Misteri dan Jejak Kerajaan Panai, Penguasa Tanah Sumatera Abad ke-10 Masehi
loading...
A
A
A
Kerajaan Panai mungkin namanya tak terlalu didengar dibanding dengan Sriwijaya di Pulau Sumatera. Tapi nama Kerajaan Panai memang pernah disinggung oleh Kerajaan Sriwijaya di masa Sanggramawijayotunggawarman.
Nama Kerajaan Panai disebut dalam Prasasti Tanjore, muncul dari beberapa kerajaan yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.
Di dalam prasasti Tanjore itu juga dinyatakan nama-nama kerajaan yang berhasil ditaklukkan antara lain kerajaan Kadaram (Kataha-Kedah), Pannai, Malayur, Ilamuridesa (Lamuri), Ilanggasokam (Langkasuka), Madalinggam (Tambralingga), dan lain-lain.
Diduga nama-nama tersebut adalah nama-nama kerajaan kecil yang berada di Sumatra yang dianggap merupakan sekutu kerajaan Sriwijaya.
Sebagaimana dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", namun, kelihatannya penyerangan terhadap kerajaan Sriwijaya, dan sekutu-sekutunya tersebut tidak berarti telah meruntuhkan kerajaan Sriwijaya secara keseluruhan.
Dalam berita Cina disebutkan bahwa pada tahun 1028 masih disebutkan tentang adanya utusan dari Sumatra yang membawa upeti dari raja Se-li-tieh-hwa. Diduga raja ini merupakan keturunan dari Sanggrāmawijayatunggawarman.
Kata "Pannai" sebagaimana disebutkan di dalam prasasti itu memiliki bermacam-macam pengertian. Panai dapat diartikan sebagai "Watered by Rivers".
Terjemahan tersebut diperbaiki oleh Wheatley pada tahun 1961 yang menyatakan, bahwa karena kata Pannai dalam bahasa Tamil berarti tanah pertanian, karena itu secara sederhana kata Pannai dalam prasasti Cola diterjemahkan sebagai "well-watered fields (of) Sriwijaya.
Tapi di mana lokasi Kerajaan Panai, hingga saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Coedes, ahli sejarah Prancis misalnya menyebutkan, bahwa kerajaan Panai itu terletak di pesisir timur pulau Sumatra di muara sungai, dekat Desa Labuhan-bilik.
Nama Kerajaan Panai disebut dalam Prasasti Tanjore, muncul dari beberapa kerajaan yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.
Di dalam prasasti Tanjore itu juga dinyatakan nama-nama kerajaan yang berhasil ditaklukkan antara lain kerajaan Kadaram (Kataha-Kedah), Pannai, Malayur, Ilamuridesa (Lamuri), Ilanggasokam (Langkasuka), Madalinggam (Tambralingga), dan lain-lain.
Diduga nama-nama tersebut adalah nama-nama kerajaan kecil yang berada di Sumatra yang dianggap merupakan sekutu kerajaan Sriwijaya.
Sebagaimana dikutip dari "Sejarah Nasional Indonesia II : Zaman Kuno", namun, kelihatannya penyerangan terhadap kerajaan Sriwijaya, dan sekutu-sekutunya tersebut tidak berarti telah meruntuhkan kerajaan Sriwijaya secara keseluruhan.
Dalam berita Cina disebutkan bahwa pada tahun 1028 masih disebutkan tentang adanya utusan dari Sumatra yang membawa upeti dari raja Se-li-tieh-hwa. Diduga raja ini merupakan keturunan dari Sanggrāmawijayatunggawarman.
Kata "Pannai" sebagaimana disebutkan di dalam prasasti itu memiliki bermacam-macam pengertian. Panai dapat diartikan sebagai "Watered by Rivers".
Terjemahan tersebut diperbaiki oleh Wheatley pada tahun 1961 yang menyatakan, bahwa karena kata Pannai dalam bahasa Tamil berarti tanah pertanian, karena itu secara sederhana kata Pannai dalam prasasti Cola diterjemahkan sebagai "well-watered fields (of) Sriwijaya.
Tapi di mana lokasi Kerajaan Panai, hingga saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Coedes, ahli sejarah Prancis misalnya menyebutkan, bahwa kerajaan Panai itu terletak di pesisir timur pulau Sumatra di muara sungai, dekat Desa Labuhan-bilik.