Kisah Kertanegara, Raja Singasari Penyuka Miras Pengikut Ritual Tantrayana
loading...
A
A
A
Sementara dalam Nagarakretagama, Kertanagara menyatukan kedua agama itu mendapatkan gelar Sri Jnanabajreswara.
Berdasarkan kisah tertulis pada naskah-naskah kidung, Kertanagara yang mentasbihkan dirinya sebagai manusia terbebas dari segala dosa sering melaksanakan ritual agamanya dengan berpesta minuman keras.
Sayang ritualnya itulah yang akhirnya membuat Kertanegara harus tewas ironis. Ketika itu muncul pemberontakan dari Jayakatwang dari Gelang-gelang.
Kertanagara tewas ketika pesta minuman keras (miras), bersama pejabat-pejabat Singasari lainya, mulai Patih Mpu Raganata, Patih Kebo Anengah, Panji Aragani, dan Wirakreti. Sementara itu, Dyah Wijaya melarikan diri ke Sumenep.
Satu-satunya bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan Kertanegara dalam konteks penyatuan agama Siwa-Buddha adalah patung Jina Mahakshobhya (Buddha) yang terdapat di Taman Apsari, Surabaya.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Berdasarkan kisah tertulis pada naskah-naskah kidung, Kertanagara yang mentasbihkan dirinya sebagai manusia terbebas dari segala dosa sering melaksanakan ritual agamanya dengan berpesta minuman keras.
Sayang ritualnya itulah yang akhirnya membuat Kertanegara harus tewas ironis. Ketika itu muncul pemberontakan dari Jayakatwang dari Gelang-gelang.
Kertanagara tewas ketika pesta minuman keras (miras), bersama pejabat-pejabat Singasari lainya, mulai Patih Mpu Raganata, Patih Kebo Anengah, Panji Aragani, dan Wirakreti. Sementara itu, Dyah Wijaya melarikan diri ke Sumenep.
Satu-satunya bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan Kertanegara dalam konteks penyatuan agama Siwa-Buddha adalah patung Jina Mahakshobhya (Buddha) yang terdapat di Taman Apsari, Surabaya.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)