Kisah 6 Juta Gulden Sumbangan Raja Yogyakarta Modal Awal Negara Republik Indonesia
loading...
A
A
A
Sebagai negarawan yang harus menyelamatkan negaranya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX merelakan Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia manakala meletus peristiwa Agresi Militer Belanda I di Jakarta.
Lebih daripada itu, karakter kenegarawanannya telah ditunjukkan sewaktu beliau menggagas penyelamatan Daerah Istimewa Yogyakarta, ibu kota Indonesia dari Agresi Militer Belanda II melalui Serangan Umum oleh Letnan Kolonel Soeharto pada tanggal 1 Maret 1949.
Karakter Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang jujur dapat ditunjukkan sewaktu beliau tidak bersedia untuk dicalonkan sebagai wakil presiden periode 1978-1983. Saat itu ia menyaksikan gejala- gejala KKN di kalangan pejabat pusat yang mulai tampak pada tahun 1978.
Sikap tegas dan arif yang memanifestasikan ajaran Jawa yang berbunyi, "Aja cedhak kebo gupak!" Artinya: "Jangan mendekati kerbau yang kotor oleh lumpur".
Lihat Juga: Profil Friederich Silaban, Anak Pendeta yang Ditunjuk Soekarno Jadi Arsitek Masjid Istiqlal
Lebih daripada itu, karakter kenegarawanannya telah ditunjukkan sewaktu beliau menggagas penyelamatan Daerah Istimewa Yogyakarta, ibu kota Indonesia dari Agresi Militer Belanda II melalui Serangan Umum oleh Letnan Kolonel Soeharto pada tanggal 1 Maret 1949.
Karakter Sri Sultan Hamengkubuwana IX yang jujur dapat ditunjukkan sewaktu beliau tidak bersedia untuk dicalonkan sebagai wakil presiden periode 1978-1983. Saat itu ia menyaksikan gejala- gejala KKN di kalangan pejabat pusat yang mulai tampak pada tahun 1978.
Sikap tegas dan arif yang memanifestasikan ajaran Jawa yang berbunyi, "Aja cedhak kebo gupak!" Artinya: "Jangan mendekati kerbau yang kotor oleh lumpur".
Lihat Juga: Profil Friederich Silaban, Anak Pendeta yang Ditunjuk Soekarno Jadi Arsitek Masjid Istiqlal
(ams)