Kisah Pasukan Baret Jingga Nyaris Bom Tentara Australia saat Konflik Timor Timur
loading...
A
A
A
Mereka bahkan siap meledakkan granat jika ada ancaman terhadap pimpinan mereka. Dalam situasi yang sangat tegang ini, Kapten Eka, salah satu komandan Paskhas, dengan tegas berteriak, “Hei, ini jenderal saya, panglima saya, keamanan di sini tanggung jawab saya.”
Kondisi sangat genting, dengan kedua belah pihak saling menodongkan senjata. Kapten Eka memperingatkan agar tidak ada tembakan sebelum ada komando darinya, seraya siap memulai aksi jika diperlukan.
Meskipun Paskhas kalah jumlah personel dibandingkan Interfet, mereka sepakat menggunakan granat sebagai senjata mematikan jika terjadi kontak senjata.
Peristiwa ini menjadi salah satu bukti nyata keberanian dan kesiapan Korpaskhas TNI AU untuk menghadapi segala medan dan menumpas musuh yang melawan NKRI. Paskhas dikenal sebagai satuan tempur darat yang memiliki kemampuan tiga matra: udara, laut, dan darat.
Mereka siap diterjunkan di segala medan, baik hutan, kota, rawa, sungai, maupun laut. Sejarah panjang Paskhas dimulai dari operasi penerjunan 13 anggota AURI di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada 17 Oktober 1947.
Saat itu merupakan operasi penerjunan tempur pertama di Indonesia. Sejak itu, pasukan ini terus berkembang dan menempa diri menjadi salah satu pasukan elite yang disegani di dunia.
Tugas utama Korpaskhas TNI AU adalah membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, serta operasi khusus dan khas matra udara.
Hal ini menjadikan mereka pasukan elite yang siap berada di garis depan dalam operasi tempur perebutan lanud. Selain insiden di Timor Timur, Paskhas juga pernah menunjukkan keberanian mereka di berbagai operasi lain.
Seperti saat menembak mati anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dalam serbuan tempur di Bandara Armaga Aminggaru, Distrik Omukia, Kabupaten Puncak, Papua, pada 19 Februari 2021.
Kondisi sangat genting, dengan kedua belah pihak saling menodongkan senjata. Kapten Eka memperingatkan agar tidak ada tembakan sebelum ada komando darinya, seraya siap memulai aksi jika diperlukan.
Meskipun Paskhas kalah jumlah personel dibandingkan Interfet, mereka sepakat menggunakan granat sebagai senjata mematikan jika terjadi kontak senjata.
Baca Juga
Peristiwa ini menjadi salah satu bukti nyata keberanian dan kesiapan Korpaskhas TNI AU untuk menghadapi segala medan dan menumpas musuh yang melawan NKRI. Paskhas dikenal sebagai satuan tempur darat yang memiliki kemampuan tiga matra: udara, laut, dan darat.
Mereka siap diterjunkan di segala medan, baik hutan, kota, rawa, sungai, maupun laut. Sejarah panjang Paskhas dimulai dari operasi penerjunan 13 anggota AURI di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada 17 Oktober 1947.
Saat itu merupakan operasi penerjunan tempur pertama di Indonesia. Sejak itu, pasukan ini terus berkembang dan menempa diri menjadi salah satu pasukan elite yang disegani di dunia.
Tugas utama Korpaskhas TNI AU adalah membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, serta operasi khusus dan khas matra udara.
Hal ini menjadikan mereka pasukan elite yang siap berada di garis depan dalam operasi tempur perebutan lanud. Selain insiden di Timor Timur, Paskhas juga pernah menunjukkan keberanian mereka di berbagai operasi lain.
Seperti saat menembak mati anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dalam serbuan tempur di Bandara Armaga Aminggaru, Distrik Omukia, Kabupaten Puncak, Papua, pada 19 Februari 2021.