerah dan memberikan pistolnya kepada Benny, menyelamatkan situasi yang nyaris berakhir tragis. Usai insiden itu, hubungan antara Benny Moerdani dan Agus Hernoto justru semakin erat.
Keduanya menjalin persahabatan seumur hidup, meskipun pernah terjadi ketegangan yang luar biasa di antara mereka. Ketika Agus Hernoto kemudian dikeluarkan dari RPKAD karena cacat setelah operasi pembebasan Papua, Benny lah yang menyelamatkannya.
Benny mengajaknya bergabung di Opsus, sebuah unit khusus di bawah Wakil Asisten Intelijen Kostrad Mayjen TNI Ali Moertopo. Kisah ini menunjukkan keberanian dan loyalitas Agus Hernoto sebagai salah satu legenda prajurit Kopassus.
Pada tanggal 26 November 1956, ketegangan mencapai puncaknya ketika rentetan tembakan memecah kesunyian Kompleks Asrama RPKAD di Batujajar, Bandung. Pasukan Kompi B yang tidak setuju dengan rencana penculikan mengamuk.
Alhasil terlibat baku tembak dengan perwira Kompi A yang dipimpin oleh Benny Moerdani. Di tengah kekacauan, Sersan Agus Hernoto kecewa dengan kepemimpinan Djaelani, menghadang Benny Moerdani sambil menodongkan senjata ke wajahnya.
“Mau ke mana?” gertak Hernoto. Benny yang baru pulih dari sakit dengan tenang menjawab, “Ke kantor.”
Meski situasi saat itu sangat tegang, Benny berhasil meredakan emosi para prajurit dengan perintahnya yang tegas untuk menurunkan senjata.
Dia kemudian mengajak Agus Hernoto dan beberapa prajurit lainnya untuk menemui Djaelani dan menjelaskan situasi yang terjadi.
Djaelani akhirnya menyerah dan memberikan pistolnya kepada Benny, menyelamatkan situasi yang nyaris berakhir tragis. Usai insiden itu, hubungan antara Benny Moerdani dan Agus Hernoto justru semakin erat.
Keduanya menjalin persahabatan seumur hidup, meskipun pernah terjadi ketegangan yang luar biasa di antara mereka. Ketika Agus Hernoto kemudian dikeluarkan dari RPKAD karena cacat setelah operasi pembebasan Papua, Benny lah yang menyelamatkannya.
Benny mengajaknya bergabung di Opsus, sebuah unit khusus di bawah Wakil Asisten Intelijen Kostrad Mayjen TNI Ali Moertopo. Kisah ini menunjukkan keberanian dan loyalitas Agus Hernoto sebagai salah satu legenda prajurit Kopassus.